JAKARTA, duniafintech.com – Berita fintech Indonesia kali ini mengulas soal kerugian yang masih menjerat di industri fintech P2P Lending.
Bahkan, tidak tanggung-tanggung, jumlah kerugian perusahaan di sektor finansial yang satu ini mencapai 60%.
Belakangan ini pula, sektor fintech memang akrab dengan istilah efisiensi, yang kemudian berdampak pada terjadinya aksi PHK besar-besaran.
Kondisi juga pun menjadi salah satu alasan. Adapun kinerja keuangan yang masih rugi pun juga dialami oleh mayoritas pemain di fintech P2P lending.
Berikut ini berita fintech selengkapnya, seperti dinukil dari Kontan, Rabu (23/11/2022).
Berita Fintech Indonesia: Angka Profitabilitas Terus Membaik
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, masih ada 60,8% perusahaan yang rugi pada periode September 2022.
“Namun, angka profitabilitas tersebut terus membaik dibanding akhir tahun lalu yang merugi mencapai 68,0% penyelenggara,” kata Kepala Departemen Pengawasan IKNB 2B OJK, Bambang W Budiawan.
Disampaikannya, pihaknya terus melakukan pemantauan terhadap tingkat profitabilitas para penyelenggara fintech P2P lending dan menyadari perlu adanya perbaikan kesehatan keuangan.
Adapun dalam rangka penilaian kesehatan, kata dia lagi, OJK saat ini tengah menyusun regulasi yang berkaitan dengan langkah perbaikan untuk meningkatkan kinerja kesehatan P2P lending.
“Industri masih relatif muda dibandingkan dengan IKNB lainnya. Harus ada keseimbangan antara pengembangan dengan penguatan,” tuturnya.
Ia menyebut, salah satu yang menurutnya perlu ditingkatkan, yakni terkait permodalan. Hal itu pun seiring dengan pemenuhan minimum ekuitas sesuai POJK 10/2022.
“Industri P2P lending, kami prediksi masih dapat bertumbuh walaupun pertumbuhannya cenderung melambat,” bebernya.
Berita Fintech Indonesia: Pinjam Modal Catat Kerugian
Terkait persoalan ini, PT Finansial Integrasi Teknologi (Pinjam Modal) diketahui menjadi salah satu yang masih mencatat kerugian hingga akhir 2021 lalu. Perusahaan membukukan rugi senilai Rp 4,7 miliar.
Menurut Chief Operating Officer Pinjam Modal, Agus Gozali, nilai kerugian itu kian mengecil lantaran bisnis model semakin jelas untuk memberikan pendanaan kepada sektor produktif, utamanya untuk pendanaan inventory fast moving, misalnya Fast Moving Consumer Group (FMCG).
Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Inilah Masalah Terbanyak di Fintech Lending
Namun, pada akhir tahun 2022, dirinya memproyeksikan secara laporan laba rugi, laba Pinjam Modal masih rugi sekitar Rp 1,5 miliar hingga Rp 2 miliar.
Di samping itu, ia juga menyadari bahwa yang menghambat untuk meraih keuntungan, yaitu terkait beban operasional. Maka dari itu, ia menyebut bahwa pihaknya telah mengontrol beban operasional dengan melakukan efisiensi.
“Tantangannya adalah bagaimana produk kami tetap bisa kompetisi dengan kompetitor P2P lending lainnya,” tuntasnya.
Akseleran Keluar dari Jerat Kerugian
Di lain sisi, menurut Chief Executive Officer Akseleran, Ivan Nikolas, platform-nya sudah keluar dari jerat kerugian di semester dua ini. Akan tetapi, ia enggan menyebut nominalnya. S
Untuk diketahui, pada 2021, Akseleran mencatat rugi bersih senilai Rp 9,4 miliar. Adapun beban terbesar berasal dari gaji karyawan, yakni senilai Rp 28,2 miliar.
“Tapi kami tidak melakukan efisiensi karena kami dari awal memang hati-hati sekali,” jelasnya.
Ditambahkan Ivan, yang dilakukan oleh pihaknya untuk meraup untung pada tahun ini, yaitu dengan memperbanyak lender, baik ritel maupun konstitusi. Harapannya, cost of fund bisa turun.
“Cost of fund bisa turun dan kami bisa mendapatkan free lebih besar,” tutupnya.
Sekian ulasan tentang berita fintech Indonesia yang perlu diketahui. Semoga bermanfaat.
Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Bank Bisa Suntik Modal ke Fintech hingga 35 Persen
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com