Site icon Dunia Fintech

Erick Thohir Kantongi Tujuh Laporan Pelanggaran Direksi BUMN

Erick Thohir

JAKARTA, duniafintech.com – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan sudah mendapatkan tujuh laporan terkait para direksi perusahaan BUMN terlibat kasus hukum. Kendati demikian, Erick enggan untuk menyebutkan direksi perusahaan BUMN yang terlibat dalam kasus hukum.

Baca juga: Erick Thohir: Harga Pertamax Turun Jika Harga Minyak Dunia Turun

Erick menegaskan tidak akan segan-segan mencopot para direksi BUMN yang terlibat dalam kasus hukum karena nantinya akan mempengaruhi kredibilitas dan performa perusahaan BUMN yang dipimpin. Menurutnya tindakan direksi BUMN yang mengganggu kinerja perusahaan yaitu dikarenakan tindakan korupsi dan sering melakukan kesalahan administratif.

“Mungkin tidak korupsi tapi karena melakukan administratif dan bikin jelek perusahaan ya berarti tidak bakat menjadi direksi,” kata Erick.

Erick mengaku pihaknya sudah berkoordinasi dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Kejaksaan Agung. Hal itu untuk menertibkan dan menyehatkan perusahaan BUMN dari oknum-oknum tertentu.

“Misalnya kejaksaan atau tiba-tiba kita lihat beberapa kali melakukan kesalahan secara administratif. Kalau sudah jelas, langsung diproses,” kata Erick.

Baca juga: Cara Erick Thohir Stabilkan Harga Tiket Pesawat

Dia menegaskan pihaknya akan membuat daftar bagi direksi BUMN yang terlibat dalam kasus hukum agar nantinya tidak lagi terlibat menjadi calon pimpinan BUMN di kemudian hari. Sebab jika tidak dibuatkan daftar tersebut, dikhawatirkan oknum tersebut akan kembali memimpin perusahaan BUMN.

“Jadi jangan sampai orang-orang ini balik lagi. Kalau balik lagi kan nanti BUMN menjadi tidak sehat. Jadi bikin pusing. Ini kan sudah menuju arah yang baik,” kata Erick.

Apalagi, Erick menargetkan perusahaan BUMN untuk menyetorkan deviden menjadi Rp43,3 triliun di tahun 2023. Target setoran dividen tersebut meningkat jika dibandingkan dengan realisasi dividen tahun 2022 yang mencapai Rp39,7 triliun atau lebih besar daripada target awal yaitu sebesar Rp36,4 triliun.

“InsyaAllah kita coba melakukan efisiensi, efektivitas, dan perbaikan model bisnis. Jadi dengan segala yang kita lakukan, baik penutupan, merger dan lain-lain, kita bisa lihat angkanya sudah mulai kembali seperti sebelum covid,” kata Erick.

Baca juga: Langkah Erick Thohir Stabilkan Harga Tiket Pesawat

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto hari ini di duniafintech.com

Exit mobile version