Dunia Fintech

Berita Fintech Indonesia: Kredivo Sediakan Layanan Paylater demi Perkuat Penetrasi Pedagang Offline

JAKARTA, duniafintech.com – Berita fintech Indonesia terkait konsep transaksi paylater kini tidak hanya diterapkan di dunia digital. Pembayaran yang dilakukan di kemudian hari tersebut bisa digunakan secara langsung atau offline di gerai perdagangan.

Salah satu perusahaan fintech, Kredivo menyediakan layanan tersebut. Platform kredit digital yang baru berdiri tujuh tahun di Indonesia ini menjajaki kerjasama dengan ritel fesyen internasional, H&M.

Berikut ini berita fintech Indonesia hari ini selengkapnya, Kamis (26/10/2023).

Berita Fintech Indonesia: Dorong Minat Belanja secara Langsung

Chief Commercial Officer Kredivo Krishnadas, mengatakan kerjasama ini untuk mendorong minat belanja fesyen secara langsung.

Baca juga: Berita Fintech Hari Ini: Pinjol Semakin Populer, Ini Langkah BSSN Antisipasi Kebocoran Data Fintech

ISFF 2023 INDODAX

Diketahui, pandemi Covid-19 telah berakhir sehingga aktivitas perdagangan seperti fesyen kembali meningkat.

“Kami sangat senang dapat menghadirkan Paylater dengan bunga nol persen hingga tiga bulan bagi penggemar H&M yang merupakan brand fesyen global ternama,” kata Krishnadas berdasarkan keterangannya.

Menurutnya, kolaborasi ini semakin mengukuhkan posisi Kredivo sebagai metode pembayaran paylater yang dapat digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan sehari-hari, termasuk fesyen dan lifestyle.

Salah satu fokus bisnis perusahaan memperkuat penetrasi di pedagang atau merchant offline, seiring dengan meningkatnya preferensi metode pembayaran digital saat belanja offline dan transaksi pengguna Kredivo di merchant offline.

“Oleh karena itu, melalui kolaborasi ini kami juga berharap dapat mewujudkan visi kami untuk memperluas jangkauan dalam melayani puluhan juta pengguna dalam beberapa tahun mendatang,” ujarnya.

Selain itu, seiring inovasi pembayaran yang semakin esensial sebagai bagian dari pengalaman belanja offline yang seamless, kolaborasi ini diharapkan dapat terus mendorong minat belanja fesyen offline di masyarakat.

“Ke depannya, kolaborasi antara Kredivo dan H&M ini juga diyakini memiliki potensi yang menjanjikan, mengingat pada semester 1 tahun 2023 terjadi pertumbuhan transaksi di merchant offline Kredivo sebesar 77 persen (YoY),” tuturnya.

Inklusivitas Produk

Sementara itu Country Manager PT Hindo, the franchised operator of H&M Indonesia, Anil Malhotra mengapresiasi kerjasama dengan Kredivo sebagai pionir paylater yang telah menjadi preferensi masyarakat di seluruh gerai H&M di Indonesia.

Bukan hanya untuk mempermudah pembayaran konsumen saat belanja offline, kerjasama dengan Kredivo juga dapat mendorong inklusivitas produk fesyen.

“Kami optimis bahwa dengan kolaborasi H&M dan Kredivo dapat memfasilitasi masyarakat dalam menentukan gaya fesyen mereka melalui produk H&M yang terjangkau, berkualitas, dan cocok untuk beragam acara sekaligus memberikan pengalaman belanja yang seamless,” kata Anil.

Sebagai bagian dari perayaan kolaborasi dengan H&M, Kredivo telah menyiapkan promo menarik untuk konsumen saat berbelanja di 66 gerai offline H&M di seluruh Indonesia.

Selama masa promosi yang berlangsung hingga 1 Desember 2023, pengguna Kredivo berkesempatan untuk mendapatkan potongan langsung sebesar Rp 50.000 dengan minimal transaksi sebesar Rp 600.000, berlaku untuk tenor cicilan selama tiga, enam dan 12 bulan.

Berita Fintech Indonesia: Pinjol Semakin Populer, Ini Langkah BSSN Antisipasi Kebocoran Data Fintech

Sebelumnya diberitakan, Juru Bicara Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengaku menggandeng Kementerian Komunikasi dan Informatika hingga Polri untuk mencegah kebocoran data pinjaman online atau pinjol yang makin populer.

“Harus dilihat apakah pinjol itu terdaftar atau tidak, harus dilihat regulasinya. Setelah itu apakah ada delik pidana, makanya kerjasama dengan Polri,” kata Juru Bicara Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Ariandi Putra.

Ariandi menjelaskan peran BSSN sebatas memantau dinamika yang berkaitan dengan pinjol. Soal penegakan hukum, itu merupakan ranah kepolisian.

Baca juga: Berita Fintech Hari Ini: OJK Larang Akulaku Paylater Beroperasi

“BSSN akan mengirim rekomendasi kepada Kominfo dan Polri,” ucapnya.

Pihaknya juga berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selaku pemberi izin operasional perusahaan kredit untuk memperkuat sistem elektronik perbankan.

“Tentu bekerja sama [dengan OJK]. Kami mengamankan juga sistem perbankan. Jadi sudah tugas kami melindungi salah satunya perbankan. Dengan OJK juga kami melihat berbagai kemungkinan untuk memperkuat sistem elektroniknya,” kata dia.

Kebocoran data dari sektor pinjol sempat terjadi pada Januari 2022. Saat itu, pemilik akun di situs pembocor data yang kini sudah ditutup Raid Forum, RafRR, mengunggah 12 juta data pelanggan pinjol.

Unggahannya memang tidak menyebutkan nama perusahaan pinjol. Meski begitu, sampel data yang diunggah menunjukkan informasi nama lengkap, nomor ponsel, dan alamat lengkap.

Sejauh ini, pinjol digandrungi banyak warga saat butuh uang (BU) meski banyak masalah di kemudian hari, terutama dalam hal penagihan.

Lewat laporan survei bertajuk “Unveiling Indonesia’s Financial Evolution: Fintech Lending and Paylater Adoption”, firma riset Populix mengungkap 41 persen responden mengaku pernah menggunakan pinjol.

Para debitur pinjol ini didominasi oleh kaum laki-laki dan generasi milenial di pulau Jawa. Sebanyak 66 persen responden menggunakan pinjol kurang dari sebulan sekali, dan mayoritas (70 persen) bergantung pada satu aplikasi, terbanyak Akulaku (46 persen) dan Kredivo (43 persen).

“Namun, survei kami juga menunjukkan bahwa 49 persen responden mengaku tidak memahami peraturan yang berlaku terkait aktivitas pinjol,” kata Timothy Astandu, Co-Founder dan CEO Populix, dalam siaran pers.

“Maraknya pengadopsian pinjol yang tidak dibarengi dengan pemahaman seputar regulasi ini menjadi alarm penting bagi para pemangku kepentingan, karena tanpa literasi keuangan yang memadai, masyarakat riskan terjebak dalam aplikasi ilegal dan kredit macet,” lanjutnya.

Populix juga mengungkap pinjol tersebut paling banyak digunakan untuk membiayai kebutuhan rumah tangga (51 persen), modal bisnis (41 persen), membeli perlengkapan pendukung pekerjaan (25 persen), dana pendidikan (23 persen), gaya hidup dan hiburan (22 persen), dan kesehatan (13 persen).

Baca juga: Produk Fintech di Indonesia yang Makin Berkembang

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

Exit mobile version