JAKARTA, duniafintech.com – Faktor yang mempengaruhi harga crypto? Apa saja faktor-faktornya? Sebelum mulai membahas tentang faktor hal tersebut, perlu diketahui sebelumnya, bahwa crypto sama seperti saham atau komoditas yang merupakan sebuah instrumen investasi yang nilainya volatil (tidak stabil) dan cenderung tidak dapat diprediksi.
Meskipun, tidak ada cara pasti untuk dapat memprediksi harga crypto sepenuhnya, namun terdapat beberapa faktor yang dapat dijadikan acuan oleh trader dalam memprediksi harga crypto.
5 Faktor yang Mempengaruhi Harga Crypto
Berikut ini adalah beberapa faktor yang bisa mempengaruhi harga kripto, antara lain:
1. Penawaran dan Permintaan
Harga suatu aset crypto ini pada dasarnya dipengaruhi oleh permintaan dan ketersediaannya di pasar, hal tersebutlah yang dapat menjawab pertanyaan seperti kenapa harga crypto naik turun.
Sebagai contoh, misalnya permintaan beli dari aset bitcoin di pasar crypto sedang naik melebihi supply penjual, dalam kasus ini maka diketahui bahwa harga bitcoin akan naik.
Namun apabila sebaliknya, yakni ketika lebih banyak penjual bitcoin daripada pembeli, maka harga bitcoin akan turun sampai pada titik harga dari jumlah penjual dan pembeli seimbang.
2. Utility (Kegunaan)
Harga crypto akan bergerak naik pada saat crypto tersebut banyak digunakan, begitupun sebaliknya, harganya akan menurun apabila crypto tersebut mulai sepi dan ditinggalkan penggunanya.
Sebagai contoh, misalnya saat ini ada banyak projek DeFi (Decentralized Finance) yang telah dibangun di atas blockchain Ethereum.
Semua interaksi ataupun transaksi di atas blockchain Ethereum tersebut tentunya membutuhkan Ether (ETH) sebagai biaya gas (gas fee) untuk dapat membayar biaya komputasi kepada Miner ethereum.
Seiring dengan meningkatnya penggunaan dan volume transaksi proyek-proyek DeFi, maka kebutuhan pembelian ETH pun akan naik. Hal ini juga dapat menyebabkan harga ETH naik di pasar crypto.
3. Fear and Greed (Rasa Takut dan Serakah)
Faktor yang mempengaruhi harga crypto salah satunya datang dari faktor psikologis trader maupun investor, yaitu rasa takut dan sifat serakah mereka juga dapat mempengaruhi harga crypto.
Sebagai contoh, misalnya harga bitcoin ini mulai bergerak naik jauh setelah sekian lama tidak ada pergerakan yang berarti.
Dalam hal ini, maka akan mengakibatkan publik menjadi serakah (greed) dan akan membeli lebih banyak bitcoin dengan harapan harga tersebut akan naik lebih jauh lagi. Semakin banyak pembeli Bitcoin, maka harga Bitcoin tersebut akan semakin naik, dan hal ini akan menyebabkan lebih banyak orang ingin membeli Bitcoin.
Saat harga bitcoin sudah mulai menyentuh titik puncaknya, maka banyak orang yang ingin mengambil untung dengan menjual bitcoinnya. Sehingga, pada saat semakin banyak orang yang menjual bitcoin, maka harga bitcoin akan semakin turun. Harga aset crypto yang bergerak turun tersebut akan menyebabkan ketakutan (Fear) pada publik, sehingga hal tersebut mengakibatkan semakin banyak orang yang menjual bitcoin lagi.
4. Market Cap (Kapitalisasi Pasar)
Market Cap atau Kapitalisasi Pasar dapat mempengaruhi volatilitas harga pada suatu crypto. Market cap suatu kripto dapat dihitung dengan cara mengalikan jumlah crypto yang sudah beredar dengan harga per koin. Harga crypto dengan Market Cap besar (seperti Bitcoin) cenderung lebih stabil atau tidak volatil dibandingkan dengan koin dengan Market Cap yang kecil (seperti token DeFi).
Sebagai contoh, misalnya saat ini kurang lebih ada 18,550,000 bitcoin (BTC) yang mulai bergerak dalam sirkulasi (sudah ditambang). Dengan harga sebesar Rp250 juta/BTC, maka jika dihitung menggunakan rumus, diketahui bahwa total market cap Bitcoin adalah 18,550,000 * Rp 250,000,000 = Rp 4,637,500,000,000,000 (4637 Triliun rupiah).
Contoh kedua adalah Token YFI yang hanya memiliki supply sebanyak 30,000 YFI. Dengan harga sebesar Rp 330 juta/YFI, jika dihitung total market cap YFI adalah sebagai berikut; 30,000 * Rp 330,000,000 = Rp 9,900,000,000,000 (9.9 Triliun Rupiah)
Dari contoh tersebut, maka diketahui bahwa Market Cap token YFI jauh lebih kecil (<1%) daripada BTC, dengan begitu pergerakan harga token YFI jauh lebih volatil daripada harga BTC.
5. Harga Stablecoin akan Selalu Mengikuti Aset Backingannya
Berbeda dengan aset-aset kripto lainnya, yakni harga suatu stablecoin akan mengikuti harga aset yang menjadi backing dari stablecoin tersebut.
Sebagai contoh, Tether (USDT) adalah salah satu stablecoin dengan backing Dolar Amerika. Dengan demikian, harga USDT akan selalu mengikuti harga Dolar Amerika. Bila kurs dolar saat ini sekitar Rp14 ribu, maka harga 1 USDT dalam rupiah akan sangat dekat dengan Rp14 ribu.
Penulis: Kontributor
Editor: Anju Mahendra