JAKARTA – Rencana divestasi BRIS, saham milik PT Bank Syariah Indonesia Tbk. belum bisa terealisasi.
Hal itu disebabkan kondisi pasar yang belum menunjukkan kondisi stabil.
Demikian disampaikan Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo.
Saat ini kata Kartika, masing-masing Bank BUMN pemegang saham BRIS tengah mengkaji rencana divestasi tersebut.
“Saat ini masih memperhatikan market dulu,” paparnya.
Diketahui, Kementerian BUMN telah berupaya mencari investor strategis dari Timur Tengah untuk BRIS.
Namun upaya tersebut belum menunjukkan hasil maksimal.
Pemegang saham BRIS, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) mengaku mulai mengurangi kepemilikan saham secara perlahan.
Menurutnya, saat ini tim tengah mengkaji semua hal, termasuk corporate action.
Jadi saat ini sambung Tika, harga BRIS usai divestasi belum dapat diprediksi.
“Karena bergantung dengan kondisi pasar saat rencana itu terealisasi,” terangnya.
Hingga kini, tambah Tika pihaknya belum mengetahui pasti perkembangan pelaksanaan divestasi tersebut.
Mengacu pada data RTI Business, data menunjukkan komposisi pemegang saham diantaranya:
- BSI terdiri dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) memiliki saham sebesar 51,47% saham.
- BNI memiliki saham sebesar 23,24%
- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) memiliki saham sebesar 15,38%.
Tiko memaparkan, BRI dan BNI secara bertahap akan keluar dari BRIS.
Dengan demikian, setelah BRI dan BNI keluar maka secara otomatis Bank Mandiri tetap akan menjadi pemegang saham pengendali.
Untuk itu Tiko berharap, kedepan akan ada investor yang bisa menjadikan BSI sebagai bank syariah yang bertumbuh secara global.
Divestasi BRIS? BNI Belum Ada Keinginan Lepas Saham
Menanggapi hal itu, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengakui akan melepas saham BRIS secara perlahan.
Menurut Royke, hingga saat ini BNI tetap memiliki modal yang memadai.
Tujuannya agar dapat menambah modal untuk ekspansi BNI Life atau pun BNI Asset Management.
Meski demikian, Royke tak menampik jika BNI tetap ingin mempertahankan sebagian kepemilikan sahamnya di BRIS.
Walaupun kedepan kata Royke, jika pihaknya membutuhkan modal maka akan melakukan upaya solutif.
Diantaranya bisa saja menjual sebagian sahamnya.
Tapi sampai saat ini, BNI belum ada keinginan untuk melepas saham BRIS.
Ia yakin apabila ada rencana aksi korporasi, pihak BNI pasti meminta izin terlebih dahulu.
“Belum tentu dijual,” paparnya.
Jika kedepan sambung Royke, ada opportunity naka tentu ada izin yang harus dilakukan.
“Nggak mungkin aku sembarangan main jual saham,” ujarnya.
BRI Pertimbangkan Value
Terpisah, pada bulan Maret lalu pihak BRI mengaku tengah fokus untuk menciptakan nilai pada BSI.
Ia menjelaskan, BRI sudah melakukan upaya merger dari BRI Syariah menjadi BSI dan value-nya naik.
“Maka, kita upayakan value tidak turun,” kata Sunarso.
Menurut Sunarso, untuk menjual saham perlu ada sejumlah tahapan yang harus dilalui.
“Terutama harus ada kecocokan harga hingga calon mitra strategis,” tutur Sunarso.
Kemudian sambung SUnarso, pihak calon mitra harus ada saling kecocokan diantara keduanya.
“Syaratnya ya kedua hal itu harus terpenuhi,” paparnya.