Site icon Dunia Fintech

Cara Menghitung Current Asset yang Perlu Diketahui

cara menghitung current asset

JAKARTA, duniafintech.com – Aset perusahaan sendiri terdiri dari berbagai macam jenis, salah satunya adalah current asset atau aktiva lancar. Aset merupakan salah satu hal yang sangat penting di dalam sebuah perusahaan. Aset akan mencerminkan posisi daripada modal, bahkan harta kekayaan pada suatu perusahaan.

Aktiva lancar adalah aset atau aktiva dalam bentuk uang tunai atau barang berharga lain yang sewaktu-waktu dengan mudah dapat dijadikan uang tunai. Artinya, aset yang mudah dicairkan atau dijual lagi dalam jangka waktu satu tahun.

Hal ini mencakup beberapa aset, seperti kas, saham, surat berharga, bisnis kredit, investasi, pinjaman, dan aset likuid lainnya yang bisa dicairkan dalam kurun waktu yang singkat. Patokan jangka pendek dalam hal ini adalah dalam kurun waktu satu tahun.

Jadi, aset saat ini bukan aset jangka panjang, seperti tanah, peralatan atau mesin, hak cipta, dan investasi tidak likuid lainnya. Aset jangka panjang ini sulit dicairkan dalam waktu singkat.

Sedangkan untuk aset yang termasuk ke dalam jangka waktu yang panjang mencakup tanah, peralatan, hak cipta, fasilitas, dan berbagai aset lainnya yang tidak termasuk ke dalam jenis current account.

Current account sangatlah penting untuk perusahaan karena bisa digunakan untuk membiayai kegiatan bisnis sehari-hari dan juga bisa membayar operasional yang saat itu memang sedang berlangsung.

Karena current account ini adalah seluruh aset perusahaan yang bisa dicairkan dalam kurun waktu yang singkat, maka current account juga biasa disebut sebagai aset likuid perusahaan

Jenis-jenis Current Asset

Beberapa contohnya, antara lain:

Kas merupakan uang tunai dan saldo simpanan di bank yang dimiliki perusahaan. Dapat diambil atau ditarik setiap saat untuk membiayai kegiatan operasional bisnis.

Setara kas adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid yang siap dicairkan menjadi uang tunai, serta bebas dari risiko perubahan nilai yang signifikan, seperti deposito, dan investasi lain yang tenornya kurang dari 3 bulan.

Piutang adalah uang yang harus dibayarkan kepada perusahaan untuk barang atau jasa yang sudah dijual, tetapi belum dibayar konsumen atau pelanggan. Dalam hal ini dikenal sebagai piutang usaha.

Jika perusahaan menjual barang atau jasa dengan penawaran jangka waktu kredit lebih lama, sebagian dari piutang mungkin tidak akan memenuhi syarat sebagai aktiva lancar.

Surat berharga adalah berupa kepemilikan saham maupun obligasi oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu dan dapat dijual sewaktu-waktu.

Biaya dibayar di awal adalah pembayaran biaya yang sudah dilakukan perusahaan untuk barang dan jasa yang akan diterima dalam waktu dekat atau periode mendatang. Biaya dibayar di muka ini dapat mencakup pembayaran kepada perusahaan asuransi atau kontraktor.

Persediaan ini mewakili bahan mentah, komponen, dan produk jadi. Namun untuk item-item apa saja yang masuk dalam current asset perlu dipikirkan lagi dengan cermat. Sebab, terkadang ada yang justru tidak likuid tergantung pada produk dan sektor industri

Rumus dan Cara Menghitung Current Asset

Rumus aktiva lancar adalah penjumlahan sederhana semua aset yang dapat dikonversi menjadi uang tunai dalam waktu satu tahun.

Current Asset = Kas + Setara Kas + Persediaan + Piutang Usaha + Surat Berharga + Biaya Dibayar di Muka + Aset Likuid lainnya

Contoh 1

PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) dalam laporan keuangan tahun 2021, membukukan total aset lancar sebesar Rp 2,24 triliun. Terdiri dari hasil penjumlahan, yakni:

  1. Kas dan setara kas = Rp 1,08 triliun
  2. Piutang usaha

3. Piutang lain-lain

4. Persediaan = Rp 454,81 miliar

5. Uang muka = Rp 3,37 miliar

6. Aset lancar lainnya = Rp 37,21 miliar.

Contoh 2

PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dalam laporan keuangan tahun 2021 memiliki aset lancar :

  1. Kas dan setara kas = Rp 325,20 miliar
  2. Piutang usaha

3. Uang muka dan piutang lain-lain

4. Persediaan = Rp 2,45 triliun

5. Beban dibayar di muka = Rp 21,69 miliar

6. Pajak dibayar di muka = Rp 159,41 miliar

7. Klaim pengembalian pajak = Rp 43,90 miliar

Jadi, total aset lancar UNVR di tahun lalu adalah sebesar Rp 7,64 triliun

 

 

 

Penulis: Kontributor / M. Raihan Muarif

Editor: Anju Mahendra

Exit mobile version