duniafintech.com – Menurut perusahaan konsultan global McKinsey, dunia digital dapat menjadi ancaman bagi industri perbankan. Jika lembaga keuangan tidak segera mengatasi hal ini secara tepat, maka neraca mereka diprediksi akan menderita pukulan besar.
Dalam sebuah laporan sebanyak 52 halaman dari McKinsey, yakni “The Phoenix Rises: Remaking the Bank for the Ecosystem World,” bank perlu melakukan peningkatan fokus pada digitalisasi. Artinya, bank perlu bersaing dengan pemain teknologi digital seperti Amazon.com, Tencent.com, Alibaba.com, dan Google. Penyedia layanan perbankan mungkin mendapati diri mereka terdegradasi ke komoditas dalam waktu kurang dari satu dekade jika industri tersebut tidak memikirkan mengikuti pergeseran era.
Baca juga: GOOGLE TRANSLATE BANTU KERJA JURNALIS, BENARKAH?
McKinsey memprediksi bahwa digitalisasi tumbuh seiring dengan peningkatan keterampilan pemasaran digital. Hasil analisis secara signifikan menunjukkan langkah itu dapat menambahkan $ 350 miliar ke bottom line industri perbankan selama tiga sampai lima tahun ke depan. Selain itu, jika industri perbankan dapat menemukan cara untuk bersaing secara efektif dengan perusahaan teknologi besar seperti Amazon, Alibaba dan Tencent, ROE antara 9% dan 14% dimungkinkan bisa tercapai pada tahun 2025.
Sebaliknya jika industri jasa keuangan tidak memikirkan strategi yang tepat, sementara pelanggan ritel dan korporat mengalihkan perbankan mereka ke perusahaan digital, ROE industri diprediksi dapat jatuh sekitar 4,0 poin, menjadi 5,2% pada tahun 2025. Angka ini mendekati tingkat yang dialami pada tahun 2008, masa krisis keuangan 2008 yang sangat buruk.
Ancaman Ekosistem Digital
Dalam laporan tersebut dinyatakan bahwa selama beberapa tahun terakhir, ancaman yang dirasakan dari perusahaan fintech start-up pemula merupakan peluang untuk berkolaborasi. Pada saat yang sama, perusahaan fintech pada skala platform besar telah mengeksploitasi data yang luar biasa dan analisis data lanjutan untuk menciptakan proposisi nilai sentimen pelanggan. Perusahaan-perusahaan ini menciptakan ‘ekosistem’ yang mengurangi biaya pelanggan, meningkatkan kenyamanan, dan memberikan pengalaman baru, serta memperluas layanan keuangan.
Baca juga: INVESTASI DI BITCOIN KIAN MENARIK HATI MASYARAKAT KALANGAN ATAS
Salah satu contoh yang dikutip dalam laporan tersebut adalah pasar ritel online terbesar di Jepang, Rakuten. Perusahaan ini fokus pada target ekosistem layanan pelanggan, yang dilansir dari thefinancialbrand.com, yaitu:
- Merupakan satu-satunya pasar ritel online terbesar di Jepang dengan 1,1 miliar anggota di seluruh dunia.
- Menyediakan poin loyalitas dan e-money yang bisa digunakan di ratusan ribu toko virtual dan real.
- Isu kartu kredit untuk puluhan juta anggota.
- Menawarkan produk dan layanan keuangan termasuk hipotek, sekuritas dan asuransi.
- Menjalankan salah satu portal online terbesar di Jepang, yang merambah ke bidang benergi, kesehatan & kecantikan, bahkan bisnis olahraga profesional.
- Menjalankan aplikasi instant messaging, Viber, yang memiliki sekitar 800 juta pengguna di seluruh dunia.
Rakuten merupakan platform pertama yang meluncurkan pasar online yang sukses pada tahun 1997 dan yang pertama meluncurkan bisnis fintech yang terkait erat dengan basis keanggotaan e-commerce yang kuat pada tahun 2005.
Menanggapi Ekosistem Dunia
Bank dan serikat kredit di seluruh dunia perlu untuk memulai memanfaatkan kepercayaan dan data nasabah mereka untuk membangun pengalaman pelanggan end-to-end dimana mereka menawarkan layanan perbankan dan layanan lainnya dalam bentuk digital.
Menurut McKinsey, strategi ekosistem dapat meningkatkan keuntungan bisnis inti mereka dalam dua cara. Pertama, platform yang hebat akan membantu mempertahankan pelanggan, meningkatkan penjualan silang, dan dapat menambahkan 1,9 poin persentase ke ROE. Kedua, dengan jaringan mitra dan platform yang canggih, bank dapat menghemat biaya operasional.
Written by: Sintha Rosse