JAKARTA, duniafintech.com – Berita startup hari ini mengenai laporan terbaru e-Conomy SEA 2023 yang dikeluarkan oleh Google bekerja sama dengan Temasek dan Bain Company, sektor startup di Asia Tenggara mengalami penurunan suntikan modal yang signifikan. Laporan tersebut mencatat bahwa penurunan tersebut mencapai level terendah dalam enam tahun terakhir, dipicu oleh kenaikan biaya modal.
Berdasarkan data laporan, jumlah suntikan modal ke startup di Asia Tenggara pada semester I 2023 mencapai USD4 miliar, mengalami penurunan drastis sebesar 69,2% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai USD13 miliar.
Baca juga: Berita Startup Hari Ini: Ini Penyebab Halodoc Lakukan PHK
Jika dilihat dari sisi negara, Indonesia menjadi negara dengan penurunan suntikan modal terbesar di Asia Tenggara. Pada semester I 2023, pendanaan startup di Indonesia mengalami penurunan sebesar 87% (YoY), turun dari USD3,3 miliar menjadi USD400 juta atau sekitar Rp 6,2 triliun.
Dalam menghadapi tantangan ini, Menteri BUMN Erick Thohir memberikan penjelasan tentang strategi yang diambil oleh Telkom Indonesia. Erick menyatakan komitmen Telkom untuk terlibat aktif dalam peningkatan inovasi digital masyarakat dan pengembangan startup digital di Indonesia.
“Dalam mendukung upaya ini, Telkom terlibat aktif melalui berbagai cara, termasuk memberikan bantuan pendanaan untuk startup potensial melalui anak perusahaannya, MDI Ventures,” kata Erick.
Baca juga: Berita Startup Hari Ini: Ini Penyebab Anjloknya Investasi Startup di Indonesia hingga 87 Persen
Erick menekankan bahwa pendanaan, meskipun berbentuk utang, tidak akan menjadi masalah asalkan digunakan untuk hal yang produktif. Ia mengibaratkan pendanaan ini seperti kredit sepeda motor yang digunakan untuk kegiatan produktif, seperti ngojek.
“Pengusaha saja utangnya 70% modal sendiri dan 30% utang. Jadi utang yang dikorupsi dan pemborosan itu yang kita sikat. Kalau utang produktif ya itu biasa itu,” ungkap Erick.
Direktur Keuangan & Manajemen Risiko Telkom, Heri Supriadi, menambahkan bahwa Telkom memiliki fokus yang besar pada aspek Environmental, Social, dan Governance (ESG) dalam hal investasi startup. Heri menjelaskan bahwa Telkom telah melakukan berbagai upaya, terutama dalam aspek sosial, dan memiliki ekosistem lengkap untuk mendukung ekosistem startup di Indonesia.
Baca juga: Berita Startup Indonesia: Resmi! Startup eFishery Beroperasi di India
“Malah kalau kita lihat nilai ESG, katakanlah compliance reporting-nya, yang ditekankan itu sebenarnya impact. Jadi bukan berapa banyak yang akan kita habiskan untuk ESG, tapi seberapa besar dampak yang kita berikan kepada lingkungan melalui program-program kita,” jelas Heri.
Heri menyebut bahwa Telkom telah melakukan berbagai program, termasuk peningkatan digital literasi untuk mahasiswa, program Indonesia Next, dan sejumlah kompetisi untuk mengasah kemampuan para pemula di dunia startup. Dengan cara ini, Telkom Group berupaya memberikan dampak positif kepada lingkungan dengan efisien.
“Dengan lebih digital, tentunya resources yang digunakan jadi lebih efisien,” tambah Heri.
Indonesia dan Korea Selatan Jalin Kerja Sama di Bidang Start-Up untuk Peningkatan Ekosistem
Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menekankan pentingnya kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) dalam pengembangan ekosistem start-up di Indonesia. Pada acara Korea-Indonesia Startup (KOIN) Assessment Workshop di Nusa Dua, Bali, Teten Masduki menyatakan bahwa perkembangan start-up di Korea Selatan dapat menjadi acuan untuk mengembangkan ekosistem serupa di Indonesia.
Baca juga: Berita Startup Indonesia: Lima Startup di Bidang ESG dan UMKM Siap Diakselerasi GVV Batch 6
Menurut Menteri Teten, KOIN menjadi platform bagi Indonesia dan Korea untuk membangun dan memperkuat ekosistem start-up masing-masing negara. Tujuan utama KOIN adalah memetakan dan mengidentifikasi peran penting para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, swasta, akademisi, dan investor, dalam mendukung pertumbuhan start-up.
“Dengan mengidentifikasi peran-peran ini, kita dapat menciptakan ekosistem yang mampu mendorong inovasi dan memberikan dukungan untuk pertumbuhan start-up secara berkelanjutan,” kata Teten.
Sebelumnya, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) telah bekerja sama dengan Korean Development Institute (KDI) melalui Knowledge Sharing Program. Kerja sama ini bertujuan untuk berbagi wawasan, pengalaman, dan pengetahuan terkait program kebijakan dan inovasi di Korea yang dapat diimplementasikan dalam ekosistem start-up Indonesia.
Baca juga: Berita Startup Hari Ini: Startup Edtech Grou Jembatani Pencari Kerja lewat Pengalaman Virtual
Teten juga mengajak para pelaku start-up di Indonesia untuk saling belajar, memaksimalkan potensi, dan bersama-sama mengatasi tantangan yang dihadapi dalam mencapai kesuksesan.
Direktur Utama Smesco Indonesia, Leonard Theosabrata, menambahkan bahwa KOIN akan menjajaki peluang kolaborasi antara Indonesia dan Korea, khususnya dalam menumbuhkan start-up dan UMKM yang memainkan peran penting dalam ekonomi nasional.
“KOIN juga menjadi media untuk berdiskusi dan berkolaborasi dalam mengembangkan start-up melalui inovasi teknologi,” ujar Leonard.
Dalam acara ini, terdapat dua sesi panel yang membahas topik-topik penting dalam mengembangkan kesuksesan UMKM di kedua negara. Tujuannya adalah menghasilkan rekomendasi untuk meningkatkan kolaborasi antara Indonesia dan Korea dalam mengembangkan ekosistem start-up, sekaligus berkontribusi pada pencapaian Sustainable Development Goals (SGDs) bagi kedua negara.
Baca juga: Berita Ekonomi Hari Ini: OJK Rubah Label Koperasi Simpan Pinjam
Director of Korea Development Institute, Dong Chul Cho, menyatakan harapannya bahwa KOIN dapat menghasilkan kebijakan-kebijakan yang berdampak langsung pada start-up. Menurutnya, inovasi menjadi elemen mendasar untuk merancang kebijakan yang efektif dalam menumbuhkan perkembangan start-up dan UMKM.
Dong Chul juga menekankan pentingnya UMKM bagi perekonomian suatu negara. Lebih dari 80 persen lapangan pekerjaan di Korea disediakan oleh UMKM, dan ia yakin bahwa ekonomi Indonesia memiliki potensi untuk tumbuh lebih besar dari Korea.
“Saya yakin, suatu saat nanti perusahaan besar dunia bisa tumbuh dan berasal dari Indonesia,” tutur Dong Chul.