JAKARTA, duniafintech.com – Berita fintech Indonesia kali ini membahas soal pernyataan Presiden Joko Widodo alias Jokowi yang menyoal startup finansial teknologi.
Dalam pernyataan tersebut, Jokowi menyebut bahwa ada sebanyak 80 hingga 90 persen startup gagal saat merintis.
Ada beragam faktor yang membuatnya gagal. Namun di sisi lain, Jokowi menyoroti soal kebutuhan pasarnya yang dinilai tidak terperhatikan. Lantas bagaimana penjelasan lanjutnya, mari kita simak ulasan berita fintech Indonesia.
Sebanyak 80 sampai 90 Startup Gagal Saat Merintis– Berita Fintech Indonesia
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, nahwa sebanyak 80-90 persen startup gagal saat merintis. Hal itu dikatakan Jokowi saat membuka agenda BUMN Startup Day 2022 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Kabupaten Tangerang, Banten, pada Senin (26/9/2022) kemarin.
Menurut Kepala Negara ini, penyebabnya yaitu startup-startup yang ada tidak melihat kebutuhan pasar.
“Sebanyak 80 sampai 90 persen startup gagal saat merintis. Karena sekali lagi, berangkatnya mestinya dari kebutuhan pasar yang ada itu apa,” ujar Jokowi, sebagaimana disiarkan YouTube Sekretariat Presiden, dilansir dari Kompas.com.
Faktor Lainnya Karena Kehabisan Dana?
Selain karena tak sesuai kebutuhan pasar, Jokowi menyebut bahwa kegagalan startup juga disebabkan kehabisan dana.
Oleh karenanya, Jokowi mengingatkan fungsi BUMN sebagai venture capital. Dengan demikian, ekosistem besar startup yang dibangun bisa saling tersambung dan mendukung.
Baca juga: Perusahaan Startup Gulung Tikar Buntut PHK Massal Shopee?
“Sehingga semuanya terdampingi dengan baik dan bisa tidak gagal untuk masuk ke pasar-pasar, ke peluang-peluang yang ada di negara kita,” kata Jokowi.
Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi juga menjelaskan bahwa banyaknya startup di Indonesia menduduki peringkat keenam di dunia.
Secara berturut-turut, Indonesia berada di bawah Amerika Serikat (AS),India, Inggris, Kanada, dan Australia.
“Ini juga sebuah potensi yang besar yang harus kita kembangkan. Tetapi hati-hati, dari kategori yang saya lihat memang yang paling besar masih di fintech 23 persen, kemudian retail ada 14 persen,” katanya.
“Padahal, tadi kalau kita lihat urusan masalah krisis pangan, urusan pangan ke depan ini akan menjadi persoalan besar yang harus dipecahkan oleh teknologi dan itu adalah kesempatan, itu adalah peluang, itu adalah opportunity. Dan agriculture hanya 4 persen. Hati-hati ini ada kesempatan besar di situ,” ujarnya lagi.
Kepala Negara menuturkan, di dalam urusan pangan itu ada urusan produksi, urusan distribusi, dan urusan pasar.
“Sehingga, peluang untuk mendirikan startup sangat luas. Dan yang namanya urusan pangan ini kan tidak hanya urusan beras. Komoditas yang lainnya banyak sekali. Sayur, sayur pun juga macam-macam jenisnya. Pangan tidak hanya beras. Hati-hati,” katanya.
“Ada sorgum, ada porang, ada kasava, ada sagu, dan lain-lain. Sehingga, ini menjadi sebuah peluang besar dan target konsumen dari petani di ladang, dari nelayan di lautan, sampai masuk melompat ke dapurnya ibu-ibu rumah tangga. Peluangnya sangat besar sekali. Juga urusan kesehatan, krisis kesehatan. Kita melihat juga di situ peluangnya juga sangat besar sekali,” ujar Jokowi melanjutkan.
Startup Agrikultur Masih Minim, Peluang nih? – Berita Fintech Indonesia
Di sisi lain, Jokowi juga mengkritik minimnya jumlah startup Indonesia yang bergerak di bidang agrikultur, di tengah ancaman krisis pangan yang ke depan akan membesar.
Jumlah startup Indonesia sekarang terbanyak keenam di dunia setelah Amerika Serikat, India, Inggris, Kanada, dan Australia.
Dalam catatannya, startup terbanyak yaitu 23 persen bergerak di bidang financial technology alias fintech dan startup bidang retail sebesar 14 persen. Sedangkan startup bidang agrikultur hanya 4 persen.
“Padahal kalau dilihat urusan krisis pangan ke depan akan jadi persoalan besar yang harus dipecahkan teknologi, itu adalah kesempatan,” kata Jokowi dalam acara BUMN Startup Day, dikutip dari tempo.co.
Baca juga: Shopee PHK Karyawan, Sekitar Ratusan Orang Jadi Pengangguran
Di dalam urusan pangan, kata Jokowi, dimensinya juga luas dari produksi, distribusi, hingga barang tersebut sampai ke pasar. Urusan pangan pun tak hanya beras, tapi juga komoditas lain seperti sayur hingga sagu.
Untuk itu, Jokowi mengingatkan pelaku startup dan anak muda bahwa kondisi ini adalah kesempatan besar untuk mereka. Peringatan ini disampaikan Jokowi di tengah laporan beberapa situasi terkini yang dia terima.
Pertama, setiap hari ada 19.600 orang di dunia yang mati kelaparan karena krisis pangan. Di sisi lain, ekonomi digital Indonesia tumbuh pesat 8 kali lipat, dari Rp 632 triliun pada 2022 menjadi Rp 4.531 triliun saat ini.
Peluang kedua, menurut Jokowi, terdapat pada startup di bidang kesehatan. Kepala negara mengingatkan Indonesia merupakan negara dengan 17 ribu pulau dan 514 kabupaten kota.
“Apa yang bisa kita lakukan agar kesehatan bisa lompat? Telemedicine bisa, disambungkan dengan operasi jarak jauh lewat aplikasi,” kata dia mencontohkan.
Peluang ketiga yaitu startup di bidang UMKM. Jokowi menyebut ada 65,47 juta UMKM di Indonesia. Menang masih banyak persoalan di UMKM seperti kemasan dan kapasitas produksi. Tapi di sinilah kesempatan tersebut.
Sebab, kata Jokowi, dari jumlah tersebut, baru 19 juta saja UMKM yang sudah masuk platform digital. “Jadi masih ada peluang besar untuk bisa dikerjakan di sana,” ujarnya.
Itulah berita fintech Indonesia yang mengulas seputar startup. Semoga informasi tersebut bermanfaat buat Anda.
Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Pinjol Ilegal Merusak Tatanan Industri!
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com.
Penulis: Kontributor/Panji A Syuhada