JAKARTA, duniafintech.com – Berita fintech Indonesia kali ini terkait 57 dari 102 pinjaman online (pinjol)/fintech lending yang masih merugi.
Hal itu sebagaimana catatan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Padahal, secara industri, fintech lending mencatatkan laba bersih Rp 50,48 miliar atau pertama kali sejak berdiri.
Berikut ini berita fintech Indonesia selengkapnya, seperti dinukil dari Katadata.co.id.
Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Fintech Lending Raup Keuntungan Rp50,48 M pada Januari
Berita Fintech Indonesia: 19 Startup Miliki Ekuitas Rp2,5 Miliar
Di samping itu, 19 startup pinjaman online atau pinjol memiliki ekuitas di Rp2,5 miliar. Padahal, Peraturan OJK Nomor 10 Tahun 2022 menetapkan ekuitas minimal Rp 2,5 miliar.
“Kami akan memonitor setahun persis, pada 14 Juli mengenai pemenuhan ekuitas minimal Rp 2,5 miliar,” ucap Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK, Ogi Prastomiyono, dikutip pada Selasa (7/3/2023).
Lebih jauh, OJK pun memantau 25 startup pinjaman online atau pinjol sebab tingkat wanprestasi pengembalian atau keterlambatan pembayaran lebih dari 90 hari (TWP90) perusahaan di atas 5%.
Adapun jumlahnya bertambah ketimbang akhir tahun lalu 22 platform. OJK akan memberikan surat pembinaan kepada 25 startup fintech lending atau pinjaman online tersebut.
Surat tersebut meminta mereka menyampaikan action plan perbaikan pendanaan kredit macet.
OJK akan memantau pelaksanaan action plan tersebut guna memastikan kredit bermasalah atau TWP90 turun.
Kalau kondisi kredit bermasalah justru melonjak maka OJK akan melakukan tindakan pengawasan lanjutan.
Namun, kondisi industri pinjaman online atau fintech lending di Indonesia terpantau aman pada Januari.
Berikut ini rinciannya:
- Laba bersih Rp 50,48 miliar atau pertama kali sejak berdiri
- Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) 89,16% atau lebih efisien dibandingkan Desember 2022 97,78% maupun Januari 2022 107,96%
- Beban operasional (biaya ketenagakerjaan, pemasaran dan periklanan, beban umum dan administrasi, biaya pengembangan dan pemeliharaan IT) naik 56,79% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 890,49 miliar
- Total pendapatan operasional (atas pengembalian pinjaman, pemberian pinjaman, dan denda) naik 81,79% yoy menjadi Rp 998,79 miliar
- Outstanding penyaluran pembiayaan naik 63,47% yoy menjadi Rp 51,03 triliun
- TWP90 turun menjadi 2,75%
Berita Fintech Indonesia: Dua Startup Fintech Besar PHK Pegawai
Sementara itu, dua startup fintech, Bibit dan Fazz Financial dilaporkan telah merumahkan sejumlah karyawannya.
Kabar itu semakin menambah panjang tsunami PHK yang terjadi pada startup hingga perusahaan besar bidang teknologi.
Fazz Financial sudah mengkonfirmasi melakukan reorganisasi pada 1 Maret 2023, termasuk PHK.
Kebijakan reorganisasi berdampak terhadap karyawan yang ada di seluruh kantor Indonesia.
“Sayangnya, kami tidak dapat mengungkapkan angka pastinya karena kerahasiaan bisnis,” ucap juru bicara Fazz melalui keterangan, seperti dinukil dari CNBC Indonesia.
Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Ini Kata OJK soal Moratorium Fintech P2P Lending
Keputusan tersebut diambil setelah mempertimbangkan langkah-langkah pemotongan biaya lain.
Hal itu termasuk memangkas biaya infrastruktur dan operasional, pemotongan gaji sukarela dan pembekuan gaji pada tingkat co-founder hingga tim eksekutif senior.
Kebijakan reorganisasi bisnis jadi bagian upaya berkelanjutan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan melakukan perampingan operasi bisnis.
Tujuannya, yaitu untuk fokus pada kekuatan inti unit bisnis, khususnya pada pembayaran, kredit, dan stablecoin.
Pada karyawan yang terdampak, Fazz menjanjikan mereka menerima paket pesangon dan masa pemberitahuan sesuai peraturan UU tenaga dan kontrak kerja.
Di samping itu, juga mendapatkan tunjangan seperti THR. Sementara itu, Bibit pun kabarnya merumahkan puluhan karyawannya beberapa waktu lalu.
Pihak perusahaan telah buka suara terkait kabar tersebut. PR & Corporate Communications Lead Bibit, William tidak memberikan bantahan pada kabar tersebut.
Ia hanya menjelaskan bahwa Bibit melakukan tinjauan kinerja pada berbagai fungsi sebagaimana perusahaan pada umumnya, dengan tujuan memastikan bisnis bisa mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
“Itu proses yang reguler. Perusahaan berada dalam keadaan yang baik dan sehat secara finansial,” tuturnya.
William pun memastikan seluruh layanan dan aktivitas operasional Bibit masih berjalan seperti biasa.
Modal Besar
Fazz Financial merupakan perusahaan hasil penggabungan dua startup yaitu PayFazz yang lahir di Indonesia dan Xfers.
Sebagai perusahaan fintech, layanan yang disediakan perusahaan mencakup Point of Sales, pengelolaan transaksi, transfer dana, hingga platform agen finansial.
Dalam publikasi pendanaan terakhir pada September 2022, Fazz Financial mengumumkan suntikan modal senilai US$100 juta.
Investor yang bergabung dalam ronde pendanaan ini adalah Tiger Global, DST Investment, B Capital, Insignia Ventures Partners, dan ACE & Company.
Dalam pengumuman yang sama, Fazz Financial mengungkapkan rencana untuk menambah jumlah pegawai di Singapura, Indonesia, Malaysia, Vietnam, dan Taiwan dari 800 orang menjadi 1.400 orang.
Bibit adalah perusahaan teknologi finansial yang menyediakan layanan aplikasi untuk berinvestasi secara online, termasuk pembelian reksa dana.
Pendanaan terakhir yang diumumkan Bibit adalah suntikan modal US$ 80 juta dari sekelompok investor yang dipimpin oleh induk usaha OLX, Prosus dan perusahaan investasi milik Singapura, GIC.
Bibit tergabung bersama Stockbit di perusahaan PT Stockbit Investa Bersama. Berbeda dengan Bibit yang fokus di platform reksa dana, Stockbit menyediakan aplikasi untuk jual beli saham.
Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Lebih dari 50 Persen Pajak Sektor Fintech Disumbang oleh Kripto
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com