Site icon Dunia Fintech

Dinyatakan Pailit, Kredit Bank ke Sritex Capai Rp25 triliun

Sritex Punya Utang di Bank Total Rp12,66 Triliun, BCA Sebut Kualitas Kredit Tergolong Baik

Sritex Punya Utang di Bank Total Rp12,66 Triliun, BCA Sebut Kualitas Kredit Tergolong Baik

JAKARTA, 29 Oktober 2024Kredit bank ke Sritex capai Rp25 triliun. Pasca Pengadilan Niaga Semarang menyatakan perusahaan tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex pailit, kini perusahaan tekstil tersebut menyatakan melawan dan tengah mengajukan banding ke Mahkamah Agung atas putusan tersebut.

Perkara dengan nomor 2/Pdt.Sus- Homologasi/2024/PN Niaga Smg itu diputus pada Senin (21/10) lalu di ruang sidang R.H. Purwoto Suhadi Gandasubrata,S.H.

Sidang itu dipimpin oleh hakim ketua Moch Ansar.

“Akhirnya putusan permohonan pemohon dikabulkan dan termohon dinyatakan pailit dengan segala akibat hukumnya,” kata Humas PN Semarang Haruno Patriadi.

Sritex Ajukan Kasasi

Usai dinyatakan pailit, PT Sritex langsung menyatakan akan mengajukan kasasi. Pihak Sritex tercatat menyatakan telah mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung pada Jumat (25/10).

“Hari ini sudah melayangkan kasasi ke Mahkamah Agung. Tentu kita menjelaskan kondisi masih berjalan normal, karyawan yang masih aktif bekerja sekian puluh ribu, kalau tiba-tiba ini harus pailit dan tutup, sekira puluh ribu karyawan ini kalau beserta keluarga mungkin mencapai ratusan ribu orang yang bernaung pada perusahaan Sritex ini,” ucap GM HRD Sritex Group Haryo Ngadiyono di Menara Wijaya Setda Sukoharjo baru-baru ini.

Kala itu, Sritex dipanggil oleh Dinas Ketenagakerjaan Sukoharjo untuk diminta klarifikasi terkait putusan pailit. Haryo menyatakan masih akan melakukan upaya hukum lanjutan untuk melawan putusan pailit itu.

“Tidak akan melakukan PHK massal manakala kondisi ini masih bisa dilakukan upaya hukum tadi (kasasi). Karena bukan perusahaan (Sritex) yang mempailitkan, ini kan perusahaan masih jalan, yang mempailitkan pihak ketiga. Tentu ada upaya-upaya untuk penyelesaian masalahnya,” terangnya.

Pemohon dalam perkara itu adalah pihak PT Indo Bharat Rayon sedangkan termohon sebenarnya tidak hanya PT Sritex, tapi ada juga anak perusahaannya yaitu PT Sinar Pantja Djaja, PT Bitratex Industries, dan PT Primayudha Mandirijaya.

“Kenapa dikabulkan pembatalannya, karena termohon ini atau PT Sri Rejeki Isman Tbk ini telah lalai untuk memenuhi isi perjanjian perdamaian, kemudian membatalkan perjanjian perdamaian yang sudah diputus terdahulu,” sambungnya.

Singgung Persaingan Bisnis

Seperti diketahui gugatan pailit ini diajukan oleh PT Indo Bharat Rayon. Haryo menyinggung adanya persaingan bisnis dibalik gugatan itu.

Sebab, menurutnya utang Sritex terhadap PT Indo Bharat Rayon dinilai terbilang kecil. Hal itu jika utang tersebut dibandingkan dengan utang lainnya. Hanya saja, Haryo tidak mengetahui detail besaran utang perusahaannya.

“Tapi ini (PT Indo Bharat Rayon) salah satu supplier yang entah berapa (utangnya) yang menurut saya kecil. Entah persaingan bisnis juga, karena Indo Bharat Rayon kompetitor PT RUM dulu. Begitu (PT RUM) bikin pabrik rayon, mungkin marketnya jadi berkurang. Sampai sekarang, ada kesempatan hingga dipailitkan. Tapi saya tidak tahu persis terkait kronologinya,” terang GM HRD Sritex Group itu.

“Sebenarnya kecil kalau dibandingkan utang yang besar tadi. Yang besar tidak menuntut pailit, perbankan misalnya, kan lebih besar mestinya,” imbuhnya.

Pengaruh ke Kinerja?

Sejumlah perbankan baik BUMN, bank daerah, swasta hingga asing tercatat sebagai kreditur utang jangka panjang untuk perusahaan tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) atau Sritex yang kini telah ditetapkan pailit.

Lantas, apakah hal ini berpengaruh pada kinerja perbankan?

