JAKARTA, duniafintech.com – Berita fintech Indonesia mengulas terkait penyaluran pembiayaan dari bisnis fintech lending milik Axiata, Boost.
Diketahui, Boost sudah menyalurkan pembiayaan sekitar Rp 3 triliun di Indonesia hingga tahun 2023.
Adapun secara kumulatif, sejak berdiri pada 2017 sampai 2023, Boost telah menyalurkan mencapai Rp 9 triliun di Malaysia dan Indonesia.
Berikut ini berita fintech Indonesia selengkapnya, seperti dinukil dari Kompas.com, Rabu (26/7/2023).
Baca juga: Berita Fintech Indonesia: OJK Ungkap Faktor Pemicu Terus Naiknya Kredit Macet Fintech
Berita Fintech Indonesia: Fokus pada P2P Lending Produktif
Menurut CEO Boost Indonesia Stefanus Warsito, Boost akan mendorong pertumbuhan UMKM di Indonesia. Boost menawarkan pembiayaan dengan fokus pada pinjaman peer-to-peer (P2P) lending yang produktif.
“Saat ini, kami bermitra dengan pelaku ekosistem untuk melihat bagaimana dapat mengubah model fintech lending yang menjadi solusi dan produk usaha yang bernilai bagi UMKM,” ujar dia dalam keterangan resmi.
Disampaikannya, sebanyak 40 persen nasabah Boost di Malaysia dan Indonesia belum pernah menerima kredit dari penyedia jasa keuangan sebelumnya.
Sebagai gambaran, Boost sudah menyalurkan pembiayaan di Indonesia sekitar 40 persen dari total penyaluran yang mencapai Rp 9 miliar.
Di sisi lain, tingkat pengajuan pinjaman kembali (repeat rate) mencapai 90 persen pada pembiayaan mikro jangka pendek untuk Malaysia dan Indonesia.
Sejauh ini, Boost telah mencatatkan peningkatan secara tahunan sebanyak lebih dari 13 persen dalam total penyaluran pinjaman.
Boost juga mencatat pertumbuhan 24 persen dalam catatan pinjamannya. Sedangkan, pencairan pinjaman rata-rata per bulan Rp 208 miliar.
Visi Boost
Sementara itu, Group CEO Boost Sheyantha Abeykoon mengungkapkan, visi dari Boost adalah mendukung pada peminjam atau merchant untuk dapat mencapai tujuan keuangan melalui jalur digital.
Di Indonesia, Boost menawarkan dua layanan pembiayaan melalui P2P lending, yaitu invoice financing dan supply chain financing. Peminjam dapat mengajukan pembiayaan hingga Rp 2 miliar dalam waktu 3 bulan.
“Layanan ini memungkinkan UMKM memperoleh pembiayaan untuk kegiatan usaha, memperluas toko, membayar gaji karyawan,” ujar dia.
Berita Fintech Indonesia: OJK Ungkap Faktor Pemicu Terus Naiknya Kredit Macet Fintech
Sebelumnya, dinukil dari Kontan.co.id, terkait terus naiknya angka kredit macet pada industri fintech peer to peer (P2P) lending.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), ada sejumlah faktor yang membuat angka kredit macet atau TWP90 di industri fintech P2P lending ini meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Tercatat, TWP90 fintech P2P lending per Mei 2023 mencapai 3,36%, meningkat dari bulan sebelumnya 2,82%.
Disampaikan Kepala Departemen Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Triyono Gani, ada faktor siklikal karena bisnis fintech P2P lending yang makin besar.
Di samping itu, OJK masih terus memeriksa perusahaan P2P lending, dan dalam pemeriksaan ada beberapa temuan tambahan kredit macet yang belum dilaporkan oleh fintech tersebut.
Baca juga: Produk Fintech di Indonesia dan Keunggulannya, Cek di Sini
“Hal itu juga bisa saja membuat angka kredit macet dikoreksi. Jadi, itu hanya faktor koreksi dan siklikal. Mudah-mudahan seperti itu,” katanya, baru-baru ini.
Menurutnya, angka TWP90 per Mei 2023 yang mencapai 3,36% masih terbilang aman karena belum melebihi batas 5%.
Ia menambahkan, pada 2020 waktu pandemi Covid-19 mulai melanda Indonesia, OJK langsung mengintensifkan pembinaan kepada para perusahaan fintech P2P lending. Dia menerangkan OJK meminta action plan para perusahaan fintech untuk menurunkan angka kredit macet.
“Jadi, kami memberikan sinyal kuat untuk pasar bahwa OJK selalu memantau, kemudian memang ada beberapa perusahaan yang angkanya di luar standar, ya, kami meminta mereka untuk menurunkan segera,” kata Triyono.
Baca juga: Berita Fintech Hari Ini: Ini Tanggapan KoinWorks Terkait Turunnya Tren Fintech P2P Lending
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com