Duniafintech.com – Bank Indonesia (BI) memprediksi transaksi ecommerce naik hingga 33,2% di tahun 2021. Kenaikan ini sejalan dengan tren digital di masa pandemi. Adanya aturan PSBB dari pemerintah membuat masyarakat melek digital sehingga mampu memaksimalkan teknologi ini dengan baik.
Proyeksi BI terhadap kenaikan jumlah transaksi ecommerce terus meningkat dari tahun ke tahun. Seperti tahun 2019, BI hanya memproyeksikan senilai Rp205,5 triliun. Proyeksi transaksi ecommerce naik di tahun 2020 senilai Rp253 triliun, kemudian di tahun 2021 meningkat lagi menjadi Rp337 triliun.
Perry Warjiyo selaku Gubernur BI mengungkapkan, “pandemi memberi banyak hikmah di sektor transaksi digital sehingga membuat ekonomi dan keuangan digital Indonesia bergerak luar biasa.”
Baca Juga:
- Bertambah Empat Entitas Baru, Ada 41 Fintech Berizin OJK Hingga Januari 2021
- Bareksa dan OVO Diganjar Penghargaan Otoritas Jasa Keuangan
- Asosiasi Fintech Temui DPR Bahas Perlindungan Hukum
Transaksi ecommerce naik bukan tanpa alasan, penggunaan paylater yang melambung tinggi membuat masyarakat lebih memilih berbelanja online. Saat ini pembayaran menggunkan paylater lebih diminati oleh masyarakat ketimbang membayar langsung.
Sejumlah raksasa ecommerce di Indonesia seperti Tokopedia, Shopee, dan yang lainnya tengah berlomba untuk menjalin kolaborasi dengan startup fintech. Seperti taralite yang diakuisi oleh OVO dan kredivo yang bekerja sama dengan banyak ecommerce. Anak usaha dari Gojek yang bernama Gopay mencatatkan kenaikan pada fitur paylaternya di tahun 2020 sebanya 2,7 kali lipat disbanding dengan tahun sebelumnya.
Selain prediksi transaksi ecommerce naik, transaksi di sektor uang elektronik diperkirakan ikut meroket sebesar 32,3%. Dari estimasi tahun 2020 sebesar Rp201 triliun menjadi Rp266 triliun. Tak hanya itu, transaksi digital banking juga diproyeksikan akan meningkat sebesar 19,1% atau senilai Rp32,206 triliun dari proyeksi tahun sebelumnya senilai Rp27,036 triliun.
“Sektor perbankan harus lebih agresif untuk mengembangkan digital bankingnya. Tren digital semakin digandrungi sehingga perbankan harus mampu beradaptasi dengan cepat agar tidak ditinggalkan konsumennya,” ungkap Perry.
(DuniaFintech/VidiaHapsari)