Head of Research LPPI Trioksa Siahaan mengatakan pailitnya Sritex akan mempengaruhi kinerja perbankan tergantung pada dua hal utama.

Pertama, seberapa besar portofolio kredit bank terhadap Sritex dan kedua apakah pencadangan sudah terbentuk secara penuh.

“Namun sampai saat ini, kondisi bank masih stabil dan terkendali, hanya memang perlu diantisipasi agar kejadian serupa tidak terulang di masa yang akan datang,” ujarnya.

Selain itu, kata Trioksa, bank juga perlu melakukan evaluasi atas portofolionya ke SRIL dan berapa tingkat pengembalian dari portofolio setelah dikurangi dengan agunan.

Lebih lanjut, terkait prospek industri tekstil sendiri, secara umum menurutnya dengan banyaknya barang-barang impor tekstil dari China dan India dapat menghambat ekspansi tekstil dalam negeri.

“Yang diikuti dengan perlambatan kredit tekstil,” ujarnya.

Tanggapan Pemegang Saham

Dia pun menuturkan hal yang perlu diperhatikan selain porsi pembiayaan bank adalah bagaimana dampak terhadap para karyawan Sritex dan para investor ritel yang memegang saham Sritex. Pasalnya, ini diperlukan solusi atas kepentingan mereka.

Daftar Kredit Bank ke Sritex

Secara rinci, berikut sejumlah bank yang ada di dalam negeri yang menyalurkan kredit ke Sritex per Juni 2024 (dengan asumsi kurs Rp16.375 per dolar AS):

  1. BCA

PT Bank Central Asia Tbk US$71.309.579 BCA menjadi kreditur Sritex dengan menyalurkan kreditnya setara dengan Rp1,16 triliun per Juni 2024. Adapun, per Juni 2024 secara bank only kredit BCA mencapai Rp 824,59 triliun. Dengan demikian, porsi kredit yang disalurkan ke Sritex hanya 0,14%.

  1. QNB Indonesia 

PT Bank QNB Indonesia Tbk – US$36.939.772 Bank QNB Indonesia telah menyalurkan kredit ke Sritex sebesar Rp604,88 miliar. Porsinya pun mencapai 8,94% dari seluruh total kredit perseroan yang mencapai Rp6,76 triliun per Juni 2024.

  1. Citibank 

Citibank N.A., Indonesia – US$35.826.893 Citi Indonesia menyalurkan kredit ke Sritex mencapai Rp586,67 miliar per Juni 2024. Adapun, porsinya mencapai 1,84% dari total peyaluran kredit total Citi Indonesia yaitu Rp31,94 triliun per akhir Juni 2024.

  1. Mizuho Indonesia 

PT Bank Mizuho Indonesia – US$33.709.712 Bank Mizuho Indonesia menyalurkan kredit ke Sritex sebesar Rp551,99 miliar per Juni 2024. Pada periode yang sama, porsi penyaluran kredit tersebut mencapai 0,88% dari total penyaluran kredit Rp62,75 triliun.

  1. BPD Jabar

PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk – US$ 33.270.249 Bank BJB menyalurkan kredit sebesar Rp544,8 miliar per Juni 2024. Adapun, porsi penyaluran ke perusahaan tekstil ini hanya 0,45% dari total kredit bank only yang mencapai Rp120,33 triliun per Juni 2024.

  1. Muamalat 

PT Bank Muamalat Indonesia – US$25.450.705 Bank Muamalat diketahui memberikan pembiayaan senilai Rp416,75 miliar kepada Sritex. Adapun, porsinya sendiri terpantau mencapai 2% dari total pembiayaan yang mencapai Rp20,79 triliun.

  1. CIMB Niaga 

PT Bank CIMB Niaga Tbk – US$25.339.237 CIMB Niaga menyalurkan kredit mencapai Rp414,93 miliar per Juni 2024. Sementara itu, kredit dan pembiayaan CIMB Niaga mencapai Rp208,16 triliun. Itu artinya, porsi kredit Sritex hanya sebesar 0,2% dari total kredit perseroan per Juni 2024.

  1. Bank Maybank 

PT Bank Maybank Indonesia Tbk – US$25.164.698 Maybank Indonesia menyalurkan kredit ke Sritex mencapai Rp412,07 miliar per Juni 2024. Adapun, secara total kredit dan pembiayaan Maybank mencapai Rp110,15 triliun. Alhasil, porsi kredit ke Sritex sangatlah hanya 0,37% dari total kredit.

  1. BPD Jateng

PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah – US$24.202.906 Tercatat, Bank Jateng menyalurkan kredit ke Sritex sebesar Rp396,32 miliar. Porsi kredit Bank Jateng ke Sritex hanya 0,64% dari total kredit perseroan yang mencapai Rp61,66 triliun per Juni 2024.

