JAKARTA, duniafintech.com – Berita startup Indonesia terkait startup legaltech lokal yang fokus pada konsultasi dan layanan hukum, Hukumku, yang mengumumkan perolehan pendanaan yang dipimpin oleh East Ventures.
Tidak disebutkan nominal dan investor lain yang turut terlibat dalam putaran ini. Dana segar akan dialokasikan untuk mempercepat pengembangan produk dan pemasaran, sejalan dengan rencana peluncuran Hukumku pada November 2023.
Berikut ini berita startup Indonesia selengkapnya, seperti dilangsir dari dailysocial.id, Rabu (13/9/2023).
Berita Startup Indonesia: Tawarkan Solusi Inovatif Layanan Hukum
Startup ini lahir dari visi bersama Fritz Hutapea (CEO) yang memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun di industri hukum, Michael Jagadpramana (COO) dengan lebih dari 5 tahun pengalaman di ekosistem startup, dan Glorio Yulianto (CMO) yang dikenal dengan rekam jejak yang mendalam di startup teknologi periklanan.
Di pasar legaltech lokal, sejumlah startup juga tawarkan layanan serupa, di antaranya Justika (juga merupakan portofolio East Ventures), HukumOnline, LawGo, hingga Legalku. Sektor ini memang belum banyak pemain (tidaknya belum ada yang mendominasi), lantaran pasar masih terbiasa dengan proses dan model bisnis konvensional yang sudah dijalankan bertahun-tahun.
Hukumku menawarkan solusi inovatif untuk memperkenalkan dan merevolusi bagaimana layanan hukum dapat diakses. Mereka mengembangkan platform yang menghubungkan para pengguna dengan pengacara terkurasi. Di dalamnya turut menyediakan informasi penting bagi pengguna untuk menemukan pengacara yang sesuai dengan kebutuhan – informasi tersebut mencakup profil pengacara, izin praktik, bidang keahlian, lokasi, serta penilaian dan ulasan pengguna.
Untuk membuat konsumen puas, Hukumku ingin memprioritaskan transparansi dengan memberikan informasi mengenai harga dari layanan hukum kepada para pengguna, memastikan ekspektasi yang jelas bagi para pengguna.
“Komitmen kami lebih dari sekadar melayani pengguna, Hukumku juga berfokus untuk membuka akses pengacara ke pengguna dan meratakan ranah persaingan. Kami berdedikasi untuk meningkatkan transparansi, aksesibilitas, dan keterjangkauan di industri hukum Indonesia,” ujar Co-Founder & CEO Hukumku Fritz Hutapea.
Para founder menyadari banyak orang Indonesia masih memiliki akses terbatas terhadap layanan hukum ketika mereka sangat membutuhkannya. Kurangnya aksesibilitas ini diperburuk dengan kurangnya informasi dan transparansi, sehingga sering menimbulkan kesalahpahaman bahwa konsultasi hukum cenderung mahal dan rumit. Dari sisi pengacara, mereka turut menghadapi tantangan untuk mendapatkan klien karena persaingan biasanya didasarkan pada koneksi atau referral.
Hukumku akan menghadirkan terobosan yang mencakup berbagai layanan yang menjadikannya sebagai solusi lengkap untuk kebutuhan hukum di masyarakat. Selain itu, mereka juga akan menawarkan konten edukasi dan seminar gratis yang mencakup berbagai topik terkait layanan hukum dan kasus-kasus yang sedang marak dibicarakan, sehingga membantu masyarakat menghindari pemahaman yang salah dan informasi yang kurang tepat tentang proses hukum.
“Sudah saatnya industri hukum di Indonesia mengalami revolusi teknologi, dan kami yakin Hukumku dapat menawarkan solusi hukum yang inovatif dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dengan latar belakang tim yang relevan dan kuat, kami yakin bahwa Hukumku tidak hanya menjembatani kesenjangan dalam layanan hukum, tetapi juga mendefinisikan kembali bagaimana layanan hukum diakses dan dihadirkan di Indonesia. Kami berharap untuk melihat berbagai kabar menarik dari Hukumku dalam waktu dekat,” kata Co-Founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.
Berita Startup Indonesia: Program Residensi untuk Startup Tahap Awal dari Antler, Pendanaan hingga Rp1,9 M
Sebelumnya, seperti dinukil dari mediaindonesia.com, perusahaan modal ventura berskala global, Antler, kembali mengajak para founder startup tahap awal di Indonesia untuk mendaftarkan diri di program residensi Antler pada Oktober mendatang untuk berkesempatan mendapatkan pendanaan sebesar $125.000 (Rp1,9 miliar).
Program residensi itu dirancang bagi para founder startup untuk menunjukkan spirit “Day Zero” ala Antler. Pendekatan “Day Zero” mendukung founder sejak perjalanan awal dengan menghubungkan founder dan co-founder potensial, menawarkan pendanaan pre-seed, memberikan pelatihan, serta membuka akses ke jaringan global.
