JAKARTA, duniafintech.com – Berita fintech Indonesia terkait perusahaan fintech peer-to-peer lending/pinjaman online PT Alami Fintek Sharia.
Diketahui, Alami mencatat penyaluran pembiayaan perusahaan mencapai Rp1 triliun per semester I/2023. Capain ini tumbuh 14 persen secara tahunan (year-on-year).
Berikut ini berita fintech Indonesia selengkapnya, seperti dikutip dari Bisnis.com, Rabu (2/8/2023).
Baca juga: Berita Fintech Hari Ini: Fintech Indonesia Kuasai 33 Persen Pendanaan Perusahaan
Berita Fintech Indonesia: Disebabkan oleh Beberapa Faktor
Direktur Utama Alami Fintek Sharia Harza Sandityo mengatakan, peningkatan penyaluran pembiayaan Alami disebabkan oleh beberapa faktor.
Salah satunya teknologi yang digunakan perusahaan yang mampu memberikan solusi pembiayaan dengan cepat dan efisien sehingga proses pengajuan hingga persetujuan pembiayaan menjadi lebih mudah dan cepat.
“Selain itu, kami juga menyediakan akses pembiayaan bagi UMKM yang sebelumnya sulit mendapatkan layanan dari bank, sehingga semakin banyak pelaku usaha yang memilih Alami,” ujar Harza.
Harza menuturkan sejak beroperasi pada 2019 hingga semester I/2023, total pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp5,25 triliun.
“Hingga akhir tahun 2023, kami menargetkan penyaluran pembiayaan Alami tumbuh lebih dari 40 persen secara tahunan,” tuturnya.
Dia mengatakan strategi yang dijalankan perusahaan untuk mengejar target, yakni melalui kemitraan strategis, inovasi produk dan layanan, penguatan manajemen risiko, peningkatan pengalaman pelanggan, hingga kepatuhan regulasi dan standar industri.
“Kami berkomitmen untuk mematuhi peraturan dan standar industri yang berlaku untuk membentuk ekosistem industri yang sehat dan berkelanjutan ke depan,” tutup Harza.
Kinerja Alami pada 2022
Sementara itu dilihat dalam laman perusahaan, pada akhir Desember 2022 Alami memiliki aset Rp15,22 miliar. Jumlah ini susut 52,42 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp31,99 miliar.
Penurunan aset Alami pada tahun lalu disebabkan penurunan aset lancar maupun aset tidak lancar. Pada aset lancar, Alami mengalami penurunan dari Rp27,8 miliar menjadi Rp13,61 miliar.
Sementara itu, aset tidak lancar susut dari Rp4,19 miliar menjadi Rp1,6 miliar. Sementara dari sisi liabilitas, Alami mengalami penurunan dari Rp26,76 miliar menjadi Rp8,09 miliar.
Di sisi lain, ekuitas naik dari Rp5,22 miliar menjadi Rp7,12 miliar. Penurunan ekuitas tidak berdampak banyak pada pos laba perusahaan.
Perusahaan pinjaman online berbasis syariah itu mencatatkan kenaikan laba komprehensif menjadi Rp1,9 miliar. Kenaikan laba ini ditopang meningkatnya pendapatan jasa dari Rp35,9 miliar menjadi Rp72,75 miliar.
Berita Fintech Indonesia: Danamart Lirik Influencer dan Sektor Kreatif
Startup fintech securities crowdfunding (SCF) Danamart mengungkapkan siap melirik pembiayaan influencer dan sektor ekonomi kreatif lainnya. Sektor ini dinilai prospektif karena tergolong sulit memperoleh akses pendanaan dari lembaga keuangan formal, walau secara potensi bisnis bernilai jumbo.
“Kami akan segera MoU dengan GetCraft untuk mulai mendanai influencer yang ada di bawah mereka,” ucap Founder dan CEO Danamart Patrick Gunadi saat media gathering di Jakarta, pekan lalu (27/7).
Sesuai dengan aturan yang berlaku di OJK, semua penyaluran pembiayaan di SCF harus berbadan hukum. Sementara, mayoritas influencer masih berbentuk usaha perorangan. Oleh karenanya, sebelum memperoleh pendanaan mereka akan diarahkan untuk membentuk badan usaha.
Langkah tersebut akan dilakukan melalui anak usaha Danamart, Omah Biznis, yang berfokus pada peningkatan literasi bisnis lewat program-program edukasi bersama lembaga pendidikan.
