DuniaFintech.com – Harga 1 Bitcoin yang sempat mencapai harga Rp 200 juta pada pekan ini membuat indeks daya belinya berubah. Dengan menggunakan tolak ukur harga burger Big Mac restoran McDonald, harga 1 Bitcoin mampu membeli sebanyak 6.341,26 pada hari Rabu kemarin, atau naik 0,2% secara statistik.
Purchasing Power Index (PPI) yang ditemukan oleh cointelegraph menyebutkan bahwa daya beli Bitcoin mendekati level tertinggi sejak performa tertinggi (bullish) di 2017. Di Amerika Serikat, berdasarkan harga saat ini, seseorang bisa mendapatkan 3.274,91 Big Mac untuk 1 Bitcoin.
Terakhir kali daya beli Bitcoin setinggi ini adalah selama pasar bullish di 2017. Kala itu, mata uang digital mencapai puncaknya mendekati USD 20.000 (Rp283 juta). Pada 17 Desember 2017, 1 Bitcoin bernilai 6.358,5 Big Mac. Selama kejatuhan performa pasar (bearish) pada 2019, PPI Bitcoin mencapai level terendah dengan jumah Big Mac sekitar 1.200-an.
Baca juga:
- Beli Obligasi Pakai Bitcoin? Bank Asal Cina Ini Mewujudkan
- Jalan-jalan Bebas Khawatir, Ini Daftar Negara yang Punya ATM Bitcoin
- Tokopedia Gandeng Lotus Archi Siapkan Layanan Beli Emas Fisik
Daya Beli Harga 1 Bitcoin Atas Big Mac
PPI Bitcoin yang didasarkan pada indeks Big Mac mulai populer saat harian ternama The Economist menjadikannya objek studi pada tahun 1986. Hal tersebut dinilai sebagai cara untuk mengukur paritas daya beli di seluruh mata uang.
Daya beli adalah cara yang berguna untuk mengukur berapa banyak barang dan jasa yang dapat dibeli oleh satu unit uang. Meskipun indeks Big Mac dimulai sebagai kelakar, indeks tersebut telah menjadi indikator utama daya beli dan telah digunakan dalam berbagai studi akademis.
PPI Bitcoin naik lebih dari 41% sejak awal Oktober. Selama periode yang sama, harga Bitcoin terapresiasi 39%, menurut data TradingView. Sementara untuk aspek Year-to-date, harga Bitcoin naik sebanyak 128%.
Karakteristik penyimpanan nilai Bitcoin menjadi menarik lantaran kasus penggunaannya. Mata uang digital telah muncul dan dikenal sebagai instrumen untuk melindungi nilai inflasi yang dapat diandalkan secara empiris, sehingga hal tersebut mampu dimasukkan kedalam PPI.
DuniaFintech/Fauzan