Founder yang tertarik bisa mengunjungi website Antler untuk mengisi keterangan tentang startup atau ide startup mereka. Setelah lolos dari tahap tersebut, founder akan melalui beberapa tahapan interview dengan Antler.
Setelah itu, founder yang terpilih sebagai peserta program akan mengikuti pelatihan intensif selama 10 minggu, yang terdiri dari masterclass, bootcamp, design sprint, dan diskusi panel.
Selama program berjalan, para founder juga berkesempatan untuk mendapatkan validasi pelanggan, mengembangkan Produk Layak Minimum atau Minimum Viable Product (MVP), kesempatan untuk menemukan co-founder, serta akses ke jaringan global para pendiri, mentor, dan investor.
“Salah satu aspek menarik dari program kami adalah menyaksikan transformasi para founder. Selama 10 minggu, mereka memasuki lingkungan dinamis bersama dengan 70 rekan sesama founder lainnya, dimana mereka bisa membangun network dan brainstorming. Seiring berjalannya waktu, founder bisa mewujudkan ide awal mereka menjadi produk nyata, dan mereka berkesempatan untuk mempresentasikan karya tersebut untuk bisa meraih pendanaan tahap awal (pre-seed) dan meluncurkan startup mereka,” ungkap Agung Bezharie Hadinegoro, Partner Antler.
Program “Day Zero” Antler telah menunjukkan kesuksesan semenjak awal. Dalam beberapa tahun saja, program ini menarik lebih dari 6.000 pendaftar dari berbagai sektor industri. Secara total, Antler juga telah memberikan investasi pre-seed untuk startup dan founder terpilih senilai $3,5 juta (Rp53 miliar).
Pada gelombang terbaru ini, Antler akan melanjutkan pemberian investasi tahap awal kepada startup Indonesia yang telah memiliki tim, produk, dan traction yang signifikan. Tidak hanya itu, sebagai inovasi terbaru, Antler juga akan mengeksplorasi kemungkinan bagi peserta startup Indonesia untuk saling bertukar informasi dan wawasan dengan peserta program Antler di negara lain seperti Vietnam, Singapura, dan Malaysia.
Baca juga: Berita Startup Indonesia: Startup Digital RI Genjot Bisnis di Australia
Ketatnya Seleksi
Dengan jumlah peserta yang terus naik, tingkat penerimaan program Antler berkisar di angka 5%, yang menunjukkan ketatnya proses seleksi bagi para founder. Untuk bisa terpilih, Antler mencari founder yang ambisius dan cerdas, serta memiliki beberapa karakter yang menunjukkan potensi perkembangan tinggi.
Pertama, founder harus memiliki passion yang mendalam, dimana mereka mengetahui poin-poin kekuatan mereka dan terus menajamkan skill di bidang tersebut. Kedua, founder juga harus memiliki grit, yaitu ketekunan untuk memberikan upaya terbaik dalam mencapai tujuan jangka panjang. Ketiga, founder bisa membuktikan bahwa mereka memiliki semangat tinggi dan bisa memotivasi diri mereka dan orang lain, terlebih ketika menghadapi tantangan.
“Dalam proses seleksi, kami fokus pada skill dan motivasi founder. Pengetahuan dan pengalaman penting, tapi determinasi dan passion-lah yang akan membawa sukses jangka panjang. Kami ingin memastikan bahwa para founder di program Antler benar-benar siap untuk membangun startup mereka sendiri, baik secara kemampuan maupun mindset” kata Agung.
Alumni terkemuka dari program Day Zero Antler termasuk Vika Rachma Sari dan Rendy Alfuadi yang mendirikan perusahaan Healthpro. Di program ini, mereka berhasil membangun komunitas profesional kesehatan dan bermitra dengan rumah sakit di Indonesia.
Bisnis mereka pun bertumbuh 20x lipat dalam setahun, yang menunjukkan komitmen dan tekad tinggi dari para pendirinya. Sejak diluncurkan pada 2022, Antler Indonesia telah berinvestasi di 34 startup lokal di berbagai sektor, termasuk teknologi kesehatan seperti CareNow dan Healthpro, edtech seperti Academix dan Eduku, brand DTC seperti BASE, dan fintech seperti Brick, serta bidang lain seperti keberlanjutan dan SaaS.
“Antler mengundang para founder startup Indonesia untuk memulai perjalanan transformatif dengan bergabung dalam program ‘Day Zero’ terbaru di bulan Oktober ini. Dengan potensi pertumbuhan startup yang luar biasa di Indonesia, kami ingin memberdayakan generasi founder berikutnya, yang memiliki semangat untuk memecahkan problem nyata dengan solusi yang tepat. Dengan berpartisipasi di program “Day Zero” Antler, para founder bisa mendapatkan pertumbuhan yang lebih kuat dan lebih pesat, terutama berkat dukungan, investasi, sumber daya, dan jaringan yang kami tawarkan,” pungkas Agung.
Baca juga: Berita Startup Hari Ini: Potensi Startup Capai US$1 Triliun di 2030
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com