JAKARTA, duniafintech.com – Berita fintech Indonesia terbaru mengulas terkait kolaborasi yang dijalin oleh PT Amartha Mikro Fintek (Amartha).
Adapun pionir fintech peer to peer (P2P) lending atau pinjaman online (pinjol) itu diketahui menjalin kolaborasi dengan PT Nationalnobu Tbk (Nobu Bank) dengan fokus pada pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Dukungan Amartha dan Nobu Bank menyasar pelaku UMKM perdesaan di Indonesia dengan komitmen tahap awal sebesar Rp100 miliar.
Berikut ini berita fintech Indonesia selengkapnya, Senin (31/7/2023).
Baca juga: Produk Fintech di Indonesia, Simak Jenis-jenisnya
Berita Fintech Indonesia: Mengakselerasi Permodalan Usaha Produktif
Kolaborasi ini ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang dilaksanakan pada 27 Juli 2023 di Kantor Nobu Bank Gajah Mada Tower, Jakarta Pusat.
Kolaborasi kedua belah pihak ini bertujuan mengakselerasi permodalan usaha produktif bagi lebih dari 30.000 mitra binaan Amartha di berbagai sektor usaha khususnya di Pulau Jawa, Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Sumatra Selatan.
Chief Funding Officer Amartha, Julie Fauzie menguraikan dalam mengakselerasi modal usaha produktif bagi para pelaku UMKM di Indonesia yang merupakan tulang punggung ekonomi nasional.
Julie menyambut baik adanya kolaborasi sinergis dengan Nobu Bank yang telah mempunyai pengalaman lebih dari 30 tahun di industri keuangan. Serta memiliki kesamaan visi misi dalam mendukung segmen UMKM dan ultra mikro.
“Semoga kolaborasi ini dapat secara langsung yang menjadi fondasi dari langkah kolaborasi ini. Semoga kolaborasi ini dapat secara langsung memberikan dampak nyata bagi peningkatan ekonomi dan taraf hidup pelaku UMKM sehingga bisa menimbulkan efek domino yang signifikan bagi keluarga serta komunitasnya,” ujar Juli dalam rilis resminya.
Julie mengaku pihaknya juga berkontribusi positif terhadap perekonomian dengan memprioritaskan layanan pada UMKM.
Mengingat, secara konsisten memberikan dukungan kepada UMKM dalam meningkatkan daya saing di pasar. Tidak hanya melalui modal kerja tetapi juga literasi keuangan dan digital.
Amartha, lanjut Julie, juga mencatatkan performa yang baik di mana total penyaluran modal usaha produktif hingga akhir Kuartal I tahun 2023 di Pulau Sumatra, Jawa, dan Sulawesi mengalami peningkatan dua kali lipat dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Hingga saat ini Amartha telah menjalin kolaborasi dengan lebih dari 30 institusi di sektor keuangan.
Komitmen Dukung Pertumbuhan UMKM
Direktur Nobu Bank, Andrian Meirawan Saputra, menjelaskan kolaborasi tersebut merupakan wujud dari komitmen mendukung pertumbuhan UMKM di Indonesia.
Ia menjelaskan kerja sama ini menjadi salah satu mileston penting bagi Nobu Bank yang saat ini tengah fokus mengembangkan segmen kredit mikro. Selain segmen konsumer dan Usaha Kecil, dan Menengah (UKM) yang selama ini telah menjadi kompetensi utamanya.
“Kami melihat semangat dan komitmen yang sama dari Amartha yang selama ini secara konsisten memberikan pendampingan dan dukungan permodalan bagi UMKM, khususnya pelaku usaha ultra mikro,” pungkas Andrian.
Berita Fintech Indonesia: Tech Winter Melanda Dunia, OJK Yakin Industri Fintech Indonesia “Kebal”
Sebelumnya, dinukil dari Viva.co.id, ‘Aftech Annual Members Survey (AMS)’ 2022/2023 baru saja diluncurkan. Kegiatan ini digelar oleh Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) bersama Katadata Insight Center (KIC) serta Women’s World Banking (WWB).
Laporan rutin tahunan yang diterbitkan sejak tahun 2017 itu memberikan gambaran mengenai perkembangan terkini serta peluang dan tantangan yang dihadapi oleh industri fintech di Indonesia.
AMS 2022/2023 menyoroti perkembangan industri fintech, fenomena tech winter, talenta digital, kontribusi terhadap perekonomian (terutama investasi), penerapan tata kelola yang baik, pemerataan infrastruktur digital, kesetaraan gender, dan regulasi yang kondusif.
Menurut Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, tech winter yang melanda dunia dampaknya tidak terlalu dirasakan oleh industri fintech di Indonesia.
Hal ini karena pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi dan berkelanjutan. Tech Winter adalah istilah populer yang menggambarkan kondisi perusahaan rintisan atau startup berbasis teknologi, mulai tumbang dan gugur satu per satu.
Baca juga: Berita Fintech Hari Ini: Tech Winter Melanda Dunia, OJK Yakin Industri Fintech Indonesia “Kebal”
Fenomena tech winter menyebabkan pelaku di industri teknologi dan perusahaan startup, lebih berfokus untuk bertahan dan melakukan inovasi guna menghasilkan profit.
Lebih lanjut, Mahendra mengungkapkan, agar pertumbuhan fintech berjalan baik maka harus disertai penerapan good governance, risk and compliance, transparansi, mekanisme audit yang kredibel dan akuntabilitas sebagai perilaku kunci bisnis fintech.
“Kami yakin fintech di Indonesia mampu jadi bagian integral dari pembangunan ekonomi Indonesia. Inovasi dan solusi yang ditawarkan fintech sangat diperlukan Indonesia, yang punya pertumbuhan ekonomi tinggi dan berkelanjutan, demografi yang besar dan stabilitas politik yang baik, serta pembangunan sosial serta kesejahteraan yang cepat,” ujarnya.
Senada, Ketua Umum AFTECH, Pandu Sjahrir mengatakan, di tengah lingkungan bisnis yang diwarnai oleh resesi global, industri fintech berperan penting dalam merespons tantangan-tantangan yang ada.
Dalam konteks ini, Pandu meyakini bahwa fintech menjadi solusi kunci untuk perusahaan dalam menjaga efisiensi, dan efektivitas di tengah tekanan ekonomi.
Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa industri fintech berkembang ke arah yang positif, guna mendorong inklusi finansial mencapai target 90 persen pada 2024 dan memperkuat ekosistem digital nasional.
“Kami yakin bahwa industri fintech Indonesia mantap melangkah ke arah keberlanjutan inklusi,” ujarnya.
Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Begini Kata OJK Terkait Kenaikan Kredit Macet Fintech Lending
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com