JAKARTA, 4 Oktober 2024 – Aset kripto Bitcoin bearish dalam tiga hari terakhir perdagangan terjungkal.
Bitcoin tak mampu melawan arus hingga harus mengalami penurunan nyaris 4%.
Dalam sepekan terakhir, aset kripto tampak kompak melemah.
Hal itu terjadi sebagai dampak The Fed dan memanasnya konflik Timur Tengah.
Bitcoin mengalami penurunan dipicu oleh pernyataan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell.
Diketahui, Powell memberikan sinyal bakal ada lagi pemotongan suku bunga.
Akibat pernyataan tersebut membuat sejumlah investor merasa cemas.
Bitcoin Bearish, Dampak Konflik Timur Tengah
Ketegangan konflik di Timur Tengah membuat sejumlah sektor terdampak.
Menurut Riset Analis Ajaib Kripto Panji Yudha mengatakan, September 2024 menjadi bulan yang bersejarah bagi Bitcoin.
Panji menilai, faktor kunci yang mendukung performa positif Bitcoin di September adalah lonjakan inflow dari institusi ke ETF Bitcoin Spot.
Kenaikannya melonjak dari US$397,20 juta di pekan sebelumnya menjadi US$1,11 miliar pada pekan lalu, hal ini menandakan peningkatan kepercayaan dari investor besar terhadap prospek Bitcoin, yang menjadi sinyal Bullish menjelang memasuki kuartal keempat.
Harga Bitcoin sempat turun mendekati level support US$60.000 pada perdagangan Selasa kemarin.
Dari sisi teknikal, jika Bitcoin dapat bertahan di atas support US$60.000 tersebut.
Maka potensi kembali menguat ke MA-20 di US$62.500 dan resistance selanjutnya US$64.000.
Jika terjadi pelemahan di bawah US$60.000, maka Bitcoin berpotensi lanjut melemah ke support selanjutnya di US$57.000.
Konflik Kian Memanas
Menurut Caroline Mauron, Pendiri Orbit Markets, Penyedia Likuiditas untuk Perdagangan Derivatif Aset Digital mengatakan, konflik antara Iran dan Israel yang makin memanas menjadi kemunduran bagi kelas aset paling berisiko di dunia, Aset Kripto.
Sebab, suasana geopolitik tidak terlihat kondusif untuk aset berisiko.
Dampak dari ketegangan Timur Tengah itu menyebabkan harga Bitcoin bergerak pada level US$61.262 (Rp943 juta) melemah mencapai 0,5% dalam 24 jam hari ini.
Bitcoin juga anjlok 3,95% dalam tiga hari perdagangan, dan tertekan 3,88% dalam sepekan.
Selain kepada Bitcoin, pelemahan juga terjadi pada XRP Koin dengan melemah mencapai 10,81% dalam 24 jam.
Bahkan sempat drop 8,77% dalam sepekan perdagangan menuju harga US$0,5336.
Setelah Bitcoin, kemudian menyusul solana SOL dengan pelemahan di angka 3,52%, dan secara sepekan anjlok 5,86% pada harga US$141,84.
Menyusul Ethereum ETH dengan trend Bearish 3,51% dalam 24 jam, dan ambles 8,76% dalam sepekan perdagangan di harga US$2.388,08.
Analis Ajaib Kripto, Panji Yudha mengatakan, aksi jual Bitcoin mengalami kemunduran yang bersifat sementara.
Direktur perdagangan di penyedia likuiditas Arbelos Markets Sean McNulty turut memberikan penilaian.
Bitcoin katanya turut terdampak akibat Federal Reserve telah mulai memangkas suku bunga.
Meski demikian, ia tetap optimis bahwa pasca hasil pemilu pilpres Amerika Serikat (AS) bulan November menghasilkan lingkungan yang lebih ramah terhadap kripto.
Menurut McNulty, tren musiman bulan Oktober sebagai bulan terbaik untuk Bitcoin masih hidup dan sehat.
McNulty menilai, pelaku pasar tetap mewaspadai situasi konflik di Timur Tengah.
Bitcoin Alami Kemunduran Terbanyak
Diketahui, Bitcoin alami level penurunan terbanyak dalam lebih dari sebulan.
Menurut Presto Research mengatakan, anjloknya Bitcoin angkanya berada di posisi 4% dalam waktu semalam.
Hal itu terjadi pasca Iran menggempur wilayah Israel.
Dengan demikian, kondisi tersebut menjadi ujian tersendiri bagi Bitcoin.