Site icon Dunia Fintech

Afghanistan: Blockchain Membantu Membangun Infrastruktur Negara

Afghanistan picture

duniafintech.com – Nama Afghanistan mungkin lebih populer sebagai salah satu negara Islam. Dikelilingi oleh daratan, negara yang beribukota di Kabul ini berbatasan dengan Pakistan di Selatan dan Timur, Iran di sebelah barat, Turkmenistan, Uzbekistan dan Tajikistan di sebelah utara dan Cina di ujung timur laut.

Sebagian besar dari wilayah seluas 652.000 kilometer persegi milik negara ini ditutupi oleh pegunungan Hindu Kush.

Baca juga: Perusahaan Mesin ATM Bitcoin Ini Kian Memperluas Jaringan ATM-nya!

Perekonomian Afghanistan Secara Umum

Perekonomian negara ini meningkat secara signifikan selama satu dekade terakhir. Hal ini konon didapatkan dari pemasukan miliaran dolar dalam bantuan internasional dan pengiriman uang dari ekspatriat Afghanistan. 

Bantuan yang datang dari ekspatriat dan investor luar mengalami peningkatan seiring dengan semakin membaiknya kondisi politik di negara tersebut pasca jatuhnya rezim Taliban. PDB negara tersebut sekitar $ 70 miliar dengan nilai tukar $ 20 miliar (2017), dan PDB per kapita adalah sekitar $ 2.000. Afghanistan mengimpor barang senilai lebih dari $ 6 miliar tetapi hanya mengekspor hampir $ 1 miliar, terutama buah-buahan dan kacang-kacangan.

Perkembangan Kripto Aset di Afghanistan

Di saat hampir sebagian besar negara Islam menentang kripto aset, negara ini ternyata mengambil langkah berbeda. Banyak rumor yang mengatakan bahwa negara tersebut melarang Bitcoin dkk. Tapi faktanya di negara tersebut, Bitcoin dipergunakan secara bebas dan terbuka oleh banyak perusahaan negara. Kebanyakan penggunaan Bitcoin ini adalah untuk membayar wanita yang bekerja di bidang IT.

Sebagian orang menganggap bahwa Bitcoin bisa menjadi langkah untuk penyetaraan gender antara pria dan wanita di dunia kerja di Afghanistan. Ketika pengusaha dan pendidik yang berbasis di New York Fereshteh Forough ingin membayar wanita muda negara ini untuk menulis posting blog dan membuat video, memberikan bayaran kepada mereka ternyata lebih sulit dari yang dibayangkan.

Mereka menciptakan konten sebagai bagian dari program pendidikan untuk Digital Citizen Fund (kemudian disebut Women’s Annex Foundation), sebuah co-nirlaba yang didirikan oleh Forough dan Roya Mahboob dengan misi menjadikan lebih banyak perempuan di Afghanistan melek secara digital.

PayPal bukan merupakan pilihan untuk membayar para pelajar perempuan ini untuk pekerjaan mereka – sistem pembayaran ini tidak tersedia di Afghanistan – dan transaksi Western Union dengan cepat diberhentikan karena biaya transaksi internasional yang dianggap terlalu besar.

Sebagai langkah penanggulangan, yayasan memilih untuk menggunakan Bitcoin sebagai alat pembayaran. Sejak saat itu, Forough bertindak sebagai advokat untuk mata uang digital dan orang-orang mulai percaya bahwa kripto aset bisa meningkatkan pemberdayaan ekonomi bagi para wanita Afghanistan.

Baca juga: Selain Sektor Pertanian, DanaRupiah Juga Sentuh Sektor Pendidikan

Saat ini Forough menjabat sebagai CEO untuk Code to Inspire, sebuah sekolah khusus untuk belajar coding bagi para wanita muda yang tinggal di Heart, Afghanistan. Salah satu dari kelas yang dibuka khusus mempelajari Blockchain dan kripto aset. 

Hanya dengan alamat email, seseorang bisa dengan mudah membuat dompet digital untuk kripto aset. Kemudahan pembuatan akun ini adalah hal yang berdampak signifikan pada wanita Afghanistan. Ini karena untuk memiliki akun bank, seorang wanita di Afghanistan harus memiliki izin dari suami, ayah atau saudara laki-laki sebagai walinya.

