DuniaFintech.com – Dalam rangka mempersiapkan resesi ekonomi yang diakibatkan oleh pandemi Corona, informasi dan wawasan soal pengetahuan akan mitigasi dan manajemen keuangan menjadi sangat penting. Tidak hanya itu, masyarakat Indonesia juga tengah dihadapkan kekhawatiran mentalitas individu dalam mempersiapkannya.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai salah satu badan yang mengatur dan mengawasi payung hukum dari sektor finansial, dinilai berperan penting dalam mengedukasi dan memberi masyarakat wawasan terkatit hal tersebut. Dalam bincang daring bertemakan “Literasi Keuangan Sebagai Pencegahan Penipuan”, Horas V.M Tarihoran, Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan OJK menilai pihaknya telah melakukan berbagai pendekatan dalam mengedukasi masyarakat soal keuangan.
“Kami belajar dari masing-masing daerah. Mempelajari kearifan lokal. Istilah keuangan kalau bahasa Indonesia saja sulit, jadi pendekatannya lokal dengan bahasa sederhana,”
Horas menyontohkan upaya yang dilakukan OJK dalam meningkatkan literasi keuangan ke masyarakat. Salah satu contohnya ditunjukkan kala pihaknya melakukan lawatan ke pulau Jawa. Pada kegiatan tersebut, ia mengatakan bahwa pihaknya menggunakan pertunjukan pagelaran Wayang.
“Di Medan juga kami menggunakan kelompok opera daerah, kita lagi mencari format untuk literasi keuangan digital. Kami juga sedang mencoba pendekatan digital melalui sosial media,”
Baca juga:
- AFTECH: Milenial Indonesia Habiskan 90% Pendapatan untuk Gaya Hidup
- Masih Bingung Cari Modal Usaha? Pinjam Uang Cepat di E-Commerce Layak di Coba
- Fintech Bersaing jadi Penyedia Pembayaran di Saat Transaksi E-Commerce Meningkat
Upaya OJK Dorong Tingkatkan Literasi Keuangan
Lebih lanjut Horas menilai OJK sudah mengadopsi undang-undang terbaru dalam meningkatkan literasi keuangan. Menurutnya peningkatan sebanyak 17% merupakan hasil dari upaya pihaknya selama 8 tahun terakhir.
“Tingkat literasi sudah 38%, inklusi sudah 2x lipat di angka 76%. Terbukti di 2013 21%, sekarang sudah di angka 38%. Analoginya pemilik motor ada 76, namun pemilik SIM baru 38. Target kami 2024 harus sudah 90%, artinya literasi harus digenjot. Ini baru literasi umum, belum literasi digital,”
Seiain itu, Horas juga mengatakan Indonesia masih tertinggal dengan Singapura, Malaysia dan Thailand dalam wawasan finansial. Menurutnya, pemberian pemahaman sejak awal merupakan kunci dari 3 negara tersebut dalam meningkatkan tarafnya.
“Perbedaan yang signifikasi adalah dari sejak dini literasi keuangan sudah ditanamkan di beberapa negara tersebut. Cara belajar juga berbeda, Indonesia sedikit terlambat,”
DuniaFintech/Fauzan