duniafintech.com – Era digital memengaruhi banyak hal di sekitar kita, termasuk urusan kamera. Di era digital ini masyarakat modern diberikan kemudahan untuk megabadikan momen berharga, mengeditnya, serta membagikan momen tersebut ke media sosial dengan mudah, praktis dan cepat.
Meskipun begitu, keberadaan kamera film tidak lantas mati. Belakangan ini pun kamera film kembali marak di kalangan milenials yang sejatinya hidup di era digital serba instan dan canggih.
Menurut pendiri ruang kreatif Saka Space, Fahmy Siddiq, kamera film adalah soal menikmati dan menghargai proses. Mulai dari mengisi rol film ke kamera, menunggu momen tepat, menjepret, hingga menunggu hasil cuci fotonya.
Baca juga : JENIS-JENIS PROMOSI YANG HARUS KAMU KETAHUI DALAM BISNIS
Dengan sorotan para pecinta fotografi terhadap kamera film ini pun, dapat digarisbawahi bahwa teknologi yang menjadi tren di era digital ini tidak melulu teknologi atau gadget terbaru, tetapi teknologi yang sudah lama pun tetap bisa menjadi tren. Tren merupakan hasil dari proses difusi inovasi, alias penyerapan atau adopsi ide atau teknologi baru oleh masyarakat.
Baca juga : DATA CENTER DAN PERANANNYA DI ERA DIGITAL
Dengan keberadaan tren kamera yang semakin mudah digunakan, pada akhirnya di era digital ini para pecinta fotografi ingin memahami fotografi secara lebih dalam. Dimana mereka tidak hanya sekadar menekan tombol dan menyimpan gambar. Inilah yang mendasari kamera film menjadi tren kembali di masa sekarang ini.
Munculnya kebutuhan untuk memahami fotografi lebih dalam di era digital merupakan bagian dari perkembangan tren kamera atau fotografi dan bukan sebuah kemunduran atau kembali ke cara lama. Karena dari proses evaluasi inilah biasanya muncul pemikiran-pemikiran untuk inovasi selanjutnya
Baca juga : TRANSPORTASI ONLINE DUKUNG PEREKONOMIAN
Selain itu, menggunakan kamera film ini memiliki keunikan tersendiri. Kamera film dinilai lebih menantang sehingga membuat photographer lebih fokus untuk mengambil gambar, mulai dari pengaturan ISO, exposure, sampai diafragma. Bayangkan saja 1 roll film hanya mampu mengambil 36 gambar.
Hal lain yang membuat kamera film disukai adalah desainnya yang khas. Bahkan, tidak sedikit kamera terkini mengadopsi pesona desain retro itu misalnya, Fujifilm X-100T, Olympus E-P3, atau Nikon DF.
Menurut salah seorang dari Komunitas Kamera Analog Yogyakarta, Wihinggil mengatakan bahwa desain retro kamera film juga sering jadi faktor penarik utama. Bentuk yang memiliki karakteristik unik. Namun, dari desain saja, biasanya orang mudah membedakan atau memiliki kesan yang mana desain tersebut diadopsi dari kamera film.
Lepas dari desain, penggunaan roll film juga jadi pemikat perangkat lawas ini. Roll film lawas yang kini masih jadi favorit para penggiat fotografi analog adalah 35mm.
“35mm masih jadi andalan. Format film kecil yang punya ukuran bagian sensitif cahaya 24x36mm di setiap pengambilan gambar. Biasanya sih digunakan untuk 24 sampai 36 kali pengambilan foto,” ungkap Wihinggil yang dikutip dari The Daily Oktagon.
Dengan menggunakan kamera film di era digital ini, dapat dikatakan sebagai bisa proses karya yang sempura. Karena, mulai dari mencari roll film, setting kamera, mencari angle yang bagus, hingga menunggu hasil cetak. Hasil dari kamera film akan menjadi kebanggan tersendiri. Di Indonesia, khususnya di kota-kota besar sudah ada beberapa komunitas yang menekuni kamera film itu sendiri.
Written by : Dinda Luvita
Picture by: Pixabay.com