31.4 C
Jakarta
Jumat, 10 Oktober, 2025

Angka Kredit Macet Pinjol Membaik, Jadi 2,60% Per Agustus

Tingkat risiko kredit macet secara agregat atau TWP90 industri fintech peer to peer (P2P) lending atau pinjaman daring (pindar) tercatat makin membaik. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat TWP90 fintech lending per Agustus 2025 sebesar 2,60%.

Angka TWP90 per Agustus 2025 terbilang membaik, jika dibandingkan dengan posisi Juli 2025 yang sebesar 2,75%. Angkanya juga membaik dari posisi per Juni 2025 yang sebesar 2,85%.

Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menilai ada sejumlah faktor yang membuat angka TWP90 fintech lending membaik.

Ketua Umum AFPI Entjik Djafar mengatakan salah satu faktornya, yakni masyarakat sudah mulai menghindari ajakan gagal bayar atau tidak membayar utang. Dia bilang hal itu tak terlepas dari upaya edukasi yang dilakukan penyelenggara fintech lending.

“Kami rasa edukasi untuk menghindari ajakan gagal bayar atau tidak membayar utang mulai sampai kepada masyarakat. Dengan demikian, ada beberapa masyarakat dengan sadar membayar tepat waktu,” ungkapnya seperti dikutip dari  Kontan, Jumat (10/10/2025).

Selain itu, Entjik bilang masuknya fintech lending menjadi pelapor atau anggota Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) juga cukup mempengaruhi masyarakat untuk disiplin membayar tepat waktu.

Asal tahu saja, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewajibkan penyelenggara fintech P2P lending menjadi pelapor SLIK mulai 31 Juli 2025. Adapun ketentuan itu tertuang dalam POJK 11/2024 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 18/POJK.03/2017 tentang Pelaporan dan Permintaan Informasi Debitur melalui Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK). Hasilnya, OJK memastikan seluruh penyelenggara fintech lending telah ditetapkan sebagai pelapor SLIK.

Sementara itu, Entjik juga turut angkat bicara mengenai pertumbuhan pembiayaan fintech P2P lending yang melambat. Sebagai informasi, outstanding pembiayaan fintech P2P lending mencapai Rp 87,61 triliun per Agustus 2025 atau tumbuh sebesar 21,62% secara Year on Year (YoY).

Jika ditelaah, pertumbuhan outstanding pembiayaan fintech lending per Agustus 2025 cenderung melambat, dibandingkan posisi per Juli 2025 yang sebesar 22,01% YoY, dengan nilai mencapai Rp 84,66 triliun.

Entjik mengatakan perlambatan pertumbuhan itu tak terlepas dari tekanan kondisi ekonomi domestik, sehingga daya beli masyarakat lesu.

“Dengan demikian, kondisi ekonomi domestik yang melambat tentunya sangat mempengaruhi melambatnya pertumbuhan industri,” kata Entjik.

 

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU