duniafintech.com – Head of Crowdfunding Working Group AFTech, Edward Ismawan mengklaim remitansi menjadi sektor potensial untuk dilirik para penyelenggara teknologi keuangan (fintech). Pernyataan tersebut didasari oleh himpunan data Bank Indonesia (BI) transaksi Tenaga Kerja Indonesia yang mencapai USD 3 milyar di setiap kuartalnya.
Edward juga menilai bahwa prinsip remitansi mampu diadopsi secara optimal oleh fintech. Ada pun hal-hal yang menjadi prinsip tersebut ialah pencegahan pencucian uang, pengaturan likuiditas, keberadaan tempat untuk penerimaan dan pengiriman.
Edward menilai, sektor ini mampu dijamah oleh fintech lantaran meningkatknya penggunaan teknologi serta menguatnya literasi masyarakat akan kebutuhan yang berbasis digital.
Edward pun menekankan soal aspek yang perlu dipenuhi para penyelenggara fintech di sektor remitansi. Ada pun hal tersebut mencakup layanan yang terintegritas dengan layanan bank daring serta platform yang tersedia di negara pengirim dan penerima.
Baca juga:
- Semakin Aman! AFPI Rancang Pusat Data Penyelenggara Fintech
- Pendaftaran Penyedia Pinjaman Online Baru di Stop OJK
- Kredit Pintar Sabet Penghargaan Startup Pinjaman Dana Tunai Terbaik
Potensi Fintech Jamah Remitansi
Edo Windratno selaku CEO Transfez yang juga penyelengara fintech pengiriman uang menilai sektor tersebut bernilai tinggi. Hal ini dinilai dari banyaknya nilai transaksi keuangan yang masuk ke dalam negeri. Berdasarkan data Bank Dunia, transaksi uang yang masuk ke dalam negeri mencapai USD 11 miliar, sementara uang yang keluar mencapai USD 1 miliar.
Sektor remitansi memang menjanjikan di Indonesia. Terlebih hadirnya teknologi dalam sektor ini menjadi sebuah pembaruan. Jika pengiriman uang berbasis konvensional membutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses dan pengiriman, maka dengan hadirnya teknologi hanya memakan waktu 5-10 menit.
DuniaFintech/FauzanPerdana