duniafintech.com – Aliran modal asing terus meningkat ke beberapa negara berkembang, salah satunya Indonesia. Hal ini diungkapkan oleh Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Onny Widjanarko. Ia menuturkan situasi perekonomian dunia yang melambat membuat negara-negara maju melonggarkan kebijakan moneternya. Hal ini membuat negara berstatus pasar potensial (emerging market) mendapat kesempatan permodalan.
Negara-negara yang dikenal sebagai motor perekonomian dunia, seperti Tiongkok, Jepang, Eropa, India dan Amerika Serikat kini tengah mengalam perlambatan. Pihak Bank Indonesia menaksir pertumbuhan ekonomi dunia hanya akan tumbuh sebesar 0,1%, dari 3,2% di 2019 menjadi 3,3% di tahun selanjutnya.
Onny melanjutkan, indikator perlambatan ekonomi terlihat dari turunnya nilai serta volume perdagangan dunia. Hal ini juga tidak lepas dari tensi perang dagang AS-Tiongkok yang tak kunjung usai.
Baca juga:
- Strategi Meningkatkan Layanan Keuangan, Fintech dan BPR berkolaborasi
- Kuasai Blockchain? Ini Peluang Karir yang Bisa Anda Dapatkan di 2020
- Bagaimana Seharusnya Kripto Aset Dikelompokan dan Diregulasi?
- Mengenal Si Kembar Winklevoss, Founder Gemini Exchange
Kebijakan Moneter Melunak, Aliran Modal Asing Deras
Kondisi perlambatan ekonomi membuat kebijakan moneter sedikit melunak. Yang terbaru, turunnya suku bunga acuan menjadi langkah utama para bank negara-negara berekenomi kuat.
The Federal Reserve, sebagai bank sentral yang menjadi standar rujukan dunia telah melakukan penurunan suku bunga acuan, dari 0,25% menjadi 1,75%. Namun Onny mengingatkan, lancarnya aliran modal asing ke negara-negara berkembang sangat bergantung pada ‘market mood‘ yang bersifat fluktuatif.
Ada pun indikator dari market mood modal asing meliputi iklim investasi suatu negara beserta timbal baliknya. Onny menegaskan, pihaknya akan terus memperkuat hasil aset keuangan negara berbasis Rupiah di dalam negeri, sehingga likuiditas modal asing mampu bertahan di Tanah Air.
-Fauzan-