JAKARTA, duniafintech.com – Memahami apa itu Ethereum, sejarah hingga cara kerjanya sangat penting bagi trader kripto. Ethereum merupakan kripto populer kedua setelah Bitcoin.
Ethereum merupakan platform perangkat lunak terdesentralisasi yang juga menciptakan mata uang kripto bernama Ether (ETH). Dunia kripto saat ini semakin berkembang pesat.
Kemunculan Bitcoin ciptaan Satoshi Nakamoto (anonim) pada 2009 mendorong inventor lain untuk menciptakan lebih banyak jenis mata uang kripto. Menurut data CoinMarketCap, saat ini terdapat 7.812 lebih jenis mata uang kripto.
Salah satu mata uang kripto yang bersaing erat dengan Bitcoin adalah Ethereum tadi. Melansir laman Forbes, para ahli memperkirakan harga krip[to ini dapat mencapai US$5.000 per ether sebelum akhir tahun 2021 dan meroket hingga lebih dari US$50.000 pada tahun 2030.
Apa Itu Ethereum?
Lebih jauh, Ethereum adalah platform perangkat lunak terdesentralisasi yang memungkinkan Smart Contracts and Distributed Applications (DApps) dibangun dan dijalankan tanpa waktu henti (downtime), penipuan, kontrol, atau gangguan dari pihak ketiga. Definisi tersebut tercantum dalam buku Ekonomi dan Bisnis Digital.
Mengutip Dasar Investasi dan Trading Cryptocurrency, Ether sendiri membangun sebuah jaringan blockchain yang berfokus pada koin Ethereum (ETH). Para developer koin bisa membuat koinnya masing-masing di atas jaringan Ethereum itu.
Sejarah Ethereum
Mengutip buku Ethereum for Dummies, Pada 2013, Vitalik Buterin, salah satu pendiri Bitcoin Magazine, merilis laporan resmi yang mengusulkan implementasi blockchain baru yang lebih fungsional. Proposal tersebut merupakan cikal bakal jaringan kripto ini berkembang.
Berkaitan dengan Bitcoin, Apa Itu Blockchain?
Setelah menarik minat banyak orang serta mendapatkan dukungan teknis dan keuangan, Ethereum Foundation mulai diciptakan. Ini merupakan organisasi nirlaba dari Swiss yang menjadi pengembang jaringan Ether.
Selain sebagai jenis mata uang kripto, Ether memiliki fitur smart contract untuk memastikan integritas di semua node. Setiap kode yang dieksekusi pada satu node dieksekusi dengan cara yang sama pada semua node. Sistem tersebut memungkinkan Ether untuk menyebarkan berbagai aplikasi.
Merujuk buku Mastering Ethereum, platform ini memungkinkan pengembang untuk membangun aplikasi terdesentralisasi yang kuat dengan fungsi ekonomi bawaan. Ethereum mampu memberikan kemampuan audit, transparansi, dan netralitas. Ethereum juga mengurangi sensor dan risiko tertentu.
Baca juga: Cara Main Indodax buat Pemula, Begini Panduan Lengkapnya
Berdasarkan buku Blockchain & Cryptocurrency Dalam Perspektif Hukum di Indonesia Dan Dunia, Ether melakukan initial coin offering atau ICO pada bulan Juni 2014 sampai 31 Agustus 2014. Target pengumpulan dana saat itu adalah US$16 juta dan tercapai pada jangka waktu yang ditentukan.
Platform ini melahirkan mata uang kripto dengan nama Ether (ETH) dan mulai diperdagangkan 7 Agustus 2015. Harga ethereum saat itu adalah US$2,83 atau sekitar Rp41.035 per kepingnya. Bloomberg melaporkan, Ether mulai diminati pada tahun 2017 saat initial coin offering atau ICO menjadi populer di kalangan trader.
Harganya saat itu mencapai US$ 1.200. Popularitas Ether melonjak pada 2020 saat proyek decentralized finance (DeFi) berkembang. Banyak startup yang tertarik dengan Ether tersebut. Perannya sebagai pilar finansial, pengelolaan pinjaman dan agunan tanpa melibatkan bank ataupun pialang.
Memahami Cara Kerja Ethereum
Ethereum menggunakan konsep transaksi yang terdesentralisasi (decentralized application/DApps). Mengutip wawancara Vitalik Buterin, salah satu pendiri Ethereum, dalam laman Hir.harvard.edu, Ether tersebut bekerja sebagai platform di mana semua orang dapat mengunggah kode disebut smart contacts.
Siapa pun dapat menerbitkan smart contact atau mengirim transaksi, seluruh kode dapat berjalan di blockchain. Misalnya, jika ada seseorang membuat sebuah aplikasi lalu orang lain juga membuat aplikasi, maka kedua aplikasi dapat berinteraksi. Lingkungan Ethereum terinterkoneksi sehingga semakin banyak orang yang bergabung, semakin luas jaringannya pula.
Baca juga: Mengenal Manfaat Kripto: Pengertian dan Jenis-jenisnya yang Populer
Ringkasnya, cara kerjanya dengan smart contracts serupa dengan program komputer yang berjalan otomatis sesuai dengan perintah dalam kontraknya. Karena diprogram, tidak ada pengawas yang dibutuhkan. Fitur smart contracts lebih murah untuk dieksekusi dan bahkan tentunya lebih aman.
Sama seperti mata uang kripto lain, Ether menggunakan teknologi blockchain. Teknologi blockchain itu digunakan untuk memverifikasi seluruh transaksi. Aktivitas tersebut dicatat pada public ledger atau buku besar publik yang transparan dan aman serta langsung dikenali.
Agar dapat diperdagangkan, mata uang Ether harus melalui proses mining, yaitu tindakan menambahkan transaksi ke blockchain sehingga semua orang dapat menyetujui rangkaian transaksi yang sama.
Di sisi lain, Ether dapat digunakan sebagai mata uang digital dalam transaksi keuangan atau sebagai investasi.
Itulah pengertian apa itu Ethereum, sejarah hingga cara kerjanya yang dapat Anda pahami. Semoga informasi tersebut bermanfaat.
Baca juga: Cara Main Crypto Dengan Mudah dan Aman, Pastinya Cuan
Baca terus berita fintech Indonesia dan berita kripto terkini hanya di duniafintech.com
Penulis: Kontributor/Panji A Syuhada