JAKARTA, 14 April 2021 – Kenaikan transaksi Bitcoin terjadi karena tren global karena hampir seluruh dunia sedang hype dengan investasi Bitcoin. Fenomena ini juga terjadi di Indonesia. Sekalipun di Indonesia volume transaksi bitcoin tidak naik terlalu besar karena faktor masyarakat yang belum terlalu teredukasi seputar Bitcoin.
CEO INDODAX Oscar Darmawan sendiri menyebutkan, kehadiran Bitcoin sejatinya sama dengan kehadiran teknologi blockchain. Teknologi tersebut hadir bukan untuk menggantikan ekosistem selama ini. Tetapi teknologi ini hadir untuk melengkapi ekosistem yang sudah ada.
“Jadi, kenaikan transaksi Bitcoin memang terjadi di seluruh dunia dan hampir setiap negara. Bitcoin seperti kripto sendiri hadir untuk melengkapi ekosistem yang sudah ada dan bukan untuk menggantikan.” kata Oscar Darmawan.
Baca Juga : Tertinggi Sepanjang Sejarah, Market Cap Kripto Capai USD2 Triliun
Baca Juga : Harga Ethereum Tembus Rekor Rp30 Juta, Masih Naik Lagi?
Dia membantah sehubungan dengan rumor seputar transaksi saham turun karena naiknya transaksi kripto. Menurutnya, hal itu tidak benar karena volume dan transaksi kripto memang sedang naik di seluruh dunia.
Ini terjadi karena harga kripto seperti Bitcoin yang menguat. Di sisi lain, tipe trader kripto sendiri berbeda dengan trader saham. “Trader kripto lebih high risk high gain. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan soal fenomena ini,” sebutnya.
Transaksi Bitcoin di Indonesia sendiri sebenarnya tergolong kecil, yaitu hanya 1% dari transaksi volume global. Menurutnya, kenaikan volumenya tidak terlalu signifikan jika dilihat dari tahun 2017 lalu.
Tetapi sisi positif saat ini di Indonesia, Bitcoin sudah merupakan sebagai komoditas dan dilindungi kepemilikannya oleh hukum. Hal-hal mengenai Bitcoin dan aset kripto sudah diatur oleh Kementerian Perdagangan dan BAPPEBTI.
Indonesia sendiri saat ini berusaha menjadi salah satu tempat transaksi Bitcoin bagi market global dan diharapkan ikut meningkatkan devisa ke Indonesia. Indonesia sedang berusaha mengejar ketinggalan dan sejajar dengan negara-negara maju lainnya di bidang kripto maupun blockchain.
Selain itu, Indonesia tidak akan menggunakan cryptocurrency sebagai alat pembayaran. Belum lagi dengan adanya pernyataan bahwa pemerintah akan membuat uang digital atau melakukan digitalisasi Rupiah.
Menurut Oscar Darmawan hadirnya Bitcoin dan kripto lain juga untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. Tujuan ini juga sama dengan hadirnya komoditas lain.
“Bitcoin, kripto dan produk dari teknologi blockchain lainnya juga hadir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Teknologi finansial itu juga lahir untuk meningkatkan literasi keuangan digital di Indonesia,” sambungnya.
Bitcoin Memiliki Karakteristik yang Berbeda
Di sisi lain, Oscar Darmawan menyatakan, setiap bentuk komoditas memiliki fungsi atau utilitas dan fundamental yang berbeda-beda. Sehingga, setiap aset memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing.
Seperti Bitcoin yang merupakan aset digital yang tidak memiliki bentuk fisik. Tentunya, memiliki kelebihan dan kekurangan dari pada aset lain.
Dia juga menjelaskan salah satu karakter dari kripto yaitu fluktuasi yang cukup tinggi. Ini terjadi karena transaksi yang terjadi selama 24 jam dengan market yang terhubung di seluruh dunia. Kapitalisasi bitcoin sendiri masih relatif lebih kecil dari pada market komoditas lain hanya sebesar USD2 triliun.
Namun, Oscar Darmawan menyatakan bahwa harga kripto, seperti Bitcoin tidak bersifat manipulatif bahkan orderbook nya transparan di seluruh dunia. Karena Bitcoin itu mengadopsi teknologi blockchain yang bersifat transparan dan aman.
“Harga Bitcoin di seluruh dunia itu hampir sama. Karena marketnya itu seluruh dunia. Transaksinya juga tercatat dan transparan,” sebutnya.
Terakhir dia mengatakan bahwa yang terpenting adalah investor harus mampu mengenali saat mereka mengamankan uang atau asetnya. Investor juga perlu melihat portofolio aset, keuntungan beserta risiko. Setiap investor tentunya harus mampu mengukur dan memperhitungkannya dengan baik.
Dia juga mengatakan, investor perlu melihat legalitas suatu aset dan pialang atau exchange, sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia.
“Jadi, investor harus mengenal dan memahami karakteristik suatu komoditas. Apakah suatu investasi tersebut sesuai dengan karakteristik si investornya? Tentu itu tergantung oleh investor. Karena setiap investor juga memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengelola asetnya,” katanya.