duniafintech.com – Blockchain dan mata uang virtual mulai menunjukkan dominasinya. Tak hanya di negara-negara barat dan Asia Timur, Timur tengah pun mulai terkena infeksinya. Arab Saudi misalnya, mulai melakukan langkah serius untuk menerapkan teknologi Blockchain di negaranya.
Langkah itu mulai muncul Oktober lalu saat The Islamic Development Bank (IDB) dilaporkan sedang mengembangkan produk keuangan syariah baru yang berbasis blockchain. Dilansir Reuters, Islamic Research and Training Institute telah melakukan kerjasama dengan dua perusahaan startup yakni Atcon dan SettleMint dari Belgia.
Baca juga: duniafintech.com/startup-fintech-masih-memikat-para-investor-di-tahun-2018/
Menurut sistem, keuangan syariah memiliki aturan yang sedikit berbeda dengan keuangan konvensional di antaranya adalah larangan pengumpulan bunga pinjaman dan melakukan investasi yang bersifat spekulatif.
Perwakilan SettleMint menyebut bahwa smart contract Blockchain yang diterapkan akan membantu proses kontraktual bagi institusi Islam dan mengurangi kompleksitas administrative dan hukum tambahan serta redudansi yang berhubungan dengan sistem keuangan syariah.
Arab Saudi Mulai Melirik Mata Uang Digital
Langkah pembuatan mata uang digital ini dilakukan oleh Arab Saudi bekerjasama dengan Bank Sentral Uni Emirat Arab. Mata uang digital ini rencananya akan digunakan untuk pembayaran lintas antar kedua negara.
Desember lalu, sumber berita regional seperti National and Gulf Digital News melaporkan bahwa Mubarak Rashid Al-Mansouri, Gubernur Bank Sentral UEA, mengumumkan inisiatif tersebut pada pertemuan Dana Moneter Arab (Arab Monetary Fund – AMF).
Meskipun siaran pers yang terkait dengan pertemuan pada tanggal 13-14 Desember tidak secara langsung berhubungan dengan mata uang virtual namun referensi topik teknologi keuangan umumnya akan dibahas di antara kelompok bankir pusat dan regulator keuangan antara kedua negara.
Langkah dua negara Timur Tengah ini menjadi pertanda bahwa perkembangan teknologi blockchain semakin banyak dilirik. Tidak hanya oleh perusahaan pengembang teknologi saja, namun oleh para negara-negara yang merasa akan diuntungkan dengan keberadaan teknologi tersebut.
-Dita Safitri-