JAKARTA, duniafintech.com – Berita fintech Indonesia terkait Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki meminta perusahaan financial technology (fintech) menurunkan bunga pinjamannya. Ia menilai, selama ini bunga fintech masih relatif tinggi.
Menanggapi permintaan tersebut, Sekretaris Jenderal Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) sekaligus CEO Dompet Kilat Sunu Widyatmoko mengatakan, penurunan bunga pinjaman fintech bisa dilakukan. Dia menekankan, tingkat bunga tergantung transparansi rekam jejak atau informasi nasabahnya.
“Misalnya, platform A berikan pinjaman dengan bunga 36 persen, lalu platform B bilang pinjam di gue kasih bunga 30 persen, lalu C kasih 28 persen. Ini berarti apa? Kalau profil risiko dan bunganya tidak imbang, maka akan diambil pihak lain,” ujarnya.
Berikut ini berita fintech Indonesia hari ini selengkapnya, seperti dinukil dari Republika.co.id, Jumat (15/9/2023).
Baca juga: AFPI Gelar UMKM Digital Summit untuk Mendorong Pemanfaatan Fintech Pendanaan oleh Pelaku UMKM
Berita Fintech Indonesia: Digitalisasi Sangat Penting
Maka, sambungnya, digitalisasi sangat penting. Semakin transparan informasi peminjam maka semakin bisa murah bunganya. Ia mencontohkan, perusahaan besar bisa mendapatkan pinjaman besar di bank karena mempunyai laporan bagus dan sudah teraudit. Perusahaan bersangkutan tervalidasi memiliki laporan keuangan serta aset.
Sunu menuturkan, peran Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sangat sentral dalam perekonomian Indonesia yakni berkontribusi ke PDB Indonesia sebesar 60,5 persen dan menyerap 97 persen tenaga kerja nasional.
Namun, menurut survei Bank Indonesia, masih terdapat 61,8 persen UMKM terkendala mendapatkan akses kredit dari lembaga keuangan formal, dan menurut riset AFPI, pembiayaan juga masih belum merata yakni terpusat di Jawa dan Bali.
Maka, katanya, digitalisasi menjadi kunci dalam menjawab tantangan pendanaan yang selama ini menghambat UMKM.
“Kehadiran fintech P2P lending dalam ekosistem digital bertujuan menyediakan solusi pendanaan yang lebih optimal bagi para UMKM, mengingat keunggulan dari fintech yakni mudah diakses, persyaratan sederhana dan memerlukan waktu pencairan dana relatif singkat,” jelas dia.
Berita Fintech Indonesia: Kehadiran Fintech Percepat Digitalisasi UMKM
Sebelumnya diberitakan, kehadiran financial technology (fintech) dinilai penting dalam mendorong percepatan digitalisasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Hal itu karena memiliki akses luas dan dapat menjangkau hampir seluruh wilayah di Indonesia.
Industri fintech dianggap mampu meningkatkan inklusi keuangan dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Sunu Widyatmoko mengatakan, peran UMKM sangat besar dalam mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional.
Itu bisa dilihat dari kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia yang mencapai lebih dari 60 persen. Sebanyak 90 persen lebih tenaga kerja di Indonesia itu dipekerjakan oleh UMKM.
Namun, kata dia, dalam perjalanannya, UMKM menghadapi kondisi yang relatif sulit terkait pendanaan. “Ketika bicara mengenai pendanaan dari lembaga jasa keuangan konvensional, kendalanya aset untuk jaminan, laporan keuangan masih merugi meski secara cash flow positif. Itu satu aspek yang dilematis yang ditemui oleh UMKM terutama untuk perusahaan rintisan,” tuturnya dalam keterangan resmi.
Fintech peer to peer (p2p) lending, sambungnya, dapat memberikan pinjaman yang disesuaikan dengan bisnis model dan cash flow cycle. Maka pada saat UMKM membutuhkan pinjaman, fintech lending dapat membantu.
Berdasarkan riset AFPI sebelumnya, permintaan pembiayaan UMKM dinilai masih belum merata dan masih terpusat di Jawa dan Bali. Angkanya sebanyak 62 persen dari total pembiayaan UMKM di Indonesia pada 2022 yang sebesar Rp 1.400 triliun.
Padahal segmen dengan pertumbuhan tertinggi ada di Indonesia timur dengan skala ultramikro dan mikro. Sayangnya, sampai saat ini akses pendanaan masih terbatas di wilayah tersebut.
“Untuk dapat meningkatkan layanan pinjaman bagi UMKM, diperlukan komitmen semua pihak untuk membangun ekosistem digital,” tutur Sunu.
Perlu Fintech
Dirinya menambahkan, perlu fintech saat memberikan pendanaan meliputi konfirmasi kegiatan usaha, monitoring perputaran dana usaha, program pendampingan kegiatan usaha, termasuk berbagai data pemerintah untuk keperluan scoring seperti data BPJS, Jamsostek, pajak, dan asuransi kegiatan usaha.
Lewat informasi utuh tersebut, lanjutnya, pendanaan UMKM tidak hanya akan meningkat jumlahnya, tapu juga beragam. Sebarannya bisa mencapai di daerah di luar Jawa dan Bali.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai outstanding pinjaman fintech p2p lending pada Juli 2023 sebesar Rp 55,98 triliun. Angka ini termasuk pembiayaan terhadap UMKM di Tanah Air yang terus mengalami peningkatan dari beberapa periode sebelumnya. Adapun secara keseluruhan, total pinjaman yang telah disalurkan fintech P2P lending di Indonesia sejak 2018 hingga Juli 2023 mencapai Rp 657,85 triliun.
Baca juga: Berita Fintech Hari Ini: Kehadiran Fintech Percepat Digitalisasi UMKM
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com