JAKARTA, duniafintech.com – Berita fintech Indonesia hari ini terkait fintech Kredit Pintar yang mendapatkan suntikan dana dari Patrick Waluyo cs.
Adapun induk usaha Atome dan Kredit Pintar yang berbasis di Singapura, Advance Intelligence Group, mengumumkan pendanaan baru senilai US$ 80 juta.
Diketahui, Northstar Group yang dikelola Patrick Walujo ikut berinvestasi.
Dana segar senilai US$ 80 juta (sekitar Rp 1,18 triliun) yang diterima oleh Advance Intelligence Group merupakan investasi lanjutan dari ronde pendanaan Seri D senilai US$ 400 juta yang diumumkan pada 2021.
Berikut ini berita fintech Indonesia selengkapnya.
Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Tingkatkan Kesejahteraan Anak, Julo Gandeng Unicef
Berita Fintech Indonesia: Total Investasi Diterima Melampaui $700
Melangsir CNBCIndonesia.com, berdasarkan siaran pers, total investasi yang telah diterima oleh Advance Intelligence telah melampaui US$ 700 juta.
Dengan demikian, perusahaan saat ini memiliki modal US$ 1 miliar untuk mendukung aktivitas pinjaman mereka.
Warburg Pincus dan Northstar Group, keduanya dikenal sebagai investor di Gojek yang kini telah merger dengan Tokopedia menjadi GoTo, memimpin pendanaan baru Advance Intelligence.
Patrick Walujo, salah satu pendiri dan managing partner di Northstar Group, menyatakan bahwa Northstar memperkuat posisinya di Advance Intelligence untuk mendukung mereka menjelma menjadi perusahaan layanan finansial dengan dukungan teknologi AI.
Advance Intelligence Group merupakan induk dari ADVANCE.AI, yaitu perusahaan penyedia teknologi finansial untuk korporasi, penyedia pay later Atome, dan perusahaan pinjaman online Kredit Pintar.
Co-founder dan CEO Advance Intelligence Group Jefferson Chen mengatakan, modal tambahan akan digunakan untuk mempercepat program penggunaan kecerdasan buatan (AI) di berbagai lini bisnis grup.
“Modal baru ini membantu akselerasi penggunaan teknologi AI untuk merampingkan proses transaksi consumer dan memberikan akses lebih luas kepada produk pinjaman dan finansial,” ucap Chen.
Berita Fintech Indonesia: Tingkatkan Kesejahteraan Anak, Julo Gandeng Unicef
Sebelumnya, dinukil dari Tribunnews.com, PT Julo Teknologi Finansial (Julo) menggandeng lembaga PBB, Unicef.
Hal ini dilakukan oleh perusahaan fintech Julo dengan lembaga dana anak perserikatan bangsa-bangsa tersebut dalam rangka berdonasi untuk meningkatkan kesejahteraan anak Indonesia.
Dalam hal ini, Julo diketahui telah menyalurkan dana bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei 2023 lalu.
Menurut Head of Marketing Julo, Mikhal Anindita, jumlah donasi dari Julo sebesar Rp 100 juta yang merupakan bagian dari Program Buka Berkah Julo.
Ia mengatakan, seluruh donasi dialokasikan untuk program Corporate Fellowship Unicef Indonesia dengan tujuan membantu meningkatkan kualitas hidup anak-anak secara menyeluruh.
Manfaat dari program itu, imbuhnya, mulai dari segi kesehatan, pemenuhan nutrisi, pendidikan, hingga lingkungan tumbuh kembang yang kondusif di seluruh Indonesia.
Kata Mikhal lagi, Buka Berkah Julo berlangsung sejak Ramadhan 2023.
Lewat program tersebut, Julo mengajak nasabah untuk berkontribusi dalam meningkatkan kualitas hidup dan pendidikan putra-putri Indonesia.
Setiap transaksi yang dilakukan pada Maret dan April 2023, akan dicatat sebagai program Corporate Fellowship Unicef Indonesia tingkat Gold.
Dalam periode tersebut, terdapat partisipasi mencapai 100.000 transaksi dari ribuan nasabah Julo.
Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Kata Pengamat soal Kinerja Industri Fintech Lending pada 2023
Kata Pengamat soal Kinerja Industri Fintech Lending pada 2023
Sebelumnya, menukil Bisnis.com, pengamat memberikan pandangan terkait kinerja industri fintech lending pada 2023.
Menurut pengamat, berbaliknya kinerja industri fintech (financial technology) lending dengan mencetak laba pada dua bulan pertama 2023 menandakan bahwa performa di industri ini mulai bergerak membaik, seiring dengan perbaikan ekonomi.
Disampaikan Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, terdapat beberapa faktor yang berdampak pada perolehan laba di industri fintech lending.
Pertama, Bhima mengatakan bahwa periode 2020—2022 merupakan fase terberat bagi ekonomi. Imbasnya, membuat banyak peminjam yang gagal bayar.
Bhima menuturkan, saat ini merupakan tahun pemulihan ekonomi dan beberapa indikator menunjukkan adanya konsumsi yang positif.
“Di sektor perbankan sebagai perbandingan, pertumbuhan kredit konsumsi mulai naik, kredit modal kerja juga cukup bagus. Itu ikut menopang kinerja dari fintech lending,” katanya.
Kedua, adanya fase konsolidasi. Bhima mengatakan fintech lending mulai melakukan kolaborasi berupa merger atau akuisisi dengan perbankan atau sesama pemain fintech untuk meningkatkan kinerja.
Ketiga, industri fintech lending mulai menerapkan prinsip kehati-hatian (prudent) saat memberikan pinjaman.
“Fintech yang berkembang saat ini lebih prudent, lebih berhati-hati, dan syarat pinjaman yang lebih ketat,” imbuhnya.
Selain itu, lanjut Bhima, saat ini pemain fintech juga melakukan kolaborasi dengan perbankan guna menurunkan tingkat risiko kredit bermasalah.
Berangkat dari sejumlah faktor tersebut, Bhima meyakini bahwa industri fintech lending akan terus berkembang dengan memiliki kredit yang berkualitas pada 2023.
“Menurut saya performa kredit fintech lending di 2023 akan semakin berkualitas. Ini yang juga akan membuat ekosistem fintech menjadi lebih dipercaya baik dari sisi investor, borrower, maupun lender,” tandasnya.
Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Didominasi Generasi Milenial, Kredit Macet Fintech Capai Rp645,55 M
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com