Site icon Dunia Fintech

Memalukan! Bisa-bisanya Bukalapak Salah Catat Akuisisi Saham Senilai Miliaran Jadi Triliun

bukalapak IPO

JAKARTA, duniafintech.com – Kejadian memalukan dialami oleh PT Bukalapak.com Tbk (BUKA). Hal itu terjadi ketika startup unicorn pertama asal Indonesia ini diketahui sempat salah dalam menyajikan laporan keuangan kuartal III-2021.

Pasalnya, pada laporan itu, tercantum bahwa nilai salah satu transaksi akuisisi startup disajikan dalam angka berbeda. Bahkan, angka atau nilainya pun mencolok alias punya perbedaan yang jauh.

Diketahui, dalam laporan keuangan kuartal III-2021, tepatnya di bagian peristiwa setelah tanggal pelaporan disebutkan, pada 4 November 2021 PT Kolaborasi Kreasi Investa dan Bina Unggul Kencana menandatangani perjanjian jual beli saham dengan PT Belajar Tumbuh Berbagi.

Sebagai informasi, Kolaborasi Kreasi dan Bina Unggul adalah dua anak usaha BUKA. Pada laporan itu dituliskan bahwa nilai akuisisi Belajar Tumbuh Berbagi mencapai US$1 miliar atau setara dengan kurang lebih sebesar Rp14 triliun (mengacu pada asumsi kurs rupiah saat ini).

Tak ayal, hal itu pun menjadi sorotan dari sejumlah media lokal dan lembaga penasihat keuangan. Mereka kemudian mengulas soal akuisisi dengan nilai fantastis ini. Namun, nilai akuisisi itu ternyata keliru.

Pasalnya, nilainya rupanya bukan US$1 miliar, melainkan hanya US$1 juta atau hanya setara dengan Rp14,36 miliar. Adapun kekeliruan tersebut dikonfirmasi oleh manajemen BUKA.

“Sehubungan dengan berita di media pada 23 Maret 2022, dengan ini kami mengklarifikasi bahwa transaksi jual beli saham antara Kolaborasi Kreasi Investa dan Bina Unggul Kencana yang terjadi pada 4 November 2021 terkait dengan pembelian 100% saham-saham PT Belajar Tumbuh Berbagi, sebanyak 11.340 saham adalah senilai US$1 juta dan bukan senilai US$1 miliar,” kata Head of Public Relation Bukalapak, Monica Chua, Kamis (24/3/2022), dikutip dari CNBCIndonesia.com.

Disampaikannya, keterbukaan informasi soal klarifikasi itu pun sudah disampaikan oleh pihaknya kepada Bursa Efek Indonesia (BEI). Adapun informasi terkait nilai jual beli saham ini tercantum dalam Addendum Atas Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat yang ditandatangani oleh KKI dan BUK pada tanggal 11 Januari 2022.

Informasi tersebut bakal dimuat lebih lanjut dalam Laporan Keuangan kuartal IV-2021 lantaran telah diterbitkannya Laporan Keuangan kuartal III-2021 pada November 2021 lalu.

“Tujuan dari transaksi ini adalah untuk menghadirkan platform belajar pengembangan bisnis bagi seluruh pelaku UMKM di Indonesia di ekosistem Bukalapak. Hal ini sejalan dengan tujuan Bukalapak untuk mendorong pertumbuhan UMKM tanah air dan menciptakan a fair economy for all,” papar Monica.

Terendah sepanjang sejarah

Sebelumnya, setelah ambruk dua hari beruntun ke level Auto Reject Bawah (ARB), tepatnya pada tanggal 15 dan 16 Maret 2022, saham emiten Bukalapak (BUKA) pun kembali melanjutkan koreksi.

Harga saham BUKA diketahui tumbang 6,52% ke level harga Rp258/unit pada perdagangan 16 Maret melanjutkan koreksinya di level ARB di angka 6,76% pada perdagangan tanggal 15 Maret.

Atas terjadinya koreksi itu, kini BUKA berada di level terendah sepanjang sejarahnya atau All Time Low (ATL). Sekarang ini, kapitalisasi pasar BUKA pun hanya tersisa Rp26,6 triliun dibandingkan dengan kapitalisasi pasarnya ketika pertama kali melantai pada angka Rp87,6 triliun.

Hal itu berarti bahwa jika investor membeli saham buka pada harga IPO, sang investor telah merugi sebesar 69,64%. Bahkan, kalau sang investor membeli saham BUKA di harga tertingginya Rp1.325/unit pada hari perdagangan kedua, sang investor akan menderita kerugian mencapai Rp80,52 juta.

Adapun koreksi parah saham BUKA ini disebabkan oleh ketakutan para investor akan dibukanya periode lock up pemegang saham lama yang bakal dimulai pada awal bulan depan. Di kalangan para pelaku pasar, rumor yang beredar adalah bahwa pemegang saham lama ini memperoleh saham Bukalapak pada harga yang amat sangat murah.

Bahkan, beberapa dari pemegang saham lama tersebut ditengarai ada yang membeli saham BUKA di bawah harga Rp50/unit saat masa-masa awal pendanaan startup Bukalapak.

Hal itu kemudian membuat adanya ketakutan bahwa para pemegang saham lama ini bakal langsung menjual seluruh saham yang dimilikinya pada harga berapa pun lantaran sudah untung berlipat-lipat kali tanpa memperhatikan valuasi saham BUKA.

 

Penulis: Kontributor/Boy Riza Utama

Admin: Panji A Syuhada

Exit mobile version