JAKARTA, duniafintech.com – Industri Teknologi Fintech (financial technology) di Indonesia yang terus berkembang pesat dalam beberapa waktu belakangan, siap untuk memajukan ekonomi Tanah Air. Hal itu terungkap dalam kegiatan Annual Members Survey (AMS) 2021 oleh Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech), belum lama ini.
Adapun kegiatan AMS yang kali ini digelar secara virtual itu adalah inisiatif Aftech dan sudah secara berkala diterbitkan secara tahunan dalam rangka menunjukkan perkembangan industri teknologi fintech Indonesia dan potensinya terhadap perkembangan ekonomi.
Di samping itu, kegiatan ini juga mengidentifikasi topik-topik prioritas dan mendiskusikan berbagai tantangan dalam rangka mengoptimalkan teknologi fintech bagi inklusi keuangan dan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Di lain sisi, laporan yang dikembangkan berdasarkan survei tahunan terhadap anggota Aftech tersebut juga sudah menjadi referensi bagi penyelenggara fintech, regulator, investor, dan akademisi.
Sebagai informasi, AMS 2021 terdiri atas 9 bagian utama dan merupakan pengembangan dari kuesioner AMS 2019/2020, yakni tinjauan industri tekfin (teknologi finansial), lanskap tekfin Indonesia, investasi di tekfin, pandangan regulasi, penerapan tata kelola yang baik, infrastruktur dan teknologi, kesenjangan keahlian dan kesetaraan gender, implementasi strategi inklusi keuangan, serta tekfin selama pademi Covid-19.
Menurut Ketua Umum Aftech, Pandu Sjahrir, berbicara mengenai sumber pertumbuhan ekonomi nasional, fintech sudah berkembang pesat dalam beberapa waktu belakangan. Hal itu terbukti dengan peningkatan jumlah penyelenggara fintech berlisensi, kian beragamnya solusi layanan keuangan digital yang ada di pasar saat ini, pertumbuhan pemanfaatan fintech, dan layanan keuangan digital di masyarakat.
Dalam hal ini, capaian fintech itu di antaranya ditunjukkan oleh nilai transaksi uang elektronik yang meningkat 58,5% (y-o-y) menjadi lebih dari Rp35 triliun di akhir tahun 2021, adopsi Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) yang sudah melampaui target 12 juta cendera mata sebelum tenggat waktu akhir tahun 2021.
Lalu, juga ada penyaluran pinjaman lewat fintech pendanaan bersama ke lebih dari 13,47 juta rekening peminjam senilai kurang lebih Rp13,6 triliun pada Desember 2021 serta peningkatan pemanfaatan fintech untuk berinvestasi di pasar modal, dan perdagangan aset digital.
Merujuk pada ringkasan eksekutif Laporan Survei Anggota Tahunan Aftech, AMS 2021, pada tahun 2021, Indonesia menyumbang 23% dari seluruh perusahaan fintech di Asia Tenggara. Perkembangan itu pun dikombinasikan dengan potensi industri fintech Indonesia yang sudah menarik minat para investor.
Pandu menerangkan, secara akumulatif, jumlah investasi pada industri fintech di Indonesia mencapai 904 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau 23% dari total akumulasi investasi pada industri fintech di Asia Tenggara tahun 2021.
Di samping menunjukkan signifikansi industri fintech dalam menarik investasi, statistik itu pun menunjukkan peran fintech yang signifikan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi masa depan bagi Indonesia.
“Laporan Survei Tahunan Anggota AFTECH 2021 ini beserta seluruh temuannya diharapkan dapat menyediakan landasan bagi diskusi dan kolaborasi lebih lanjut antara seluruh pemangku kepentingan dalam hal ini. Saya berharap, laporan ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pemangku kebijakan (stakeholder) dalam ekosistem fintech,” katanya.
Sementara itu, menurut Ketua Dewan Pengawas Aftech, Rudiantara, survei yang dilakukan terhadap anggota Aftech adalah variabel kunci atas aspirasi yang disampaikan untuk diterapkan dalam pembentukan aturan yang lebih pas disesuaikan juga dengan kode etik yang berlaku serta kebutuhan-kebutuhan lain terhadap fintech supaya memperoleh kepercayaan penuh dari masyarakat.
“Oleh karena itu, agenda tahunan ini sangat penting untuk kelancaran evaluasi berkala fintech di Indonesia,” sebutnya.
Di sisi lain, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, yang hadir untuk menyampaikan pidato kunci, juga kembali menegaskan bahwa hal-hal yang wajib dibenahi terkait kondisi fintech di Indonesia yang masih menjadi sorotan para regulator, misalnya perkara perlindungan konsumen.
Hal itu pun termasuk perlindungan datanya serta masalah infrastruktur secara teknis yang memberikan jaminan bahwa fintech ini fungsional dan bisa dipakai secara praktis oleh masyarakat Indonesia secara keseluruhan.
“Aftech diharapkan terus memegang komitmen untuk terus bersinergi dan kolaborasi baik dengan seluruh penyelenggara sektor jasa keuangan serta mendorong upaya dalam mempercepat digitalisasi dan mendukung pemulihan ekonomi Indonesia. Aftech juga diharapkan bisa meminimalkan kesenjangan digital, terutama bagi kelompok rentan dan kurang terlayani, yaitu kelompok perempuan, pemuda, dan terutama masyarakat di daerah yang masih tertinggal. Semoga hasil AMS 2021 akan menjadi bahan diskusi yang produktif dan memberikan kontribusi yang positif bagi perbaikan ekosistem finansial teknologi di Indonesia,” paparnya.
Ditambahkan Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, ekonomi keuangan digital di Indonesia berkembang sangat cepat.
“Hal ini menjadi bukti dari sinergi dan kolaborasi antara Bank Indonesia, perbankan, perusahaan jasa sistem pembayaran, Aftech, dan e-commerce yang sangat luar biasa dalam mendukung, mempercepat, dan terus memajukan ekonomi keuangan digital Indonesia,” tuturnya.
Penulis: Boy Riza Utama
Editor: Rahmat Fitranto