JAKARTA, duniafintech.com – Berita Bitcoin hari ini datang dari negara El Salvador. Keputusan negara yang terletak di Amerika Tengah untuk mempertaruhkan ekonomi negaranya pada bitcoin itu terancam membawa malapetaka.
Kejatuhan harga aset kripto tersebut membuat negara itu di ambang kebangkrutan.
Harga bitcoin tercatat telah jatuh lebih dari 70% dari puncaknya pada November 2021 dan lebih dari 55% sejak Presiden Nayib Bukele mengumumkan ‘pengadopsian’ bitcoin oleh negaranya.
Sementara berita Bitcoin hari ini, ternyata El Salvador juga dipusingkan oleh harga bitcoin yang jauh dari harapan, El Salvador juga harus segera mendapatkan uang tunai yang cukup untuk menutup utangnya yang harus dibayar lebih dari US$ 1 miliar pada tahun depan.
Melansir CNBC Indonesia, kondisi El Salvador pun kian memprihatinkan. Pasalnya, pertumbuhan ekonominya telah anjlok, defisitnya tetap tinggi, dan rasio utang terhadap PDB negara itu akan mencapai hampir 87% tahun 2022.
Hal itu memicu ketakutan bahwa El Salvador tidak siap untuk menyelesaikan kewajiban pinjamannya.
‘Kesialan’ El Salvador ity tak hanya sampai di situ. Negara juga sedang pusing dengan perang baru melawan kekerasan geng yang merebak saat ibu.
“Di permukaan, seluruh masalah bitcoin belum benar-benar terbayar,” kata Boaz Sobrado, seorang analis data fintech yang berbasis di London, dikutip dari CNBC International.
Pemerintah memiliki kerugian kertas yang belum direalisasi pada Bitcoin sekitar US$50 juta. Sementara menurut perkiraan, secara agregat seluruh eksperimen hanya menjalankan US$374 juta.
Negosiasi dengan pinjaman internasional juga terhenti. Sebab mereka tidak mau membuang uang ke negara yang menghabiskan jutaan dolar pajak untuk kripto dengan harga yang rentan.
Sementara itu, menurut lembaga rating, termasuk Fitch, menurunkan skor kredit El Salvador. Alasannya karena ketidakpastian masa depan keuangan negara.
“Dalam hal situasi keuangan mereka, El Salvador berada di tempat yang sangat sulit. Mereka punya banyak obligasi yang diperdagangkan dengan diskon besar-besaran,” jelas Sobrado.
Baca juga: Kelas Standar BPJS Kesehatan, Apa Saja Fasilitas Ruang Inapnya?
Peneliti kebijakan di London School of Economics, Frank Muci mengatakan kebijakan ekonomi negara adalah pemikiran magis. Dia menambahkan tidak ada yang mau meminjamkan uang ke negara itu, kecuali adanya tarif 20% hingga 25%.
“Negara ini sedang berjalan menuju default utang,” kata Muci.
Secara keseluruhan, pemerintah telah menghabiskan sekitar US$ 375 juta untuk peluncuran bitcoin, termasuk US$ 150 juta yang dirancang untuk mengubah bitcoin secara instan menjadi dolar, US$ 120 juta untuk bonus bitcoin US$ 30 yang diberikan kepada setiap warga yang mengunduh dompet chivo, dan sekitar US$ 104 juta yang telah diakui pemerintah secara terbuka untuk membelanjakan bitcoin.
Muci mencatat bahwa pengeluaran ini ditambah kerugian yang belum direalisasi sebesar US$ 50 juta pada portofolio bitcoin negara berarti bahwa negara tersebut telah menghabiskan sekitar US$ 425 juta pada bitcoin.
Baca juga: Kelas Standar BPJS Kesehatan, Apa Saja Fasilitas Ruang Inapnya?
Baca juga: Binance vs Indodax Dua Platform Jual Beli Kripto Raksasa, Manakah yang Lebih Baik?
Penulis: Kontributor/Panji A Syuhada