JAKARTA, duniafintech.com – Berita fintech Indonesia terkait perkembangan platform fintech yang belakangan ini mulai dirasakan masyarakat manfaatnya.
Sedikit banyak, solusi yang ditawarkan oleh pemain fintech memberi masyarakat jawaban atas kebutuhan finansial mereka.
Akan tetapi, sayangnya, perkembangan fintech yang ada saat ini, khususnya di segmen Peer to Peer (P2P) lending, yang mempertemukan pemberi dan penerima pinjaman, dalam proses penagihannya masih relatif masih tradisional.
Melihat masih adanya kekurangan tersebut, Credgenics, penyedia utama platform teknologi penagihan pinjaman berbasis Software as a Service SaaS, dan Investree, salah satu pemain fintech lending di Indonesia, mengumumkan kerja sama untuk mengubah penagihan pinjaman secara digital.
Berikut ini berita fintech Indonesia selengkapnya, seperti dinukil dari Jawapos.com, Jumat (7/7/2023).
Baca juga: Tips Mengembangkan Bisnis Fintech dan Kelebihannya yang Perlu Diketahui
Berita Fintech Indonesia: Berintegrasi dengan Ekosistem Pinjaman Investree
Dengan memfasilitasi proses penagihan pinjaman secara digital, berbasis data, dan berpusat pada pelanggan di Investree, Credgenics mengeklaim akan membantu membentuk masa depan dan meluncurkan cara baru digitalisasi penagihan di Indonesia.
Dengan kerja sama ini, platform penagihan pinjaman berteknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) dari Credgenics akan berintegrasi dengan ekosistem pinjaman Investree untuk memungkinkan proses digital yang lebih seamless di seluruh siklus penagihan pinjaman ritel end-to-end.
Investree akan memanfaatkan berbagai modul Credgenics dan kemampuan strategis berwawasan dalam komunikasi digital omni-channel yang dikombinasikan dengan voice bot, dan dialer prediktif (sistem pemanggilan otomatis berdasar waktu yang tepat).
“Digitalisasi penagihan utang sangat penting untuk mendapatkan tingkat profitabilitas yang lebih tinggi, kelincahan bisnis yang berkelanjutan, dan peningkatan mitigasi risiko kredit,” terang Rishabh Goel, Co-Founder & CEO, Credgenics di Jakarta.
Platform penagihan terintegrasi Credgenics sendiri melayani berbagai kebutuhan tim yang berbeda, sehingga mampu menghasilkan efisiensi biaya, visibilitas operasional, dan transparansi hasil.
Kurangnya sistem digitalisasi dan ketergantungan pada proses manual berbasis kertas dalam penagihan pinjaman di seluruh Indonesia mengakibatkan rendahnya produktivitas tim dan biaya yang besar.
Efisiensi Operasional
Di lain pihak, aplikasi CG Collect Credgenics memungkinkan pelacakan petugas lapangan secara real time, navigasi berbasis peta, tanda terima digital, multibahasa antarmuka, dan geo-fencing untuk memberikan efisiensi operasional yang lebih tinggi dalam pengumpulan utang.
“Kami sangat senang dapat bekerja sama dengan Credgenics untuk mendigitalkan dan mengubah proses penagihan pinjaman kami,” kata Adrian Gunadi, Co-Founder & CEO Investree Indonesia dalam kesempatan yang sama.
Adrian menambahkan, Investree Indonesia telah memfasilitasi pinjaman senilai Rp 21,30 triliun, dan pihaknya berkomitmen untuk menyediakan solusi pinjaman yang inovatif dan mudah diakses oleh usaha kecil dan menengah.
“Dengan keahlian Credgenics yang telah terbukti dalam teknologi penagihan pinjaman dan jangkauan kami yang luas, kami yakin kerja sama ini akan sukses besar. Kami berkomitmen untuk mendigitalkan inklusi keuangan di Indonesia dan teknologi Credgenics akan membantu kami mempercepat agenda ini,” pungkas Adrian.
Berita Fintech Indonesia: Ini Kata OJK soal Penyebab Kredit Macet iGrow
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membeberkan penyebab di balik tingginya kredit macet yang terjadi di PT iGrow Resources Indonesia (iGrow). Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Ogi Prastomiyono mengatakan, kredit macet iGrow disebabkan oleh beberapa hal.
“Pertama, hasil produksi pada borrower (penerima pinjaman) yang tidak mencapai target yang diestimasikan,” ujar dia dalam keterangan resmi, dikutip dari Kompas.com.
Selain itu, kredit macet iGrow juga dipengaruhi oleh adanya gagal panen pada beberapa proyek yang mendapat penyaluran pendanaan.
Ketiga, Ogi bilang, kredit macet iGrow juga disebabkan oleh adanya keterlambatan pembayaran dari offtaker penerima dana.
Baca juga: Produk Fintech di Indonesia yang Populer serta Keunggulannya
“Atas hal tersebut, penyelenggara terus melakukan penagihan kepada penerima pendanaan,” imbuh Ogi.
Selain itu, iGrow juga disebut melakukan pengecekan dan monitoring kepada borrower. Penyelenggara juga melakukan upaya hukum terhadap penerima pinjaman sebagai bentuk penanganan pinjaman macet tersebut.
Kemudian, Ogi bilang, pihaknya meminta iGrow mengkomunikasikan proses penanganan pendanaan yang macet kepada pemberi pinjaman (lender) secara transparan dan mutakhir.
Di samping itu, OJK sesuai dengan ketentuan, melakukan pemeriksaan terhadap iGrow atas kepatuhan penyelenggaraan fintech lending.
“Dalam pemeriksaan yang tengah berlangsung, apabila dari hasil pemeriksaan dan analisis ditemukan pelanggaran atas ketentuan berlaku, maka OJK akan melakukan penegakan ketentuan dan mengenakan sanksi administratif berdasarkan peraturan yang berlaku,” tandas dia.
Baca juga: Berita Fintech Indonesia: OJK: Kredit Macet Fintech Bisa Dipicu oleh Ketidakstabilan Sektor Tertentu
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com