Latar belakang pendirian Omah Biznis (sebelumnya bernama Danamart Academy) ini lantaran pendanaan merupakan kebutuhan dasar untuk keberlangsungan usaha. Namun, dapat menjadi sangat sulit untuk dijangkau tanpa adanya pemahaman yang baik bagi pengusaha. Mereka akan sulit meyakinkan potensi bisnisnya pada investor.
“Kita gaet influencer ini dari awal untuk bangun entitas, dorong mereka sejak awal punya landasan bisnis yang proper,” tambahnya.
Fokus pada Bisnis ESG
Penambahan sektor pendanaan ini selaras dengan fokus Danamart yang memfokuskan diri sebagai SCF yang mengusung konsep ESG (Environmental, Social, Governance). Prinsip ESG ini menjadi salah satu tolak ukur penilaian manajemen risiko terhadap UKM sebelum menerbitkan efek di Danamart. Bahkan ada insentif yang lebih besar diberikan untuk bisnis yang menjalankan prinsip ESG ini.
Menurut Patrick, ESG memiliki potensi yang besar walau saat ini masih niche. Optimisme tersebut muncul karena belakangan perusahaan global mulai mengambil inisiatif ESG dalam berbagai aksi mereka. Diharapkan ke depannya dapat menciptakan efek bola salju.
Baca juga: Berita Fintech Indonesia: PHK di Sektor Fintech P2P Lending Diprediksi Masih Berlangsung
“Kami concern pada konsep ini karena dalam beberapa dekade terakhir suhu meningkat jadi semakin panas lautnya, kalau lautan hangat itu bisa jadi bencana. Dan kita sebagai negara tropis yang paling berdampak. Jadi kami tidak mau berpartisipasi dalam bisnis yang merusak lingkungan.”
Danamart memiliki dua opsi untuk investor dan perusahaan yang mencari pendanaan (issuer), yakni Equity Financing (khusus startup) dan Debt Financing (untuk UMKM) yang berbasis penerbitan surat utang (obligasi).
Tidak hanya itu, penerbit dapat memilih efek yang tepat untuk mendapatkan modal dengan keleluasaan pengembangan perusahaan sesuai ketentuan dari efek yang dipilih. Proses penggalangan modal dan pembiayaan dilakukan secara online atau daring dengan keringanan syarat terkait jaminan, nilai aset, serta akses permodalan tercatat pada Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
Danamart hanya mengenakan platform fee 6% kepada issuer dengan plafon pendanaan sampai dengan Rp10 miliar.
“Kami selalu melihat dari stage perusahaan, mereka ada di fase mana. Juga melihat debt dari rasio likuiditas, seberapa kuat sebuah perusahaan untuk bisa bayar bunga dalam jangka pendek. Cara berpikirnya sama dengan investor VC kebanyakan.”
Sementara itu, para investor dapat memilih sesuai dengan profil risiko masing-masing. Disebutkan imbal hasil yang ditawarkan Danamart mencapai 18% per tahun dengan minimum investasi yang terjangkau sebesar Rp100 ribu. Diklaim Danamart telah memiliki 1.000 investor yang bergabung sejak pertama kali peroleh izin operasional dari OJK pada Februari 2023.
Mayoritas dari investor tersebut berasal dari kalangan ritel, baru satu investor institusi yang sudah bergabung. Investasi di Danamart bisa mulai dari Rp100 ribu sampai Rp300 juta. Tapi average investasi yang diberikan per investornya sekitar Rp50 juta.
“Kami butuh investor ritel karena butuh crowd wisdom, apakah proyeknya real buat validasi. Sementara investor institusi itu untuk liquidity provider. Kami menginginkan agar investor ritel kami bisa lebih mass lagi, bisa naik sampai dua kali lipat.”
Adapun untuk jumlah bisnis yang telah menerbitkan efek melalui Danamart mencapai empat perusahaan. Proyek yang didanai, di antaranya penyediaan tempat tinggal dan kelayakan tempat kerja. Keseluruhan proyek ini menerbitkan surat utang obligasi. Terdapat 10 pengajuan yang tengah diproses perusahaan. Patrick mengungkapkan pada tahun ini ditargetkan dapat menerbitkan 50 efek perusahaan.
Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Amartha-Nobu Bank Kolaborasi Salurkan Modal UMKM Rp100 Miliar
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com