Site icon Dunia Fintech

Finansial Super Apps Semakin Mainstream, Keunikan Jadi Faktor Kunci Dalam Persaingan

Finansial Super Apps

JAKARTA, duniafintech.com – Head of Digital Banking Product Bank Syariah Indonesia (BSI) Riko Wardhana mengungkapkan, dalam perkembangannya ke depan, super apps akan menjadi sesuatu yang mainstream. 

Bagi lini bisnis yang tidak punya super apps akan dianggap ketinggalan zaman. Namun, menurutnya dalam membangun super apps perlu juga dipertimbangkan demand customer, teknologi, dan keunikan.

“Tiga komponen utama dalam memenangkan pertarungan super apps adalah teknologi harus advance, konten layanan dengan dekat dengan customer, dan uniqueness. Jadi semuanya harus clear,” katanya dalam video conference, Kamis (10/2).

Rico percaya bahwa pertarungan untuk super apps di bidang keuangan baru saja dimulai. Super app sendiri adalah sebuah platform yang menyediakan banyak layanan namun dikemas menjadi satu aplikasi saja. 

“Jadi semakin banyak claim tentang super apps maka pertarungan akan baru dimulai. Bank-bank besar, juga (mulai) menunjukkan kuat customer basednya,” ujarnya.

Baca Juga:

Hal senada juga disampaikan oleh Chief Digital Officer Bank Danamon, Andreas Kurniawan. Menurutnya pertarungan super apps baru saja dimulai. Komponen paling penting dari hadirnya layanan berbasis aplikasi ini adalah bagaimana setiap brand bisa menunjukkan keunikannya. 

“Ini tentang siapa yang tercepat dan bisa mengantisipasi customer behaviour,” ujarnya.

Menurut Andreas, untuk dapat memenangkan kompetisi dalam bisnis perbankan, kita perlu melihat teknologi hanya medium yang enabler. Faktor paling penting adalah transformasi orang dan budayanya.

Paling penting menurutnya adalah bagaimana memastikan karyawan perusahaan, dari sisi mindset, dan metode kerja yang baru yang telah mengalami peningkatan skil atau upgrading.

“Yang terpenting adalah bagaimana memfasilitasi transformation people and culture. Bagaimana kita melakukan peningkatan upgrade skill yang kita kedepankan”, paparnya. 

Selain itu, menurutnya penting juga untuk memanfaatkan sister company dan hubungan perusahaan induk dengan klien. Selain itu perlu juga ditingkatkan dari cara melayani customer.

“Benar, cara kita berjualan harus berubah, dan itu menjadi challenge”, tutupnya.

Sementara menurut Rico semakin banyak customer bisa terhubung dengan produk yang ditawarkan oleh layanan keuangan, maka dialah yang akan menjadi pemenang. Hal ini dapat dilihat dari berapa lama nasabah menggunakan aplikasi tersebut.

Lebih lanjut Rico menambahkan, harus ditonjolkan sesuatu yang menjadi uniqueness dan merupakan keunggulan yang paling strong dari konten super apps. Kesetiaan customer mesti menjadi prioritas utama. 

“Kian hari, di era yang sangat digital kesetiaan customer terasa semakin mahal, orang akan mudah beralih dari super apps satu ke super apps lain,” ucap Rico.

Adapun, pandemi telah mempercepat adopsi digital di kalangan konsumen termasuk di industri perbankan. Maka penguasaan ekosistem digital menjadi faktor kunci memenangkan persaingan. 

Kini semua bank berlomba melakukan sinergi melalui integrasi untuk menguasai ekosistem yang mewadahi segala kebutuhan nasabah. Karenanya persaingan di industri perbankan menjadi kian ketat termasuk dengan hadirnya neo bank. 

Berdasarkan hasil survei Inventure-Alvara, semua banking akan berlomba mendapatkan kepercayaan konsumen. Namun, sebanyak 93% responden menjawab lebih percaya model perbankan yang berbasis digital bank dibanding neo bank. Sama halnya dengan model perbankan yang lebih disukai.

Sementara itu, ke depannya, phydigital atau physical dan digital experience diproyeksikan semakin massif terlihat dari hasil survei Inventure-Alvara yang menunjukkan bahwa 44,4% responden akan melakukan transaksi layanan secara online sebagian offline, dengan transaksi offline terbanyak yaitu menabung 77,4% dan membuka tabungan sebanyak 76,5%.

 

   

Penulis: Nanda Aria

Editor: Anju Mahendra

Exit mobile version