JAKARTA, duniafintech.com – Platform pinjaman berbasis aplikasi atau fintech lending Investree mencatatkan kinerja positif tahun ini. Dalam 10 bulan, per November 2021 fasilitas pinjaman yang berhasil disalurkan mencapai Rp4,6 triliun.
Co-Founder dan CEO Investree Adrian Gunadi mengatakan, realisasi pinjaman tersebut tumbuh sekitar Rp1,6 triliun dibandingkan dengan penyaluran tahun lalu yang sebesar Rp3 triliun.
“Kalau di tahun 2021 saja itu kita sudah fasilitasi data per November itu hampir kurang lebih Rp4,6 triliun di 2021 saja. Dan ini menentukan pertumbuhan hampir kurang lebih dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya,” katanya saat berbincang dengan Duniafintech.com, Rabu (29/12).
Dengan demikian, jika ditotal sejak berdiri hingga November 2021, fasilitas pinjaman yang berhasil direalisasikan oleh Investree adalah sebesar Rp13,7 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 80% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
“Jadi kita tumbuh hampir 80% dari total penyaluran dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yang mana kita mencapai angka sekitar Rp3 triliun tahun lalu,” ujarnya.
Adapun, dari total penyaluran fasilitas pinjaman yang sebesar Rp13,7 triliun tersebut, sebesar 8% di antaranya atau senilai Rp1 triliun merupakan fasilitas pinjaman berbasis syariah.
“Secara pertumbuhan sektor syariah kita yang merupakan unit usaha syariah kami juga mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dan berkontribusi hampir kurang lebih sekitar 7,5%-8% dari total penyaluran Investree secara keseluruhan,” ucapnya.
Dia bilang, kinerja pada tahun ini tumbuh seiring dengan kerja sama yang telah dijalin perusahaan dalam beberapa waktu belakangan dengan sejumlah mitra Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM).
Dia bilang, sebagai e-commerce pembiayaan Investree fokus menyasar sektor produktif yang digerakkan oleh UMKM, melalui fasilitas kebutuhan modal kerja jangka pendek dari para pelaku ekonomi kerakyatan ini dengan lender atau pemberi pinjaman.
“Investree berperan dan mendukung pertumbuhan dan memperkuat fundamental bisnis UMKM. Kami tidak hanya beroperasi di Indonesia tapi juga di Thailand dan Filipina,” kata dia.
Strategi Mendorong UMKM Terus Tumbuh
Dia pun mengungkapkan sejumlah strategi yang dijalankan oleh perusahaan untuk menumbuhkembangkan UMKM agar naik kelas di 2021.
Pertama, adalah penguatan kolaborasi melalui ekosistem digital lewat kerja sama dengan ekosistem digital seperti Bukalapak, MBiz, Blibli, bahkan E-katalog atau Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).
Dia melihat beberapa UMKM ini sudah mulai masuk ke sektor belanja pemerintah dan ini menjadi salah satu fokus yang terus didorong agar UMKM bisa naik kelas. Apalagi, belanja pemerintah terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
“Ini menjadi bagian dari bagaimana kita melihat atau mendorong UMKM untuk berkolaborasi dengan ekosistem,” tuturnya.
Kedua, bagaimana pihaknya dalam meningkatkan atau fokus di segmen usaha mikro. Jika sebelumnya pihaknya fokus di segmen menengah yang berbadan hukum PT dan CV, tahun ini pengembangan bisnis fokus menggarap segmen mikro.
“Karena, salah satu dampak dari pandemi ini banyak diantara para pekerja ini yang dirumahkan, sehingga mau nggak mau mereka harus dagang. Di sinilah, melalui ekosistem-ekosistem ini Investree berusaha untuk membantu mereka untuk memperoleh modal kerja,” terangnya.
Ketiga, adalah bagaimana pihaknya terus memperkuat credit scoring untuk UMKM. Tujuannya agar UMKM lebih mudah mengakses sumber pembiayaan untuk modal kerjanya.
Keempat, menggandeng perusahaan bisnis software Statistical Analysis System (SAS) untuk manajemen bisnis UMKM yang lebih baik. Sebab, UMKM tak hanya butuh modal kerja namun juga bisnis plan yang baik.
“Inilah yang kita sebut sebagai beyond lending initiative yang tentunya harapannya di 2022 akan lebih maju, di mana yang namanya solusi untuk UMKM tidak terbatas pada modal kerja. Jadi ada solusi solusi bisnis lainnya yang akan dikerjasamakan dengan rekanan yang sudah punya sistem tersebut,” ucapnya.
Kelima, adalah ekspansi regional di mana fokus Investree sata ini tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dua negara Filipina dan Thailand. Di dua negara tersebut pertumbuhan perusahaan yang cukup positif meskipun baru di 2021 ini memperoleh izin.
“Langsung tancap gas dan menunjukkan hasil yang cukup positif di tahun ini,” ujarnya.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Anju Mahendra