JAKARTA, duniafintech.com – Berita startup hari ini terkait fenomena yang dikenal sebagai “tech winter” yang sedang berlangsung dalam dunia startup dipandang sebagai sebuah peluang bagi startup untuk menjadi lebih kokoh dan solid.
Partner di Kapital Ventures, Fandy Cendrajaya, merasa bahwa meskipun tech winter masih terus berlangsung, ia optimis bahwa situasi ini akan membaik dalam setahun mendatang.
“Saat ini, tech winter semakin intens, tetapi saya yakin bahwa dalam setahun, situasinya akan membaik,” kata Fandy.
Baca juga: Berita Startup Indonesia: Lima Startup di Bidang ESG dan UMKM Siap Diakselerasi GVV Batch 6
Ia kemudian mengingatkan bahwa beberapa startup terkenal di Amerika Serikat, seperti Airbnb dan WhatsApp, justru dibangun selama masa krisis ekonomi. Fandy meyakini bahwa nasib startup di Indonesia juga bisa mengikuti jejak perusahaan-perusahaan tersebut. Bahkan di tengah krisis, startup-startup tersebut bisa tumbuh dan berkembang lebih besar.
Menurut Fandy, saat ini startup-startup yang didirikan oleh para pendirinya akan lebih solid dan lebih mengutamakan fondasi yang kokoh. Contoh di Amerika Serikat seperti Airbnb dan WhatsApp, semuanya tumbuh saat krisis ekonomi melanda. Oleh karena itu, ia percaya bahwa Indonesia juga memiliki potensi yang sama.
Sebelumnya, fenomena tech winter juga telah menjadi perhatian Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika, Nezar Patria. Nezar mengingatkan bahwa fenomena tech winter telah mengubah strategi bisnis para pelaku startup di Indonesia. Ia berpendapat bahwa untuk dapat beroperasi secara efisien dan fokus pada profitabilitas, startup perlu membangun dasar yang kuat. Nezar menekankan empat hal penting:
- Startup harus terus berinovasi untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan pasar.
- Produk yang tepat perlu didukung oleh model bisnis yang dapat memberikan profit dan berskala.
- Startup perlu didukung oleh tim yang kuat dengan menarik dan mengembangkan talenta digital terbaik.
- Membangun jaringan yang kuat dengan mitra strategis untuk mendukung pertumbuhan startup.
Baca juga: Berita Startup Hari Ini: Prediksi Startup Fintech Tetap Bertumbuh
“Fenomena tech winter memang menjadi tantangan bagi dunia startup, tetapi sebagian besar pemangku kepentingan dalam ekosistem startup Indonesia optimis bahwa dengan pendekatan yang tepat, startup di Indonesia dapat berkembang dan mengatasi tantangan ini,” kata Nezar.
Investasi Startup di Indonesia Anjlok 87% di Semester I 2023
Investasi ke startup Indonesia mengalami penurunan yang signifikan sebesar 87% secara tahunan atau year on year (yoy) selama Semester I tahun 2023. Data menunjukkan bahwa nilai investasi yang mencapai US$3,3 miliar pada tahun sebelumnya, sekarang hanya mencapai sekitar US$400 juta atau setara dengan Rp6,3 triliun.
Menurut laporan yang dirilis oleh Google, Temasek, dan Bain and Company yang berjudul ‘e-Conomy SEA 2023’, penurunan investasi di startup tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di lima negara lainnya di Asia Tenggara.
Baca juga: Berita Startup Hari Ini: Little Joy, Startup D2C untuk Anak, Raih Pendanaan Seri A
Selama Semester I tahun 2023, investasi di startup di seluruh kawasan Asia Tenggara mengalami penurunan sebesar 69,2% yoy, dari sebelumnya mencapai US$13 miliar menjadi hanya US$4 miliar. Penurunan ini juga terjadi di masing-masing negara di Asia Tenggara, seperti berikut:
- Filipina mengalami penurunan 79%, dari US$800 juta menjadi US$200 juta.
- Thailand turun 66%, dari US$300 juta menjadi US$100 juta.
- Malaysia mengalami penurunan 52%, dari US$500 juta menjadi US$200 juta.
- Singapura turun 63%, dari US$7,5 miliar menjadi US$2,8 miliar.
- Vietnam turun 24%, dari US$700 juta menjadi US$600 juta.
Selain itu, jumlah kesepakatan investasi juga mengalami penurunan, seperti yang terlihat di bawah ini:
- Filipina turun dari 68 menjadi 23 kesepakatan.
- Thailand mengalami penurunan dari 42 menjadi 24 kesepakatan.
- Indonesia turun dari 301 menjadi 100 kesepakatan.
- Malaysia mengalami penurunan dari 77 menjadi 47 kesepakatan.
- Singapura turun dari 572 menjadi 318 kesepakatan.
- Vietnam mengalami penurunan dari 148 menjadi 48 kesepakatan.
Dari data ini, terlihat bahwa nilai investasi di startup Indonesia mengalami penurunan yang sangat signifikan, sehingga peringkat Indonesia dalam hal investasi startup berada di bawah Vietnam dan Singapura.
Laporan Google, Temasek, dan Bain and Company juga mengungkapkan alasan di balik penurunan investasi di startup di Asia Tenggara, meskipun dana yang tersedia meningkat pada tahun 2022. Beberapa alasan yang disebutkan termasuk desakan investor untuk merealisasikan dana keluar dan memberikan imbal hasil, serta tantangan dalam penggalangan dana.
Namun, meskipun fenomena ini menunjukkan tantangan, para pemangku kepentingan di dunia startup Indonesia tetap optimis bahwa situasi ini bisa diatasi. Upaya untuk membangun dasar yang kokoh dan fokus pada profitabilitas menjadi kunci dalam menghadapi tech winter ini.