Site icon Dunia Fintech

Berita Ekonomi Hari Ini: Kendalikan Inflasi, Menkeu Kasih Insentif

Sri Mulyani APBN Mudik

JAKARTA, duniafintech.com – Berita ekonomi hari ini terkait Kementerian Keuangan memberikan insentif kepada pemerintah daerah yang berhasil mengendalikan angka inflasi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan Insentif yang diberikan sebesar Rp330 miliar untuk periode pertama dan kedua tahun 2023, sedangkan periode ketiga sebesar Rp340 miliar. Sehingga, keseluruhan alokasi insentif tahun 2023 yang diberikan kepada pemda yang berhasil menangani inflasi mencapai Rp1 triliun.

“Insentif fiskal untuk pemerintah daerah hanya ada di Indonesia, ini tidak ada di negara lain. Rp330 miliar itu satu kali penghargaan. Kita kasih tiga kali penghargaan jadi Rp1 triliun,” ujar Sri Mulyani.

Baca juga: Berita Ekonomi Hari Ini: Ekspor Karya Kreatif Capai Rp207,3 Miliar

Dia merincikan jumlah daerah penerima alokasi adalah 33 daerah yang terdiri dari 3 provinsi, 6 kota, 24 kabupaten untuk periode pertama dan kedua. Sedangkan untuk periode ketiga, diberikan kepada 34 daerah yang terdiri dari 3 provinsi, 6 kota, dan 25 kabupaten. Indikator penilaian dilihat dari upaya pengendalian inflasi pangan, laporan pengendalian inflasi, indeks pengendalian harga, dan realisasi belanja pendukung pengendalian inflasi.

Dalam kesempatan tersebut, Sri Mulyani menegaskan bahwa insentif fiskal harus digunakan langsung untuk hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat. Insentif fiskal tidak boleh digunakan untuk menambah gaji, penghasilan, honorarium, dan berbagai perjalanan dinas.

“Pakailah langsung yang bermanfaat bagi masyarakat. Dari mulai bantuan modal, bantuan sosial, bantuan bibit, subsidi bunga untuk masyarakat UMKM, pemberian beasiswa, kegiatan masyarakat yang memberikan manfaat pada masyarakat miskin. Saya akan sangat mendorong supaya ini menjadi salah satu perhatian,” kata Sri Mulyani.

Secara keseluruhan, insentif fiskal tahun anggaran 2023 sebesar Rp8 triliun yang dibagi menjadi 2 bagian. Sebanyak Rp4 triliun diberikan atas kinerja tahun 2022 yang terdiri dari Rp3 triliun untuk daerah berkinerja baik dan Rp1 triliun untuk daerah tertinggal yang berkinerja baik.

Sementara, Rp4 triliun diberikan atas kinerja tahun 2023 yang terdiri dari Rp1 triliun untuk kinerja pengendalian inflasi dan Rp3 triliun untuk kinerja peningkatan kesejahteraan masyarakat, seperti penurunan stunting, peningkatan penggunaan produk dalam negeri, penghapusan kemiskinan ekstrem, peningkatan investasi, dan percepatan belanja daerah.

Baca juga: Berita Ekonomi Hari Ini: Utang Pemerintah Capai Rp 7.805 Triliun, Jumlahnya Naik!

Sri Mulyani berharap kepada seluruh pemda untuk bersama-sama terus menjaga inflasi. Upaya menstabilkan harga dan menjaga inflasi tetap rendah sangat berharga bagi masyarakat.

“Itu mempengaruhi kesejahteraan mereka, mempengaruhi pencapaian mereka untuk berbagai indikator pembangunan kesejahteraan, seperti kualitas sumber daya manusia kita dan juga dari sisi meningkatkan kepastian ekonomi,” ujar Sri Mulyani.

Insentif fiskal diberikan sebagai bentuk apresiasi dan upaya untuk memacu kinerja pemda. Melalui pemberian insentif fiskal, pemda diharapkan dapat terpacu untuk terus meningkatkan kinerja dan kualitas pengelolaan keuangan daerah, pelayanan dasar publik, dan pelayanan umum pemerintahan, serta kesejahteraan masyarakat.

Pengalokasian insentif untuk pengendalian inflasi dilakukan beberapa kali ditujukan supaya peningkatan kinerja dapat terus dimonitor dan kinerjanya dapat langsung diapresiasi. Selain itu, penggunaannya bisa digunakan untuk pengendalian inflasi periode.

“Ini adalah salah satu inovasi kebijakan di Indonesia yang luar biasa untuk negara sebesar kita. Dan ini saya terus ceritakan di berbagai forum internasional karena ini adalah salah satu bentuk cara berorganisasi, cara mengurus negara yang tidak mudah, namun ternyata untuk Indonesia ini kita efektif dan berhasil,” kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani memberikan apresiasi kepada Menteri Dalam Negeri dan jajarannya, serta seluruh pemda yang terus berupaya dalam menjaga perekonomian Indonesia.

Baca juga: Berita Ekonomi Hari Ini: Pemerintah Ingin Tinggalkan Energi Fosil

“Saya sangat menghargai dan sangat menghormati kepemimpinan Pak Tito dalam hal ini dan seluruh teman-teman Mendagri, dan juga Bapak Ibu sekalian di daerah yang luar biasa dampak dan peranannya terhadap kinerja perekonomian nasional. Semoga upaya kita betul-betul akan terwujud dalam bentuk kesejahteraan rakyat yang makin baik,” kata Sri Mulyani.

Apa itu Inflasi ?

Inflasi adalah suatu kondisi di mana harga barang dan jasa secara umum cenderung naik seiring berjalannya waktu. Dalam situasi inflasi, daya beli uang atau nilai mata uang menurun karena uang tidak lagi memiliki kemampuan membeli jumlah barang dan jasa yang sama seperti sebelumnya.

Faktor-Faktor Terjadi Inflasi

1. Permintaan yang Tinggi

Jika permintaan terhadap barang dan jasa melebihi penawarannya, produsen dapat menaikkan harga untuk mencapai keseimbangan antara penawaran dan permintaan.

2. Biaya Produksi

Kenaikan biaya produksi, seperti harga bahan baku atau tenaga kerja, dapat menyebabkan produsen menaikkan harga jual produk mereka untuk mempertahankan keuntungan.

3. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter yang ekspansif oleh bank sentral, seperti mencetak lebih banyak uang atau menurunkan suku bunga, dapat menyebabkan inflasi karena meningkatkan pasokan uang di pasar.

Baca juga: Berita Ekonomi Hari Ini: Utang Pemerintah Capai Rp 7.805 Triliun, Jumlahnya Naik!

Dampak Terjadinya Inflasi

1. Daya Beli Uang

Inflasi menyebabkan daya beli uang menurun, yang berarti Anda harus membayar lebih banyak uang untuk membeli barang dan jasa yang sama.

2. Tabungan

Inflasi dapat mengurangi nilai tabungan karena nilai uang Anda akan berkurang seiring berjalannya waktu.

3. Bunga Pinjaman

Inflasi dapat mempengaruhi suku bunga pinjaman. Ketika inflasi tinggi, suku bunga cenderung naik untuk mencerminkan penurunan daya beli uang.

4. Pendapatan Tetap

Orang dengan pendapatan tetap, seperti pensiunan atau pekerja yang gajinya tidak terikat dengan inflasi, mungkin menghadapi kesulitan mempertahankan tingkat hidup yang sama ketika harga barang dan jasa naik.

Exit mobile version