duniafintech.com – Bursa saham Asia dikabarkan melonjak pada perdagangan saham jelang ramadhan. Kenaikan tersebut tercatat di awal pekan ini.
Baca juga : Ovato – Solusi Ekosistem Rewards dan Marketing
Peningkatan bursa saham Asia tersebut bersamaan dengan rilis data ekonomi upah di Amerika Serikat (AS) yang melambat sehingga dapat mengurangi risiko kenaikan suku bunga lebih cepat oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang biasa dikenal dengan the Federal Reserve.
Baca juga : Email Marketing – Mengubah Pengikut Jadi Pelanggan
Penguatan bursa saham Asia terjadi di tengah dan terlihat masih ada ketegangan hubungan perdagangan antara China dan AS. Ditambah tenggat waktu kesepakatan nuklir Iran.
Baca juga : Bitcoin Diamond Naik 0,99% Awal Mei
Di awal pekan ini, indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,2 persen. Indeks saham Jepang Nikkei cenderung mendatar. Indeks saham Australia menguat 0,2 persen.
Bursa saham Asia pun mempengaruhi rilisnya data ekonomi AS yang berdampak pada wall street. Data laporan pekerjaan AS pada Jumat pekan lalu menunjukkan pengangguran turun ke level terendah 3,9 persen. Akan tetapi upah tetap lamban. Ini menunjukkan the Federal Reserve atau bank sentral AS akan menaikkan suku bunga secara bertahap.
Hal itu mendorong bursa saham AS atau wall street menguat. Indeks saham Dow Jones naik 1,39 persen. Sedangkan indeks saham S&P 500mendaki 1,28 persen dan indeks saham Nasdaq bertambah 1,71 persen.
Saham Apple Inc mencapai rekor tertinggi usai Warren Buffett melalui perusahaan investasinya Berkshire Hathaway Inc mencatatkan kenaikan kepemilikan saham di Apple. Pada pekan ini bursa saham Asia akan dipengaruhi rilis data ekonomi China dan Amerika Serikat.
Selain itu, laporan data ekonomi AS juga kontras dengan data ekonomi Eropa. Hal ini mengangkat dolar AS ke level tertinggi terhadap euro pada 2018. Dolar AS juga mencapai level tertinggi sejak Desember terhadap sekeranjang mata uang lainnya. Indeks dolar Asamberada di posisi 92,57. Mata uang dolar AS terhadap yen di posisi 109,03. Sebelumnya posisi dolar AS terhadap yen mencapai level tertinggi 110,05.
“Ini adalah pemulihan dolar AS yang didasarkan data AS terhadap negara-negara lain yang menangkap banyak kejutan dan menyebabkan gejolak di pasar negara berkembang,” ungkap Greg McKenna, Kepala Riset CFD, yang dilansir dari laman Reuters, Senin (7/5/2018).
Tidak hanya itu, penguatan dolar AS juga berdampak terhadap sejumlah komoditas. Harga emas turun dalam tiga minggu berturut-turut. Harga emasberada di posisi USD 1.114,79 per ounce.
Dikabarkan harga minyak pun mendekati level tertinggi dalam tiga tahun. Ini karena pasokan global tetap ketat dan pasar menunggu kabardari Washington mengenai kemungkinan sanksi baru AS terhadap Iran.
Presiden AS Donald Trump telah menetapkan tenggat waktu pada 12 Mei bagi Eropa untuk perbaiki kesepakatan dengan Iran atas program nuklirnya. Atau dia akan menolak memperpanjang sanksi bagi Iran.
Harga minyak mentah Brent berjangka naik 11 sen menjadi USD 74,98 per barel. Sedangkan harga minyak mentah AS naik sembilan sen menjadi USD 69,81 per barel.
Written by : Dinda Luvita
Picture : Pixabay.com