Site icon Dunia Fintech

Fintech P2P Jadi Pahlawan Baru UMKM dan Dunia Usaha: Suntik Dana Rp37,9 Triliun

Fintech P2P Jadi Pahlawan Baru UMKM dan Dunia Usaha: Suntik Dana Rp37,9 Triliun

Fintech P2P Jadi Pahlawan Baru UMKM dan Dunia Usaha: Suntik Dana Rp37,9 Triliun

JAKARTA – Asosiasi Fintech Pendanaan Indonesia (AFPI) menekankan bahwa industri teknologi finansial peer-to-peer (fintech P2P) lending memiliki peran penting sebagai mitra dunia usaha, bukan sekadar penyedia pinjaman konsumtif.

Ketua Umum AFPI, Entjik S. Djafar, menuturkan bahwa industri ini telah menjadi solusi alternatif pendanaan bagi sektor produktif.

Sebagai contoh, pada acara AFPI CEO Forum 2024 yang baru saja digelar, produk-produk dari UMKM yang mendapatkan manfaat dari fintech lending dipamerkan.

“Berbagai produk seperti camilan keripik, kerajinan tangan, kriya, dan apparel ditampilkan di stan fintech lending untuk UMKM. UMKM ini telah mendapatkan dukungan dalam mengembangkan usaha mereka melalui pendanaan dari fintech lending,” ujar Entjik dalam pernyataan resminya.

Kontribusi Fintech P2P Lending

Sebagai bukti kontribusi fintech lending terhadap sektor produktif, data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa dari total penyaluran pinjaman industri sepanjang Januari hingga Mei 2024 yang mencapai Rp112,81 triliun, sekitar Rp37,91 triliun atau 33,6% disalurkan ke sektor produktif.

Selain itu, dari total outstanding pinjaman aktif sebesar Rp64,55 triliun per Mei 2024, porsi outstanding untuk UMKM perorangan mencapai Rp16,69 triliun, badan usaha UMKM sebesar Rp3,64 triliun, dan badan usaha non-UMKM sebesar Rp1,73 triliun.

Ini menunjukkan bahwa fintech P2P lending telah memenuhi kebutuhan pinjaman di sektor produktif dengan porsi sekitar 34,1% dari total outstanding pinjaman aktif.

Ekonom senior dan Anggota Dewan Penasihat AFPI, Chatib Basri, dalam kesempatan tersebut menyoroti pentingnya Indonesia belajar dari India dalam hal bagaimana membawa masyarakat lebih dekat dengan teknologi yang dapat menjadi solusi, serta peran penting fintech P2P dalam hal ini.

Menurut Chatib, India memiliki kemiripan dengan Indonesia dalam hal jumlah penduduk yang besar, demokrasi yang dinamis, dan tantangan birokrasi yang signifikan.

“Namun, yang menarik dari India adalah keberhasilan mereka dalam melakukan difusi teknologi, menjadikan teknologi sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Dalam konteks ini, peran AFPI sangat penting untuk meningkatkan produktivitas dan inklusi keuangan,” ujarnya.

Pelaku Industri Fintech Diminta Perhatikan Kondisi Ekonomi Global

Mantan Menteri Keuangan periode 2013-2014 ini juga mengingatkan para pelaku industri fintech untuk memperhatikan kondisi ekonomi global, dampaknya terhadap ekonomi Indonesia, serta situasi ekonomi pasca pemilu.

“Kita mungkin akan menghadapi kondisi di mana suku bunga tetap tinggi hingga akhir tahun, yang akan berdampak pada industri fintech. Dalam situasi ini, biaya dana akan menjadi lebih mahal, sehingga setiap perusahaan fintech harus menerapkan strategi menuju profitabilitas,” jelasnya.

Chatib menambahkan bahwa meskipun terdapat berbagai guncangan dan tekanan ekonomi global, ekonomi Indonesia tetap menunjukkan ketahanan, dan dirinya cukup optimis terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan mencapai sekitar 5% pada tahun 2024.

Segenap upaya terus dilakukan untuk mengatasi stigma negatif yang masih melekat pada fintech P2P lending, sering diidentikkan dengan pinjaman online (pinjol) di masyarakat. Hal itu disampaikan oleh Agusman selaku Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK.

Padahal, industri ini berperan nyata dalam mendukung perekonomian dan sektor keuangan, terutama untuk orang-orang dan pelaku usaha yang akses pendanaannya masih terbatas.

“Pertumbuhan fintech P2P lending mencapai 26% secara tahunan, menjadikannya institusi keuangan dengan pertumbuhan tertinggi di negeri ini. Dengan kualitas NPL yang terjaga di angka 2,7%, kami yakin bahwa ini adalah hasil kerja keras para pelaku ekosistem industri untuk memastikan keberlanjutan industri ini dalam jangka panjang,” ujarnya.

Exit mobile version