Dunia Fintech

Berita Fintech Indonesia: Kredit Macet Membayangi Industri Fintech Lending, OJK Ungkap Penyebabnya

JAKARTA, duniafintech.com – Berita fintech Indonesia terkait kredit macet yang masih membayangi industri financial technology (fintech) lending.

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terdapat beberapa faktor yang membuat perusahaan fintech peer to peer lending dibayang-bayangi kredit macet yang tinggi.

Berikut ini berita fintech Indonesia selengkapnya, seperti dinukil dari Kompas.com.

Baca juga: OJK Catat Industri Fintech P2P Capai Pertumbuhan 36,45 Persen

Berita Fintech Indonesia: Dipengaruhi Kemampuan Platform Fasilitasi Penyaluran Dana

Dikatakan Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Lembaga Penjamin, dan Dana Pensiun, Ogi Prastomiyono, faktor yang membuat perusahaan fintech lending dibayang-bayangi kredit macet dipengaruhi oleh kemampuan platform memfasilitasi penyaluran dana.

“Sehingga dapat memengaruhi outstanding pendanaan dan besarnya pendanaan yang masuk dalam periode macet,” katanya dalam keterangan resmi, dikutip pada Kamis (11/5/2023).

Ditambahkannya, kredit macet yang tinggi juga dipengaruhi oleh kualitas credit scoring kepada calon penerima pinjaman.

Sebaliknya, proses collection pinjaman yang sedang berjalan juga jadi salah satu faktor yang mempengaruhi. 

Ia pun menyebut, tingginya kredit macet pada pinjaman online juga dipengaruhi oleh banyaknya kerja sama dengan ekosistem misalnya penyediaan fasilitas asuransi kredit. 

Untuk bisa menekan angka kredit macet pada fintech lending, OJK meminta perusahaan yang punya TWP90 di atas 5 persen untuk mengajukan rencana aksi guna melakukan perbaikan pendanaan macet.

Bukan itu saja, OJK juga akan memonitor pelaksanaan rencana aksi perusahaan dengan ketat.

“Jika kondisinya lebih buruk, OJK melakukan tindakan pengawasan lanjutan sesuai ketentuan yang berlaku,” tuturnya.

Jumlah Fintech dengan TWP90 Sebanyak 23 Perusahaan

Menurut catatan OJK, jumlah fintech lending yang memiliki kredit macet atau TWP90 di atas 5 persen sebanyak 23 perusahaan per Maret 2023.

Angka itu mewakili 22,55 persen dari total penyelenggara pinjaman online ini.

Perlu diketahui, pada Februari 2023 jumlah fintech yang memiliki TWP di atas 5 persen sebanyak 19 perusahaan.

Angka ini turun dari jumlahnya di awal tahun 2023 sebanyak 25 entitas.

Secara agregat industri, OJK melaporkan jumlah TWP90 sampai periode akhir Maret 2023 sebesar 2,81 persen.

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: AFPI Komitmen Dorong Literasi Keuangan dan Akses Pendanaan Produktif

Berita Fintech Indonesia: Pendanaan Fintech Kuartal I/2023 Naik Mencapai US$15 M

Sementara itu, melangsir Bisnis.com, startup yang bergerak di bidang fintech tampaknya masih menjadi sektor yang banyak dilirik investor.

Hal itu tampak dari meningkatnya pendanaan terhadap fintech di kuartal I/2023.

Menurut data CB Insights, Rabu (10/5/2023), pendanaan terhadap startup fintech di kuartal pertama 2023 sebesar US$15 miliar atau senilai Rp221 triliun. 

Angka itu naik 54,6 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Dalam waktu tiga bulan awal tersebut pun ada 983 kesepakatan. 

Jika dibandingkan pendanaan pada kuartal I/2022 maka sektor fintech mencatatkan pendanaan US$30,5 miliar atau 50,82 persen di atas pendanaan periode kuartal I/2023.

Berita Fintech Indonesia

Kuartal ini pun merupakan peningkatan pertama kalinya di sektor fintech setelah empat kuartal mengalami penurunan secara terus menerus. 

Adapun peningkatan ini pun didorong dengan adanya pendanaan terhadap Stripe, startup asal Amerika Serikat. 

Pendanaan tersebut menyumbang lebih dari 40 persen terhadap total pendanaan fintech secara global pada kuartal I/2023. 

Tanpa pendanaan ke Stripe, total pendanaan fintech global pada kuartal I/2023 hanya sebesar US$8,5 miliar atau turun 12 persen dibandingkan kuartal IV/2022. 

CB Insights pun menilai hal ini menunjukan bahwa investasi ke sektor fintech masih melambat, sebagaimana data penurunan pendanaan oleh modal ventura di dunia.

Pada kuartal I/2023, pendanaan modal ventura menunjukan penurunan pada kuartal I/2023. 

Pada tiga bulan awal tahun ini, pendanaan terhadap perusahaan rintisan atau startup hanya mencapai 7.024 kesepakatan.

Berdasarkan data dari CB Insights, Minggu (30/4/2023), total pendanaan modal ventura yang terealisasi pada kuartal I/2023 sebesar US$58,6 miliar dengan 7.024 kesepakatan.

Nilai ini pun turun 12,67 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Pada kuartal IV/2022 total pendanaan modal ventura mencapai US$67,1 miliar dengan 7.986 kesepakatan.

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Kredit Pintar Dapat Suntikan Dana dari Patrick Walujo Cs, Ini Fokusnya

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

Exit mobile version