Site icon Dunia Fintech

Awas! Bahaya Kelaparan Akibat Lonjakan Harga Komoditas Pangan

harga komoditas

JAKARTA, duniafintech.com – Konflik yang meletup di timur Eropa, yang dipicu oleh perang antara Rusia dan Ukraina telah mengganggu stabilitas global, dan perang ini telah menciptakan krisis energi dan lonjakan harga komoditas, termasuk pangan atau soft commodities.

Lead Co-Chair Tink 20 (T20) Indonesia, Bambang Brodjonegoro mengatakan, dengan naiknya harga soft commodities dunia tersebut, jelas mempengaruhi juga kenaikan harga-harga pangan nasional.

Dengan kondisi ini, dikhawatirkan pada akhirnya dapat meningkatkan kembali potensi kelaparan di dunia, termasuk juga Indonesia. Padahal, Indonesia sudah menargetkan untuk mencapai zero hunger (nol kelaparan) pada 2030.

“Karena potensi tingginya inflasi sebagai akibat pemulihan di berbagai dunia, kenaikan permintaan tidak dibarengi dengan suplai yang mencukupi dan di sisi lain, perang Rusia-Ukraina menimbulkan gangguan pasokan pada berbagai komoditas dan menaikkan spekulasi pada harga komoditas itu sendiri,” katanya dalam webinar, Kamis (7/4).

Sementara itu, selain karena kenaikan harga soft commodities yang kemudian dapat menyebabkan tingginya inflasi, kelaparan juga disebabkan karena adanya disrupsi produksi yang terjadi karena degradasi lingkungan.

Penurunan kualitas lingkungan imbas gangguan iklim ini lah yang terkadang membuat gagal panen. Bahkan, menurut Bambang, degradasi lingkungan dan perubahan iklim bisa membuat 11,4 juta penduduk Indonesia mengalami kelaparan pada 2050.

“Dan ini tidak kita inginkan. Kita harus melakukan sesuatu agar hal ini tidak terjadi dan kita harus melakukan upaya agar degradasi terhadap perubahan iklim tidak terjadi,” ujarnya.

Karenanya, untuk mencegah kelaparan terjadi, ada baiknya bagi pemerintah untuk mengendalikan inflasi. Hal ini dikarenakan inflasi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh komoditas pangan.

Untuk menjaga inflasi harga pangan, lanjutnya, aktivitas perdagangan harus dilakukan secara bertanggungjawab. Misalnya dengan menjauhi unsur spekulasi.

Karena bisa dibayangkan, saat yang terjadi di pasar adalah spekulasi, harga salah satu soft commodities bisa dijual dengan harga yang tidak masuk akal, serta tidak memperhatikan keseimbangan antara permintaan dan penawaran.

“Maka yang menjadi korban adalah masyarakat umum yang daya belinya bisa tergerus dan pada akhirnya bisa mengancam upaya kita untuk menurunkan kelaparan,” ucapnya.

Hal tersebut, sambungnya, harus dihindari sebab dampaknya sangat berat bagi masyarakat. Contohnya seperti yang terjadi terhadap komoditas kelapa sawit yang membuat ongkos produksi minyak goreng meningkat dan harga jualnya melambung.

“Di dalam perdagangan bursa komoditas, tentunya mencari laba adalah tujuan utama dari seorang investor, tapi kita juga ingin upaya mencari laba atau berbisnis  yang bertanggung jawab kepada masyarakat, yang nanti bisa menanggung dampak perdagangan yang spekulatif,” tuturnya.

 

Penulis: Nanda Aria

Editor: Rahmat Fitranto

Exit mobile version