  1. BNI

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk – US$ 23.807.159 BNI menyalurkan kredit Rp389,8 miliar ke Sritex per Juni 2024. Tercatat porsi penyaluran kredit BNI ke Sritex sangatlah mini hanya 0,05% dari kredit bank BNI yang mencapai Rp715,47 triliun per Juni 2024.

  1. Bank KEB Hana 

PT Bank KEB Hana Indonesia – US$ 21.531.883 Tercatat, Bank KEB Hana menyalurkan kredit senilai Rp352,58 miliar ke Sritex per Juni 2024. Secara porsi, kucuran kredit ke perusahaan tersebut hanya 0,97% dari total kredit yang mencapai Rp36,18 triliun per Juni 2024.

  1. Bank DBS Indonesia 

PT Bank DBS Indonesia – US$18.238.794 Bank DBS Indonesia hanya menyalurkan kredit ke Sritex sebesar Rp298,66 miliar atau 0,45% dari total kredit perseroan yaitu Rp66,73 triliun per Juni 2024.

  1. Bank Permata

PT Bank Permata Tbk – US$16.707.929 Bank Permata menyalurkan kredit ke Sritex sebesar Rp273,59 miliar atau 0,18% dari total kredit dan pembiayaan bank yang mencapai Rp151,38 triliun per Juni 2024

  1. Bank China Construction 

PT Bank China Construction Indonesia Tbk – US$14.912.809 PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk. (MCOR) menyalurkan kredit ke Sritex sebesar Rp244,19 miliar atau 1,07% dari total kredit perseroan yang mencapai Rp22,73 triliun per Juni 2024.

  1. Bank DKI 

PT Bank DKI – US$9.130.513 Bank DKI tercatat menyalurkan kredit ke Sritex sebesar Rp149,51 miliar atau 0,33% dari total kredit perseroan yang mencapai Rp44,63 miliar per Juni 2024.

  1. Bank CTBC 

PT Bank CTBC Indonesia – US$6.950.110 Bank CTBC Indonesia tercatat menyalurkan kredit ke Sritex sebesar Rp113,81 miliar atau 0,71% dari total kredit Bank CTBC Indonesia yang mencapai Rp16,04 triliun per Juni 2024.

  1. Bank AG

Deutsche Bank AG – US$6.821.059 Deutsche Bank telah menyalurkan kredit ke SRIL sebesar Rp111,69 miliar atau 1,46% dari total kredit perusahaan yang mencapai Rp7,67 triliun per Juni 2024.

  1. Bank Woori Saudara 

PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk – US$4.970.936 PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk. (SDRA) telah menyalurkan kredit ke Sritex sebesar Rp81,39 miliar atau hanya sebesar 0,02% dari total kredit bank yang disalurkan yakni Rp478,24 triliun per Juni 2024.

  1. Bank Danamon

PT Bank Danamon Indonesia Tbk – US$4.519.559 Bank Danamon mencatatkan total penyaluran ke Sritex hanya 0,05% atau Rp74 miliar dari total kredit perseroan yang mencapaiRp152,1 triliun per Juni 2024.

  1. Bank SBI Indonesia

PT Bank SBI Indonesia – US$ 4.380.982 Bank SBI Indonesia mencatatkan kredit ke Sritex sebesar Rp71,73 miliar atau mencapai 2,05% dari total kredit perseroan yang sebesar Rp3,49 triliun per Juni 2024.

Karyawan Kompak Pakai Pita Hitam

Karyawan PT Sri Rejeki Isman (Sritex) Tbk. kompak mengenakan pitam hitam bertuliskan “Selamatkan Sritex”, usai perusahaan tersebut dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang.

Sebelumnya, ribuan karyawan tetap masuk bekerja dan kompak mengenakan pita hitam di lengan kiri.

Manager HRD dan Human Capital Sritex Group Sri Saptono Basuki mengatakan, pita hitam tersebut merupakan simbol kebangkitan.

Dia mengatakan karyawan perusahaan akan bersama-sama berjuang demi kelangsungan hidup keluarga.

“Pita hitam ini bukan simbol kesedihan tetapi simbol kebangkitan. PT Sritex adalah sawah ladang bagi belasan ribu karyawan dan keluarga,” katanya.

Dia mengatakan, para pekerja masih berharap perusahaan tersebut bisa kembali bangkit dan berjaya seperti sebelumnya.

“Kami berharap PT Sritex kembali berjaya menghidupi ribuan karyawan dan memberikan kontribusi perekonomian daerah dan masyarakat,” pungkasnya.

Exit mobile version