JAKARTA, duniafintech.com – Berita ekonomi hari ini terkait data terbaru mengungkapkan bahwa tingkat inflasi di Indonesia pada bulan September 2023 tetap terkendali, berada pada level yang rendah sebesar 2,28% year-on-year (YoY). Hal ini terjadi di tengah kekhawatiran terhadap kenaikan harga komoditas pangan dan energi di pasar global.
Realisasi inflasi ini adalah yang terendah sejak Februari 2022. Pencapaian ini diakui sebagai hasil kerja keras dan sinergi antara berbagai pihak, termasuk Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP-TPID), dalam mengendalikan gejolak harga di tengah tantangan yang ada.
Baca juga: Berita Ekonomi Hari Ini: Sektor Pajak dan APBN Terkendali
“Pencapaian realisasi inflasi September 2023 didukung oleh inflasi volatile food (VF) yang terkendali, inflasi administered prices (AP) yang terus melandai, dan inflasi core/inti yang terjaga stabil. Ini adalah hasil dari upaya keras kita dalam menghadapi gejolak harga beberapa komoditas pangan dan energi di pasar global, serta ancaman El Nino,” kata Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Airlangga Hartarto.
Airlangga mengungkapkan perkembangan inflasi pada bulan September 2023 dipengaruhi oleh pergerakan seluruh komponen inflasi. Meskipun terdapat tantangan terkait kenaikan harga beras, inflasi pada sektor volatile food (VF) masih terkendali pada level 3,62% (YoY), sesuai dengan rentang sasarannya yang telah disepakati sebelumnya.
Pemerintah juga telah berupaya untuk menjaga ketersediaan pasokan pangan dengan memperkuat cadangan pangan, khususnya beras. Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) terus dilaksanakan, dan bantuan pangan berupa beras juga disalurkan kepada 21,3 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) untuk mendukung masyarakat miskin dan rentan.
Komponen administered prices mengalami inflasi sebesar 0,23% (month-to-month) atau 1,99% (YoY). Inflasi ini relatif rendah karena efek tahunan pada September 2022 akibat penyesuaian harga bahan bakar minyak telah hilang.
Sementara itu, komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,12% (month-to-month) atau 2,00% (YoY). Inflasi inti tetap terjaga stabil dalam rentang target 3%±1, menunjukkan bahwa daya beli masyarakat masih cukup baik. Dalam perbandingan global, realisasi inflasi inti Indonesia menduduki peringkat ke-7 dari 83 negara menurut catatan Trading Economics.
Baca juga: Berita Ekonomi Hari Ini: Utang Indonesia Meningkat, Tambah Utang dari ADB
“Kita akan terus memantau perkembangan domestik dan global yang dapat mempengaruhi tingkat inflasi di masa depan. Dalam menghadapi tantangan yang ada, kita akan terus berkomitmen untuk menjaga inflasi tetap stabil dan terkendali, dengan dukungan dari berbagai pihak seperti Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Bank Indonesia,” kata Airlangga.
Bank Indonesia: Inflasi Terkendali di Bulan September
Bank Indonesia mencatat untuk angka inflasi di Indonesia pada bulan September 2023 tetap terkendali dalam rentang sasaran 3,0±1%. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2023 mengalami kenaikan sebesar 0,19% (month-to-month), sehingga tingkat inflasi tahunan atau year-on-year (YoY) menjadi sebesar 2,28%, yang lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang mencapai 3,27% (YoY).
Menurut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono keberhasilan dalam mengendalikan inflasi ini adalah hasil dari kebijakan moneter yang konsisten dan kerja sama yang erat antara Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID), termasuk upaya memperkuat Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai wilayah.
Baca juga: Berita Ekonomi Hari Ini: Ini Target Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
“Dengan pencapaian ini, Bank Indonesia optimistis bahwa inflasi akan tetap terkendali sesuai dengan target 3,0±1% untuk tahun 2023 dan 2,5%±1% untuk tahun 2024,” ujar Erwin.
Dia menjelaskan inflasi inti, yang mencerminkan kenaikan harga dalam sektor non-pangan dan non-energi, tetap terkendali pada tingkat yang rendah. Pada September 2023, inflasi inti tercatat sebesar 0,12% (month-to-month), menunjukkan stabilitas dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai 0,13% (month-to-month). Secara tahunan, inflasi inti pada September 2023 mencapai 2,00%, yang lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai 2,18% (YoY).
Di sisi lain, dia menambahkan kelompok volatile food, yang mencakup komoditas pangan yang harganya cenderung fluktuatif, mengalami peningkatan inflasi. Pada bulan September 2023, kelompok ini mencatat inflasi sebesar 0,37% (month-to-month), naik dari bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,51% (month-to-month).
Menurutnya kenaikan ini terutama dipicu oleh kenaikan harga beras dan daging sapi. Namun, inflasi ini berhasil diredam oleh deflasi pada telur ayam ras, aneka bawang, dan aneka cabai. Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 3,62%, yang meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 2,42% (YoY).
Baca juga: Berita Ekonomi Hari Ini: Pemerintah Ajukan Penambahan PMN
Sementara itu, kelompok administered prices, yang mencakup komoditas dengan harga yang diatur oleh pemerintah, mengalami kenaikan inflasi dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Pada bulan September 2023, kelompok ini mencatat inflasi sebesar 0,23% (month-to-month), meningkat dari bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,02% (month-to-month).
Dia menilai kenaikan ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga bensin dan rokok kretek filter akibat penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi serta peningkatan tarif cukai tembakau.
“Namun, peningkatan inflasi ini berhasil diredam oleh deflasi pada tarif angkutan udara karena normalisasi harga setelah berakhirnya periode libur sekolah,” kata Erwin.
Secara tahunan, inflasi kelompok administered prices terus menurun menjadi 1,99%, yang lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang mencapai 8,05% (YoY), yang dipengaruhi oleh berakhirnya efek dasar dari penyesuaian harga BBM bersubsidi tahun lalu.