JAKARTA, duniafintech.com – Apa itu crypto winter? Istilah ini semakin kencang terdengar belakangan ini, khususnya di kalangan trader kripto.
Sebagai informasi, saat ini di dunia mata uang kripto atau cryptocurrency sedang terjadi fenomena yang disebut dengan “Crypto Winter” atau musim dingin kripto.
Adapun fenomena ini dianggap dapat berimbas buruk terhadap ekosistem industri mata uang kripto.
Untuk mengetahui lebih jauh soal istilah yang satu ini, simak ulasan selengkapnya di bawah ini.
Baca juga: Apa Itu Crypto Winter? Investor Siap-siap Hadapi Dampaknya!
Apa Itu Crypto Winter?
Crypto winter adalah sebuah istilah atau penyebutan untuk fenomena jatuhnya harga atau nilai mata uang kripto di pasar secara drastis dan berkepanjangan.
Perlu diketahui, sejumlah mata uang kripto yang cukup dominan di pasar harganya sempat jatuh, misalnya saja Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH).
Akan tetapi, fenomena merosotnya nilai mata uang kripto ini bukanlah yang pertama kali terjadi.
Pasalnya, istilah ini juga pernah digunakan sejak awal tahun 2018 lalu untuk menandai merosotnya nilai Bitcoin di pasar lebih dari 80 persen.
Pada 2017 lalu, Bitcoin pernah mencapai level harga tertingginya di angka hampir 19.500 dollar AS (Rp 289 juta jika menggunakan kurs saat ini). Nah, saat memasuki 2018, harga bitcoin anjlok jadi sekitar 3.300 dollar AS (Rp 48 juta).
Di masa itu, musim dingin crypto ini berlangsung mulai Januari 2018 hingga Desember 2020. Kemudian, harga mata uang kripto pun berangsur pulih.
Puncaknya, pada November 2021 lalu, harga 1 koin Bitcoin sempat berada di level 68.990 dollar AS (Rp 1 miliar). Akan tetapi, menguatnya nilai mata uang kripto itu tidak berlangsung lama.
Hal itu karena nilai beberapa mata uang kripto, termasuk Bitcoin dan Ethereum, terus mengalami kemerosotan hingga 70 persen, sejak tujuh bulan terakhir sejak November 2021.
Fenomena anjloknya nilai mata uang kripto selama berbulan-bulan itu yang kemudian diindikasikan sebagai crypto winters, mirip dengan yang terjadi pada tahun 2018.
Sejak beberapa waktu belakangan, spekulasi akan terjadinya crypto winter jilid dua pun sejatinya sudah muncul dan terus terdengar hingga saat ini.
Kondisi Musim Dingin Kripto Tahun 2022
Sebelum terjadi pada tahun ini, musim dingin kripto pernah terjadi pada tahun 2018 lalu.
Saat itu, harganya mengalami penurunan drastis setelah adanya kenaikan tajam pada tahun 2017.
Akan tetapi, kondisi crypto winter yang terjadi pada tahun 2022 ini dinilai lebih parah. Bahkan, Bitcoin mengalami kejatuhan terparahnya sejak 2011 dengan monthly loss experienced sebesar 40% pada Juni 2022.
Berbagai hal yang menjadi penyebab terjadinya crypto winter pada tahun ini, di antaranya runtuhnya Terra USD dan LUNA.
Terra USD adalah stablecoin yang dipasok dengan rasio harga 1:1 dengan USD. Sementara itu, LUNA merupakan koin pendampingnya yaitu mata uang digital yang lebih tradisional dan diharapkan punya kenaikan harga lebih tinggi.
Namun, pada Mei 2022, harga LUNA berada pada angka sekitar $0,0001 setelah sebelumnya berada di angka $116 pada bulan April 2022.
Hancurnya TerraUSD beserta LUNA dalam waktu singkat ini, menyebabkan terjadinya guncangan besar bagi para investor yang mengandalkan proyek ini untuk memperoleh cuan.
Di samping itu, crypto winter pun terjadi sebagai dampak dari tindakan banyak investor global yang menjual hampir semua kelas asetnya.
Ditambah lagi dengan kondisi bearish market yang sedang terjadi di pasar saham sejak awal tahun 2022 dan secara official diumumkan pada 13 Juni 2022.
