JAKARTA, duniafintech.com – Berita fintech Indonesia kali ini terkait bunga pinjaman fintech lending dan kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI).
Saat ini, suku bunga BI yang masih naik diketahui belum membuat fintech P2P lending menaikkan bunga yang bisa diperoleh lender.
Sekalipun, dalam hal ini, mayoritas pemberi dana dari fintech P2P lending berasal dari industri perbankan.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), perbankan berkontribusi 40,85% terhadap outstanding pinjaman fintech lending yang sebesar Rp 51,04 triliun per Desember 2022.
Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Ini Kata IFSoc soal UU PDP dan Ekosistem Fintech
Berita Fintech Indonesia: Masih Tertarik Berikan Pendanaan
Melangsir Kontan, Senin (13/3/2023), menurut CEO Akseleran, Ivan Nikolas, industri perbankan masih tertarik dengan memberikan pendanaan dengan tren bunga yang belum ada kenaikan.
Dalam hal ini, lender memperoleh sekitar 10% per tahun setelah dikurangi premi asuransi.
Ia menerangkan, imbal hasil ini berbanding lurus dengan risiko yang ada. Jadi, supaya cost of fund rendah, imbuhnya, pihaknya perlu menjaga NPL dan assesment pinjaman harus terus ditingkatkan.
“Agar tetap menarik bagi bank dengan bunga yang sepadan,” paparnya.
Di lain sisi, guna menjaga agar bunga bisa dijaga dengan tidak dinaikkan, diperlukan adanya diversifikasi sumber pemberi pinjaman.
Hal itu karena kalau bunga perbankan naik maka nantinya akan dapat berpengaruh terhadap bunga yang diberikan ke peminjam.
“Di Akseleran kami perbankan support sekitar 40% funding,” sebutnya.
Menyesuaikan Suku Bunga
CEO Modalku, Reynold Wijaya, mengatakan bahwa pihaknya akan menyesuaikan suku bunga penerima dana dan pemberi dana sehubungan dengan keadaan ini.
Ia berpandangan, hal itu perlu dilakukan agar investasi di fintech P2P lending tetap menarik dan kompetitif dari sisi return yang didapatkan oleh pemberi dana.
“Modalku juga meninjau kembali kebijakan syarat pemberian kredit, karena semakin tinggi suku bunga maka akan semakin tinggi juga risiko gagal bayar,” sebutnya.
Ditambahkan COO Pinjam Modal, Agus Gozali, saat ini kondisi itu tidak banyak berpengaruh. Pasalnya, pemberi dana saat ini masih didominasi oleh BFI Finance sebagai induk.
“Kami lagi trial sama salah satu bank digital,” ungkapnya.
Baca juga: Berita Fintech Indonesia: 21 Fintech Lending Catatkan Kredit Macet di Atas 5 Persen
Bunga yang diberikan kepada pemberi dana di Pinjam Modal saat ini berada di kisaran 11% hingga 13%, dengan bunga terhadap peminjam di level 1,25% hingga 2,5% per bulan tergantung level risiko.
Berita Fintech Indonesia: SBR012 Jadi Buruan Investor
Dalam penawaran yang berlangsung pada 19 Januari—9 Februari 2023, total pemesanan Surat Berharga Negara (SBN) retail Savings Bond Retail seri SBR012 mencapai Rp 22,18 triliun.
Adapun pemesanan SBR012 bertenor 2 tahun mencapai Rp 16,73 triliun, sedangkan pemesanan SBR012 tenor 4 tahun sebesar Rp 5,45 triliun.
Diketahui, antusiasme masyarakat terhadap penawaran SBR012 sangat tinggi. Hal itu mengingat dalam seminggu pertama, pemesanan sudah melampaui target awal Rp 10 triliun.
Maka dari itu, kuota pemesanan SBR012 dinaikkan menjadi Rp 25 triliun. Fintech P2P lending Investree sebagai salah satu mitra distribusi mencatatkan total penjualan Rp 3,23 miliar.
Co-Founder & CEO Investree, Adrian Gunadi, mengatakan bahwa jumlah itu terdiri dari penjualan SBR012-T2 bertenor 2 tahun sebesar Rp 2,11 miliar dan SBR012-T4 dengan tenor 4 tahun Rp 1,12 miliar.
Terdapat total 81 pemesanan dari 76 investor untuk SBR012 tenor 2 tahun, sementara untuk tenor 4 tahun, ada sebanyak 56 pemesanan dari 40 investor.
“Masing-masing pembelian SBR012-T2 dan SBR012-T4 berkisar dari sekitar Rp 10 juta sampai Rp 200 juta,” kata Adrian saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (12/2).
Disampaikannya, seperti sebelumnya, generasi milenial usia 24—40 tahun mendominasi pembelian SBN retail pada platform Investree sejak pertama kali Kementerian Keuangan memasarkan SBR003 pada 2018.
Hal itu sejalan dengan salah satu tujuan utama Kementerian Keuangan dalam memasarkan SBN retail, yaitu meningkatkan partisipasi generasi muda dalam berinvestasi dan membangun negeri.
Fintech P2P lending Modalku sebagai mitra distribusi lainnya juga mencatatkan permintaan yang lebih tinggi untuk SBR012 tenor 2 tahun. Persentase total penjualannya lebih tinggi sebesar 72% serta jumlah investor sebesar 56% untuk tenor 2 tahun.
Disampaikan Co-Founder & CEO Modalku, Reynold Wijaya, rata-rata nilai pemesanan SBR012 per investor lebih dari Rp 18 juta.
“Total penjualan produk SBR012 di Modalku mengalami peningkatan sebesar lebih dari 50% jika dibandingkan dengan seri SBN terakhir, yakni ST009,” katanya.
Reynold menerangkan, produk ini lebih banyak diserap oleh investor retail, khususnya generasi milenial. Pasalnya, produk ini bersifat aman karena dijamin oleh negara dan penjualan bisa dilakukan secara online sehingga mudah untuk diakses.
Dalam pandangannya, antusiasme investor terhadap produk ini terbilang cukup besar jika dibandingkan dengan produk yang ditawarkan sebelumnya, yakni SBR011.
Hal itu mengingat bahwa SBR012 ditawarkan dalam dua tenor serta memiliki mekanisme imbal hasil floating with floor sehingga besaran kupon akan mengikuti kenaikan suku bunga acuan Indonesia.
Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Tahun 2022, Fintech Lending Berhasil Salurkan Pembiayaan Rp232,15 Triliun
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com