JAKARTA, duniafintech.com – Chairman CT Corp, Chairul Tanjung optimis bahwa Allo Bank akan akan memiliki prospek yang baik di Indonesia. Sebagai bank digital, Allo Bank akan didukung oleh kecanggihan teknologinya.
Bahkan ultimate shareholder Allo Bank tersebut mengklaim bahwa Allo Bank akan dapat menjangkau masyarakat secara lebih luas dibandingkan dengan bank konvensional, tanpa harus membuka kantor cabang di daerah tersebut.
“Tentu yang namanya bank digital itu tidak ada batasan bisa menjangkau siapapun, di manapun, dan kapanpun 24 hours itu orang bisa bertransaksi perbankan,” katanya di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (11/1).
Dia menjelaskan, dalam ekosistem perbankan sebenarnya tidak ada perbedaan signifikan antara bank konvensional maupun bank digital.
Hanya saja keunggulan bank digital lebih pada teknologi yang digunakannya, sehingga lebih efektif dalam melayani kebutuhan nasabah, terutama di segmen masyarakat yang selama ini belum terlayani ikeh bank konvensional.
“Sebenarnya kita tidak pernah bedakan bank konvensional dan digital, bank tetap bank, cuma bedanya bank digital memakai teknologi sebagai basis bisnis, bank konvensional memakai fisik, cabang, sebagai basis bisnis,” ujarnya.
Uniknya, Allo Bank juga menggabungkan antara ekosistem fisik dan digital. Pasalnya, dalam mengembangkan bisnisnya, Allo Bank juga berkolaborasi dengan sejumlah ekosistem mulai dari yang konvensional hingga digital.
Oleh karena itu, Chairul yakin jika ekosistem tersebut digabungkan jadi satu kesatuan, maka ekosistem bisnis Allo Bank akan menjadi yang terbesar dan terkuat dalam bisnis bank digital di Tanah Air.
“Karena kami percaya kolaborasi adalah kata kunci dalam era sekarang ini. Jadi tidak boleh lagi berdiri sendiri, kuncinya adalah ayo kita maju bersama-sama besar bersama-sama,” ucapnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi. Menurutnya, saat ini telah terjadi pergeseran paradigma bisnis perbankan di dalam negeri.
Ke depan, lanjutnya, bank digital akan semakin mendapatkan sorotan karena menyimpan potensi yang luar biasa. Pasalnya, dengan ekosistem digital bank saat dapat menjangkau nasabah di pelosok negeri, yang mana tak dapat dilakukan oleh bank konvensional sebelumnya.
“Kita ingat ini (bank digital) bisa menjangkau sampai ke ujung-ujung provinsi yang mungkin sebelumnya tidak terpikir dan sulit, harus ada branch (cabang) seluruh provinsi sampai ke pelosok,” katanya.
Selain itu, potensi yang besar tersebut pun menarik minat banyak investor untuk berinvestasi di sektor ini. Tren investasi di bank digital pun telah terlihat dalam beberapa bulan terakhir, salah satunya dari masuknya sejumlah perusahaan besar ke dalam right issue Allo Bank.
“Dengan adanya bank digital seperti ini tidak perlu (kantor cabang), bisa menjangkau sampai ke ujung provinsi dan ini disambut baik dari tren saat ini bahwasanya investor melihat ini sebagai potensi,” tuturnya.
Adapun Allo Bank menerbitkan saham baru atau right issue sebanyak-banyaknya 10,04 miliar saham atau setara 46,24% dari modal disetor perusahaan dengan harga pelaksanaan Rp478 per saham.
Melalui rights issue ini, Allo Bank menargetkan dapat meraup dana sebesar Rp4,8 triliun. Rencananya, perusahaan akan menggunakan dana tersebut untuk memperkuat struktur permodalan dan meningkatkan modal inti.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Anju Mahendra