Kondisi itu kian memperparah crypto winter dan memberikan tantangan untuk penanganannya agar harga crypto kembali stabil.
Baca juga: Apa Itu Crypto Winter? Ternyata Begini Sejarah dan Dampaknya
Cara Bertahan dalam Situasi Apa Itu Crypto Winter
Melangsir artikel Indodax di Kompasiana, meski belum diketahui crypto winter berapa lama berakhir?
Adakalanya kita tetap bisa membuat strategi positif untuk bisa melewati fase ini. Tujuannya agar mendapatkan trik investasi yang terbaik agar tidak loss.
Berikut ini beberapa tips atau solusi sebagai cara menghadapi musim dingin kripto.
Tetap berinvestasi secara konsisten
Kalau fase bull market menjadi fase yang menyenangkan untuk berinvestasi maka fase bear market sebaliknya. Karena pada kondisi ini para investor sedang mengalami tantangan yang berpotensi mengalami kerugian besar.
Seperti dikatakan Iakov Levin dikutip dari BeInCrypto, pendiri sekaligus CEO platform investasi aset kripto Midas, mengatakan “Pengguna dapat menyimpan sebagian dari portofolio mereka dalam [bentuk] stablecoin untuk tetap terus menerapkan strategi dollar-cost averaging (DCA).”
Ia pun menerangkan, sebaiknya, investor kemudian dapat menggunakan dana tersebut untuk membeli aset kripto utama, seperti BTC dan ETH. Selain itu, ia juga menganjurkan untuk berinvestasi di proyek solusi layer 1 dan layer 2 terbaik di pasaran.
Kemudian, Levin memaparkan, “Saya melihat strategi DCA sebagai solusi jangka panjang selama enam bulan hingga satu tahun. Strategi seperti ini memberi pengguna titik entry yang baik dan memungkinkan mereka menghasilkan keuntungan yang memuaskan selama siklus kenaikan berikutnya.”
Pilih aset digital yang “stabil”
Seperti yang pernah terjadi sebelumnya, setelah bear market berakhir, pasar kripto akan kembali bangkit dan bullish.
Chris Esparza, CEO dari platform keuangan terdesentralisasi Vault Finance mengatakan kepada BeInCrypto bahwa, aset kripto yang akan bertahan yang tak terlampau fluktuatif.
“Semakin stabil sebuah aset digital, maka semakin kecil kemungkinan investor kehilangan dananya. Investor yang sukses menghindari prospek keuntungan yang berlebihan selama crypto winter dan sebaliknya, lebih memilih investasi berisiko rendah yang memiliki tingkat return yang terjamin.”
Menerapkan strategi “rebalancing” pada portofolio
Bull market bisa jadi akan membuat portofolio menjadi berlebihan. Otomatis, kamu harus menyeimbangkan kembali (rebalance) portofolio yang dipunya. Caranya, dengan menjual semua aset digital dengan likuidasi rendah.
Menurut CEO Midas Investment, Iakov Levin, ragam altcoin berkapitalisasi kecil, yaitu hingga US$100 juta—sebaiknya dijual, jika tidak ada prasyarat fundamental khusus terkait pertumbuhan mereka selama bear market saat ini.
Kemudian, ia menambahkan bahwa “Pengguna juga dapat membuat strategi hedging DeFi, di mana investor bisa menghasilkan keuntungan ketika penurunan pasar,” ujarnya.
Fokus pada target jangka panjang
Terlepas dari seberapa lama crypto winter dan terjadi penurunan pasar kripto yang berkepanjangan. Sangat penting, buat investor untuk memahami perspektif tentang dasar-dasar cara investasi jangka panjang di industri ini.
Artinya, sebagai investor, kamu harus tetap berkomitmen dan tidak perlu panik dengan langsung menjual blue chip milikmu. Karena nantinya bakal merugikan jika kamu bertindak blunder.
Hal yang sama dikatakan Co-founder Paradigm, Fred Ehrsam. Dalam sebuah unggahan blog platform-nya baru-baru ini. Menurutnya, di masa booming, jangan tergoda untuk melakukan segalanya. Pertahankanlah standar tinggi untuk mengubah atau memperluas perspektif kamu.
Baca juga: Apa Itu Crypto Winter dan Jurus Ampuh Menghadapinya
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com