JAKARTA, duniafintech.com – Apa itu crypto winter? Istilah ini kian santer terdengar belakangan ini, utamanya di kalangan peminat kripto.
Sebagai informasi, saat ini di dunia mata uang kripto atau cryptocurrency sedang terjadi fenomena yang disebut dengan “Crypto Winter”.
Fenomena yang satu ini dinilai dapat berdampak buruk terhadap ekosistem industri mata uang kripto.
Nah, untuk mengetahui lebih jauh soal istilah yang satu ini, simak ulasan berikut ini, seperti dinukil Kompas.com.
Baca juga: Apa Itu Crypto Winter? Ini Alasan Musim Dingin Kripto akan Berakhir pada 2023
Apa Itu Crypto Winter?
Crypto winter adalah sebuah istilah/penyebutan untuk fenomena jatuhnya harga atau nilai mata uang kripto di pasar secara drastis dan berkepanjangan.
Untuk diketahui, sejumlah mata uang kripto yang cukup dominan di pasar harganya sempat jatuh, misalnya saja Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH).
Namun, fenomena merosotnya nilai mata uang kripto ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Istilah musim dingin kripto pun telah digunakan sejak awal tahun 2018 lalu untuk menandai merosotnya nilai Bitcoin di pasar lebih dari 80 persen.
Pada 2017 lalu, Bitcoin pernah mencapai level harga tertingginya di angka hampir 19.500 dollar AS (Rp 289 juta jika menggunakan kurs saat ini). Nah, saat memasuki 2018, harga bitcoin anjlok jadi sekitar 3.300 dollar AS (Rp 48 juta).
Pada saat itu, musim dingin crypto ini berlangsung mulai Januari 2018 hingga Desember 2020. Kemudian, harga mata uang kripto pun berangsur pulih.
Puncaknya, pada November 2021 lalu, harga 1 koin Bitcoin sempat berada di level 68.990 dollar AS (Rp 1 miliar). Akan tetapi, menguatnya nilai mata uang kripto itu tidak berlangsung lama.
Hal itu karena nilai beberapa mata uang kripto, termasuk Bitcoin dan Ethereum, terus mengalami kemerosotan hingga 70 persen, sejak tujuh bulan terakhir sejak November 2021.
Fenomena amblesnya nilai mata uang kripto selama berbulan-bulan itu yang kemudian diindikasikan sebagai crypto winters, mirip dengan yang terjadi pada tahun 2018.
Sejak beberapa waktu belakangan, spekulasi akan terjadinya musim dingin kripto jilid dua pun sejatinya sudah muncul dan terus terdengar hingga saat ini.
Hadir pada 2018 – Apa Itu Crypto Winter?
Sebagai informasi, istilah musim dingin kripto ini kali pertama hadir pada tahun 2018 lalu. Kala itu, harga bitcoin turun drastis di bawah USD 8.000 atau sekitar Rp 114,65 juta setelah sempat melonjak ke posisi USD 20.000 atau sekitar Rp 286,63 juta pada akhir 2017.
Adapun pada crypto winter 2018, harga bitcoin turun sekitar 75 persen dari level harga tertingginya, harga ether susut sekitar 90 persen, dan kapitalisasi pasar kripto secara keseluruhan merosot hingga 80 persen.
Sempat Terjadi pada 2013
Crypto crash 2013 sebelumnya menjadi salah satu periode downtrend harga bitcoin yang terjadi dalam rentang waktu yang panjang.
Di kala itu, harga bitcoin melonjak dari USD 13 pada awal 2013 menjadi USD 1.200 pada akhir 2013.
Baca juga: Apa Itu Crypto Winter? Inilah Serba-serbi Terkait Crypto Winter 2022
Akan tetapi, harga bitcoin turun drastis hingga di bawah USD 300 dan membutuhkan waktu lebih dari tiga tahun untuk dapat kembali ke harga USD 1.200 yang pernah dicapai sebelumnya pada 2013.
Saat itu, istilah musim dingin kripto memang belum ditemukan. Akan tetapi, ada pola serupa dengan musim dingin kripto yang terjadi pada 2017—2018.
Dampak Terjadinya Apa Itu Crypto Winter
1. Dampak terhadap Investor
Profesor ekonomi di Florida Atlantic University, William Luther, menilai bahwa fenomena Crypto Winter semacam ini dianggap sebagai hal yang lumrah dalam perdagangan mata uang kripto.
Melangsir CNBC, Luther pun mengingatkan para investor tetap tenang dan menjaga pandangan mereka dalam jangka panjang.
Adapun kerugian akibat merosotnya nilai mata uang kripto dikatakan hanya sebagai fenomena sesaat.
Ia menambahkan, fenomena crypto winter bisa menjadi pengingat bagi para investor untuk berhati-hati dalam berinvestasi, utamanya di industri yang gampang mengalami pasang surut.
2. Dampak terhadap Karyawan
Bukan hanya terhadap para investor, crypto winter pun berdampak buruk bagi mereka yang bekerja/karyawan di perusahaan penyedia layanan transaksi kripto.
Di tengah musim dingin crypto ini, investor memang cenderung untuk menghentikan/mengurangi aktivitas perdagangan kripto mereka.
Hal itu akan membuat pendapatan perusahaan dengan layanan transaksi kripto akan menurun.
Pada akhirnya, kondisi itu memaksa perusahaan untuk mengurangi ongkos produksi layanan, di antaranya dengan mengurangi/memecat karyawan.
Baca juga: Apa Itu Crypto Winter: Ini Alasan Crypto Winter 2022 Lebih Parah daripada 2018
Sekian ulasan tentang berita ekonomi hari ini yang perlu diketahui. Semoga bermanfaat.
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com