JAKARTA – Ekonomi capai target? Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR, Said Abdullah, menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun 2015 hingga 2023 hanya satu kali melampaui target APBN, yaitu pada tahun 2022, di mana target 5,2% (yoy) berhasil dicapai dengan pertumbuhan 5,31% (yoy).
Menanggapi hal ini, Said menyebutkan bahwa masih terdapat sejumlah masalah struktural yang harus diperbaiki, terutama ketergantungan pertumbuhan ekonomi pada konsumsi domestik.
“Namun, konsumsi domestik sebagai penopang utama ekonomi kita terancam menurun, seiring dengan penurunan jumlah kelas menengah. Selama enam tahun terakhir, kelas menengah kita telah berkurang sebanyak 8 juta orang. Padahal, mereka adalah motor penggerak konsumsi domestik,” kata Said.
Ekonomi Capai Target RAPBN 2025?
Pada awal rapat, Said menyampaikan kembali usulan target pertumbuhan ekonomi 2025 yang diajukan oleh pemerintah dalam RAPBN 2025 sebesar 5,2% (yoy). Namun, ia menyoroti bahwa target-target pertumbuhan ekonomi yang dipatok pemerintah sebelumnya jarang tercapai.
Menurut Said, Indonesia masih dihadapkan pada berbagai masalah struktural, seperti ekonomi berbiaya tinggi akibat perizinan yang rumit dan maraknya praktik korupsi, ketidakpastian hukum, rendahnya kualitas sumber daya manusia, buruknya konektivitas antar wilayah, serta penurunan kualitas demokrasi.
“Persoalan-persoalan ini sudah lama kita diskusikan, tetapi sepertinya belum ada upaya yang cukup kuat untuk benar-benar mengatasi semua ini,” ujar Said.
Oleh karena itu, Said mendorong pemerintah agar lebih proaktif dalam menangani masalah-masalah struktural yang selama ini menghambat pertumbuhan ekonomi. Ia menekankan bahwa, berdasarkan dokumen Visi Indonesia 2045, diperlukan tingkat pertumbuhan ekonomi minimal 5,4% hingga 6% untuk mencapai target Indonesia Emas 2045.
Ekonomi Capai Target, Konsumsi Domestik Tetap Dijaga
Said juga menambahkan bahwa konsumsi domestik harus tetap dijaga, disertai dengan inflasi yang terkendali dan investasi yang mampu menciptakan lapangan kerja baru serta memberikan nilai tambah pada produk ekspor.
“Kita membutuhkan kontribusi investasi minimal 1,5% dan ekspor sebesar 0,5% sebagai penyumbang pertumbuhan ekonomi setiap tahun. Dengan begitu, pilar permintaan tidak hanya bergantung pada konsumsi domestik,” tambahnya.
Sebagai tambahan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa target pertumbuhan ekonomi 2025 dalam RAPBN 2025 harus realistis dan kredibel, dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi perekonomian.
Pernyataan tersebut disampaikan sebagai tanggapan terhadap pandangan fraksi-fraksi DPR RI yang mengusulkan peningkatan target pertumbuhan ekonomi menjadi lebih dari 5,2% (yoy) dalam RAPBN 2025.
“Asumsi pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2025, pemerintah menyetujui pandangan seluruh fraksi bahwa asumsi ekonomi harus realistis dan kredibel,” ujar Sri Mulyani.