Dunia Fintech

Berita Fintech Indonesia: Pengguna Kartu Kredit Bergeser ke Fintech, Ekonom Ungkap Faktor Pendorongnya

JAKARTA, duniafintech.com – Berita fintech Indonesia terkait Center of Law and Economic Studies (Celios) menilai peralihan atau pergeseran pengguna kartu kredit ke fintech peer to peer (P2P) lending sudah lama terjadi. Adapun pergeseran itu dipengaruhi beberapa faktor.

Berikut ini berita fintech Indonesia hari ini selengkapnya, seperti dinukil dari Kontan.co.id, Senin (18/9/2023).

Berita Fintech Indonesia: Melebihi Porsi Kartu Kredit

Ekonom dan Direktur Celios Bhima Yudhistira menerangkan salah satu indikatornya bisa dilihat berdasarkan laporan studi e-commerce yang dilakukan Kredivo menunjukkan cara pembayaran e-commerce melalui fintech paylater sudah melebihi porsi kartu kredit. 

“Paylater naik porsinya 38% pada 2022 dibandingkan 28% di tahun 2021, sedangkan kartu kredit hanya 6% pada 2021 dan 2022,” ucapnya.

Baca juga: Produk Fintech di Indonesia yang Semakin Berkembang

ISFF 2023 INDODAX

Bhima mengatakan keunggulan fintech yang mengandalkan proses cepat dalam pencairan dana juga menjadi faktor penentu pergeseran. Dia menjelaskan fintech lending unggul karena hanya mengajukan pembiayaan sesuai kebutuhan, berbeda dengan kartu kredit yang modelnya adalah limit pemakaian dan ada potongan setiap bulan. 

Selain itu, Bhima menyebut pergeseran dipengaruhi juga oleh perilku konsumen yang mulai beralih ke promo langsung, jika dibandingkan kartu kredit yang menawarkan poin. 

“Contohnya, fintech yang kerja sama dengan platform e-commerce seringkali memberikan gratis ongkos kirim produk yang ingin dibeli. Sementara itu, kartu kredit yang dijual adalah makan di restoran, cafe, hingga airport lounge,” katanya.

Menurut Bhima, saat ini konsumen ingin diskon langsung yang sifatnya relevan dengan barang yang ingin dibeli. Berdasarkan sejumlah faktor tersebut, dia menambahkan ke depan tren pertumbuhan fintech, termasuk paylater, akan lebih tinggi dibandingkan kartu kredit. 

Dia juga menyimpulkan biasanya kartu kredit melekat dengan kalangan Baby Boomers dan Gen X. Adapun Millenial dan Gen Z cenderung menyukai pinjaman online. 

Perpindahan Pengguna

Sebelumnya, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyampaikan ada kecenderungan peralihan pengguna kartu kredit ke fintech peer to peer (P2P) lending atau pinjaman online (pinjol).

Peneliti Ekonomi Digital Indef Nailul Huda menerangkan kecenderungan peralihan itu bisa terlihat berdasarkan data yang dihimpun bahwa pertumbuhan kartu kredit hanya mencapai 0,8% per Desember 2022. Adapun pertumbuhan pinjaman online mencapai 71% pada Desember 2022 dan 18% hingga Juli 2023. 

“Hal itu yang mengindikasikan adanya perpindahan pengguna kartu kredit ke pinjol,” ucapnya dalam diskusi publik Indef, Senin (11/9).

Nailul menyampaikan karena adanya perubahan teknologi, membuat penerbitan kartu kredit menjadi menurun. Saat pandemi Covid-19 pada 2020 hingga 2022, pertumbuhan rata-rata hanya 0,8%. Dia menilai hal itu juga yang menyebabkan pengguna kartu kredit beralih ke pinjol.

Hal itu diperkuat dari data penyaluran fintech P2P lending atau pinjol pada 2022 yang meningkat tajam. Adapun penyaluran pinjaman online mencapai Rp 23 triliun hingga Maret 2023.

“Kemungkinan besar ada orang yang tak dapat meminjam atau menerbitkan kartu kredit, mereka beralih ke fintech P2P lending,” katanya. 

Berita Fintech Indonesia: Menkop Minta Fintech Turunkan Bunga Pinjaman UMKM

Sebelumnya, Menteri Koperasi dan UKM (Menkop-UKM) Teten Masduki meminta perusahaan financial technology (fintech) pendanaan bisa menurunkan bunga pinjamannya, terutama dalam membantu kebutuhan permodalan UMKM.

Menurut dia, hal itu bisa dicapai dengan pengembangan teknologi digital yang semakin ke sini terus membaik. Sehingga, para pelaku UMKM yang membutuhkan pinjaman bisa mendapatkan bunga yang rendah.

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: AFPI Ungkap Syarat Bunga Pinjaman Fintech untuk UMKM Bisa Turun

“Mudah-mudahan fintech nanti juga dengan teknologi digital yang semakin baik, mereka akan lebih mengenal detail kesehatan usaha dari para UMKM ini, sehingga mungkin bunganya lebih berani lagi diturunkan,” katanya, dalam konferensi pers, di Jakarta pada Kamis (14/9/2023) lalu.

Ia kemudian mencontohkan bahwa ada teknologi seperti Artificial Intelligence (AI) yang bisa membantu para fintech ini mempelajari calon nasabahnya.

“Misalnya dengan AI bisa melihat detail perilaku dan kesehatan usaha, bahkan (bisa melihat-Red) prospek bisnisnya para UMKM ini cukup meyakinkan. Sehingga, bunga ini bisa lebih turun lagi. Saya optimis,” bebernya.

Teten menyatakan, kunci mendorong UMKM naik kelas adalah dengan menyediakan akses pembiayaan yang mudah.

“Kunci mendorong UMKM kita naik kelas, produktivitas lebih baik, lebih efisien, kuncinya memang di akses pembiayaan,” jelasnya.

Ia kemudian memaparkan hasil survei Bank Indonesia (BI) yang menyebutkan 69 persen UMKM di Indonesia masih kesulitan mengakses kredit perbankan. Hal itu terutama karena kendala agunan/jaminan sebagai syarat mendapat kredit perbankan.

Hal itupun membuat pihaknya kini sedang mengkaji penerapan credit scoring dalam penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), dalam menyiasati persyaratan agunan.

“Ternyata memang credit scoring ini sudah diterapkan di 145 negara,” ujarnya.

Baca juga: AFPI Gelar UMKM Digital Summit untuk Mendorong Pemanfaatan Fintech Pendanaan oleh Pelaku UMKM

Baca terus berita fintech Indonesia dan berita kripto terkini hanya di duniafintech.com

Exit mobile version