JAKARTA, duniafintech.com – Berita kripto Indonesia kali ini akan mengulas tentang Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo yang menilai Indonesia bisa menjadi hub kripto dunia jika pengelolaan infrastruktur dan pengawasan aset kripto dapat dipersiapkan dengan baik.
Menurut pria yang disapa Bamsoet mengatakan pemerintah harus melakukan antisipasi agar perkembangan aset kripto bisa dimaksimalkan. Langkah tersebut perlu dilakukan untuk meningkatkan kemakmuran warga dunia, bukanlah untuk menjadi lahan pencucian uang atas narkoba, terorisme maupun korupsi.
Baca juga: Berita Kripto Hari Ini: Survei, Crypto Winter Gak Surutkan Minat Investor
Dia mencontohkan dengan menghadirkan Digital Future Exchange sebagai bursa kripto resmi. Menurutnya dengan adanya Digital Future Exchange membutuhkan komitmen dari segenap pemangku kepentingan khususnya Kementerian Perdagangan, Kementerian Keuangan, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan untuk merumuskan kebijakan yang kompherensif dan implementatif.
“Saya meyakini Indonesia bisa menjadi hub kripto dunia khususnya di wilayah Asia Tenggara. Untuk itu perlu dipersiapkann infrastruktur pengaturan dan pengawasan aset kripto termasuk tradingnya,” kata Bamsoet.
Menurutnya saat ini kripto semakin memikat masyarakat Indonesia karena memiliki karakteristik menyerupai logam mulia emas dengan jumlah yang terbatas, diperoleh melalui ‘menambang’, resistansi yang lebih kuat terhadap inflasi serta didukung penggunaan sistem kerja block chain yang lebih aman.
Dia mencatat hingga periode awal tahun 2022, pasar kripto Indonesia merupakan pasar terbesar di Asia Tenggara dan urutan 30 di dunia. Menurutnya sepanjang tahun 2021, akumulasi nilai transaksi aset kripto tumbuh dengan angka kapitalisasi yang fantastis, mencapai hampir Rp900 triliun atau tepatnya Rp859 triliun.
“Jauh lebih besar dibandingkan kemampuan pasar modal konvensional yang jumlahnya di kisaran Rp363,3 triliun,” kata Bamsoet.
Baca juga: Berita Kripto Hari Ini: Gerak Pasar Makin Bergairah, Ini Pemicunya
Kendati demikian, dia menilai saat ini kripto memamg cenderung mengalami penurunan terutama sejak awal tahun 2019. Penruutnan tersebut juga dialami pasar kripto global yang saat ini masih mengalami tekanan. Saat ini kapitalisasi pasar market kripto global turun dibawah US$1 triliun, terendah sejak Februari 2021.
Selain itu, penurunan aset kripto juga dikarenakan kebijakan The Fed menaikan suku bunga untuk menekan inflasi, kebimbangan investor menentukan posisi masuk atau keluar atau faktor pelemahan pasar saham. Meski terjadi penurunan, hal itu ternyata berbanding terbalik dengan Indonesia. Aset kripto di Indonesia justru mengalami peningkatan. Pada Juni 2022, aset kripto mengalami penurunan pada angka Rp20 triliun, namun penambahan jumlah pelanggan aset kripto justru naik signifikan hingga 146,15 persen jika dibandingkan dengan Juni 2021.
Menurutnya dengan fenomena tersebut menggambarkan bahwa aset kripto di Indonesia masih memiliki potensi untuk terus berkembang. Apalagi dengan jumlah penduduk Indonesia sekitar 275 juta jiwa serta didukung berbagai kebijakan pemerintah antara lain pembuatan regulasi terkait transaksi aset kripto.
“Misalnya terkait pajak, pencegahan/penindakan aksi pencucian uang, pengaturan ekosistem perdagangan kripto, dinilai mulai memberi rasa aman bagi konsumen,” kata Bamsoet.
Baca juga: Berita Kripto Hari ini: Penggila NFT Bisa Koleksi Gajah Monster ini
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto hari ini di duniafintech.com