JAKARTA, duniafintech.com – Apa itu crypto winter? Belakangan, istilah yang satu ini memang sering kali terdengar dan menarik perhatian.
Istilah di pasar kripto ini pun barangkali masih terasa asing di telinga sebagian besar orang. Akan tetapi, di komunitas kripto, istilah ini sering kali muncul.
Baca juga: Cryptocurrency Hari Ini: Akhir Pekan Lalu, BTC dan ETH Stabil di Harga Terbaru
Menukil laman CNBC, istilah ini menjadi ungkapan yang mengacu pada saat pasar sedang lesu, khususnya di pasar uang digital.
Nah, untuk mengetahui lebih jauh soal istilah yang satu ini, simak ulasan berikut ini.
Mengenal Apa Itu Crypto Winter
Crypto winter merupakan sebuah istilah di dunia cryptocurrency untuk menyebut kondisi berkepanjangan saat sejumlah aset kripto mengalami penurunan harga yang signifikan di bawah tren bullish normal.
Istilah yang satu ini muncul kali pertama ketika terjadi bear market berkepanjangan pada periode 2018—2019.
Menurut Co-founder dan mantan CEO bursa exchange BTCC, Bobby Lee, selama masa musim dingin kripto tersebut, nilai aset crypto seperti bitcoin dapat turun hingga 80 persen—90 persen dari harga puncak sebelumnya.
Ditambahkan Bobby, siklus pasar mega bull terjadi setiap empat tahun sekali dan diikuti dengan periode musim dingin kripto seperti yang terjadi pada 2013 dan 2017.
Hadir Pertama Kali pada Tahun 2018
Untuk diketahui, istilah musim dingin kripto ini kali pertama hadir pada tahun 2018 lalu. Kala itu, harga bitcoin turun drastis di bawah USD 8.000 atau sekitar Rp 114,65 juta setelah sempat melonjak ke posisi USD 20.000 atau sekitar Rp 286,63 juta pada akhir 2017.
Baca juga: Cara Trading Crypto di Indodax via Aplikasi Mobile, Pasti Praktis!
Adapun pada crypto winter 2018, harga bitcoin turun sekitar 75 persen dari level harga tertingginya, harga ether susut sekitar 90 persen, dan kapitalisasi pasar kripto secara keseluruhan merosot hingga 80 persen.
Crypto Winter Sempat Terjadi pada Tahun 2013
Crypto crash 2013 sebelumnya menjadi salah satu periode downtrend harga bitcoin yang terjadi dalam rentang waktu yang panjang.
Di masa itu, harga bitcoin melonjak dari USD 13 pada awal 2013 menjadi USD 1.200 pada akhir 2013.
Namun, harga bitcoin turun drastis hingga di bawah USD 300 dan membutuhkan waktu lebih dari tiga tahun untuk dapat kembali ke harga USD 1.200 yang pernah dicapai sebelumnya pada 2013.
Pada saat itu, istilah crypto winter memang belum ditemukan. Akan tetapi, ada pola serupa dengan crypto winter yang terjadi pada 2017—2018.
Seberapa Lama Crypto Winter Terjadi?
Masih mengutip CNBC, periode musim dingin kripto ini bisa berlangsung dari dua hingga tiga tahun. Meski demikian, sejumlah ahli, di antaranya Benjamin Cowen, masih meragukan tingkat keakuratan dari pola empat tahunan harga Bitcoin.
Ia pun meyakini, siklus harga pada Bitcoin tidak akan selalu terjadi selama empat tahun sekali.
Hal itu lantaran sebuah mekanisme jumlah permintaan dan penawaran Bitcoin yang sering mengalami perubahan.
Baca juga: Tutorial Investasi Crypto, Investor Pemula Wajib Tahu Ya!
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com