Saat ini, Afghanistan masih merupakan negara yang penduduknya dominan menggunakan uang tunai. Berdasarkan data pada tahun 2017 saja tercatat hanya 23% pria dewasa di negara tersebut yang memiliki rekening bank. Sementara wanita dewasa hanya 7% saja. Bitcoin dianggap sebagai salah satu cara untuk memperoleh kesetaraaan antara pria dan wanita di Afghanistan dengan membebaskan mereka memiliki akses terhadap keuangan.

Blockchain akan Dijadikan Alat untuk Membangun Kembali Afghanistan

Bukan rahasia lagi kalau Afghanistan pernah mengalami kecamuk perang yang sangat panjang. Kehancuran bukan hanya muncul dari infrakstruktur saja. Kondisi ekonomi pun sama carut marutnya. Untuk mengembalikan kondisi Afghanistan agar kembali ‘utuh’ seperti semula, PBB berencana menggunakan teknologi Blockchain.

Penggunaan Blockchain ini diklaim akan mampu membangun kembali Afghanistan yang sudah hancur sejak perang melanda negara tersebur. Mengacu pada inisiatif “City for All”, Blockchain akan membantu mengembangkan ekosistem yang aman dan transparent untuk memngatur dan mengafiliasi semua fasilitas yang rusak karena perang.

Kantor Teknologi Komunikasi dan Informasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN-OICT) berencana untuk berkolaborasi dengan pemerintah Afghanistan dalam mencapai tujuan manajemen pendataan yang transparan ini. UN-Habitat membantu pemerintah Afghanistan untuk mengimplementasikan inisiatif “City for All”, yang memiliki tujuan bersama, termasuk pengelolaan lahan yang efektif, keuangan dan pemerintahan kota yang lebih baik, dan perencanaan kota yang strategis.

Tujuan ini oleh PBB juga memaparkan prospek yang ditawarkan oleh teknologi Blockchain di penggunaannya untuk cryptocurrency. Meskipun Bitcoin adalah kasus penggunaan utama dari teknologi yang baru lahir ini dalam skala global ini, ada banyak sektor lain yang dapat mengambil manfaat dari teknologi ini.

Faktor lain yang membuat Blockchain menonjol adalah daya tahannya terhadap peretasan. Setelah transaksi dimasukkan ke dalam catatan, itu tidak dapat diubah. Karena sistem berbasis Blockchain adalah murni online, mereka melampaui batas yang disajikan oleh negara dan bertindak secara global. Desentralisasi, daya tahan, transparansi dan globalitas, semua merupakan elemen sempurna untuk manajemen arsip yang efektif.

Manajemen pencatatan lahan adalah sesuatu yang membutuhkan transparansi dan keamanan yang ekstrem. Di negara yang dilanda perang seperti Afghanistan, pembangunan kembali membutuhkan penyebaran teknologi mutakhir untuk memberikan solusi paling modern. Solusi berbasis kertas terlalu rumit untuk ditangani karena tidak selalu kebal terhadap penipuan dan manipulasi.

Dengan catatan digital yang tidak dapat diubah dan mudah diakses berbasis Blockchain, jalan untuk membangun kembali Afghanistan diharapkan akan ditingkatkan dengan terlebih dahulu memperbaiki pengelolaan lahan. Ini juga akan membantu membedakan wilayah yang dipegang oleh Taliban dan yang berada di bawah pengaruh pemerintah.

Contoh kasus penggunaan Blockchain di Afghanistan hanya menunjukkan bahwa jalan bagi teknologi Blockchain untuk dipekerjakan di berbagai bidang dan jalannya akan semakin mulus di masa depan. Dengan gambaran yang lebih kredibel tentang Blockchain dan Bitcoin, diharapkan semakin banyak pihak akan mulai menggunakan teknologi ini untuk meningkatkan alur kerja mereka sendiri.

Image by Tumisu from Pixabay

-Dita Safitri-

Exit mobile version